Orang yang ia tabrak itu adalah Alan. Saking terkejutnya sampai-sampai wajah Freya pucat bagaimana tidak orang yang barusan ia bicarakan bersama Chika tiba-tiba saja muncul di hadapannya dengan cepat ia kembali menunduk supaya Alan tidak keburu mengenalinya.
“Kenapa kamu menunduk.” Alan berusaha melihat wajah wanita itu dari bawah.
DUG…DUG…DUG…
Jantung Freya berdetak kencang ia deg-degan bukan karena jatuh cinta melainkan karena ia takut apabila Alan mengenalinya. Dalam hati Freya mengatakan. “Gawat.” Sambil menggigit bibirnya.
ALAN.
Tiba-tiba saja di sisi lain tempat itu Chika memanggil nama Alan ia memang berniat untuk menyelamatkan Freya yang terjebak. Alan yang mendengar namanya di panggil seketika langsung clingak-clinguk memcarinya. Momentum emas itu di manfaatkan oleh Freya untuk lari ia sempat menoleh ke belakang dan di lihatnya Chika mengedipkan sebelah matanya sambil mengacungkan jempul sebagai
“Sebagai seorang brandalan kita harus berani maka dari itu aku memberanikan diri untuk menceritakan masalahku kepada kalian semua. Pada awalnya Leo juga tidak tahu apa-apa sama seperti kalian tapi sekarang semuanya pasti akan mengetahuinya. Sebenarnya aku sedang punya masalah besar yang melibatkan keberlangsungan hidupku.” Ujar Leo.Marco berhenti sejenak di antara teman-temannya tidak ada yang menyela cerita yang di bawakan oleh ketua mereka. Hati Marco terasa berat untuk menceritakan kelanjutannya. Dengan penuh perhatian Chucky menyuh Marco untuk berhenti.“Cukup Marco.” Chucky berdiri.“Tidak apa-apa aku bisa melanjutkannya jadi duduklah sebelum aku menendangmu keluar.” Marco merasa bahwa dirinya kuat untuk menceritakan masalahnya.“Baiklah.” Chucky kembali duduk dengan wajah ketakutan.“Sebenarnya aku punya masalah di tempat kerja.” Marco terus terang kepada teman-temannya.Tema
Marco meletakkan kepala Leo di lantai secara perlahan-lahan ketita sudah menyentuh lantai Marco pun hendak berdiri di saat lutut kanannya sudah lurus tiba-tiba terdengar suara tawa.“Hahahaha.” Leo terbangun dari acting pingsannya dan menertawai Marco dengan sangat keras.Marco yang sudah menangis bombay karena khawatir dengan kondisi Leo membuka mulutnya tidak percaya sambil mengelap air matanya yang sempat keluar tadi.“Bagaimana acting pingsan ku bagus kan? Hahahah.” Leo menertawai Marco yang berhasil ia kerjai.Marco masih tidak percaya kalau dia sebenarnya sedang di bohongi oleh Leo tangannya pun menunjukkan letak Leo duduk tadi di atas kursi kemudian menunjuk ke lantai di mana Leo tadi terjatuh dengan sangat nyata.“Syukurlah itu kalau itu semua hanyalah kejahilanmu.” Marco sama sekali tidak dendam bahkan ia mengulurkan tangan kanannya kepada Leo untuk bangun.“Aku tadi kesal ketika kau mengage
Tok… tok…tok“Oii bangun woiii ini hari pertama kita masuk sekolah.” Terdengar suara berisik dari luar kamar kos Marco. Sepertinya sang penghuni kamar kos itu masih tertidur nyenyak sehingga tidak mendengar seruan Leo yang sejak dari tadi berdiri sambil menggedor-gedor pintu kamarnya. Volume suara yang tadinya keras menjadi semakin keras memanggil-manggil nama seseorang yaitu Marco.“Marco….. aku akan mematahkan ususmu ketika aku masuk kedalam.” Sama seperti tadi, tidak ada reaksi sama sekali darinya sehingga membuat Leo sangat geram dan sampai-sampai mengancamnya. Karena tidak ada cara lain untuk membangunkan Marco ia pun menendang-nendang pintu kamar kos Marco yang terbuat dari kayu hingga bergeser dari engselnya dan akhinya pintu itu roboh. Setelah pintunya terbuka Leo pun melangkah masuk kedalam kamar kos yang ukurannya 3mx4m itu dan menemukan seseorang yang ia cari.
Marduk dan Marco masih saling menatap hingga keluar kata-kata dari mulut Marduk“Aku menghargai tawaranmu tapi aku merasa belum saatnya kita bertarung sekarang.” Perlahan-lahan urat leher Marco melunak mendengar perkataan Marduk barusan. Leo dengan cepat menundukkan kepala dengan posisi tangan satunya memegang kepala Marco dan menekannya kebawah seraya menunduk bersamanya.“Kami meminta maaf atas kejadian barusan, kami berjanji untuk tidak melakukannyalagi.” Setelah Leo meminta maaf.“Oii apa yang kau lakukan.” Marco bertanya kepada Leo.“Sudah kau diam saja.” Leo menimpali.Setelah menyampaikan permintaan maafnya tiba-tiba senior yang di tinju oleh Marco tadi angkat bicara.“Enak saja kau meminta maaf pokoknya kau dan temanmu yang kurang ajar itu harus diberi pelajaran.”Dari arah yang tidak terduga muncul kaki terbang y
Pukul 13.00 bel sekolah berbunyi menandakan waktu pulang . Ruangan kelas mulai kosong kecuali ruang UKS ada beberapa siswa yang terbaring lemah setelah bermain seharian salah satu diantaranya adalah Marco dan disampingnya ada Leo yang masih setia menunggu. Dua puluh lima menit Marco pingsan setelah bertarung melawan Felix ia pun mulai membuka matanya kemudian bertanya kepada Leo.“Ini tempat apa Leo?”“Kau sekarang berada di UKS.” Leo menjawab.Nyawa Marco akhirnya berkumpul ia pun berusaha berdiri dan ingin pergi dari tempat ini.“Apakah kau baik-baik saja?” Leo menanyakan kondisinya.“Tentu saja, ayo kita pulang sekarang.” Marco menjawabnya.“Baiklah, bagaimana kalau kita mampir dulu di kedai.” Leo mengajak Marco ke kedai.“Baiklah, kau yang traktir.” Marco mengiyakan.“Ehhhhh?” Leo terkejut.
Mengerjap-ngerjap Marco membuka mata yang ia rasakan sekarang sama seperti sebelumnya ia berpikir truck sampah yang ia tiduri tetap diam. Sekelilingnya terlihat gelap tangannya meraba-raba sekitar kemudian punggungnya mulai bangkit bersiap untuk berdiri.“Jangan-jangan Leo pulang deluan, ahh sial kira-kira sudah jam berapa sekarang.” Marcomenebak-nebak keberadaan Leo dan waktu. Segera ia melompat keluar dan sungguh pemandangan yang sangat luar biasa gedung-gedung pencakar lair berdiri kokoh, kendaraan bermotor saling susul menyusul, orang-orang yang berpakaian modis layaknya burjois ada dimana-mana, dan toko-toko yang menyediakan berbagai macam kebutuhan berbaris di pinggir jalan. Langkah kaki Marco mundur kebelakang kembali lagi ke dalan truck sampah yang kosong itu kemudian membaringkan tubuhnya lalu menutup mata.“Ini pasti cuma mimpi, ayolah Leo di mana kau cepat bangunkan aku.”&
Suara wanita itu terdengar nyaring di telinga Marco sampai-sampai membuatnya terbangun dari tidur pulasnya. Marco yang terkenal dysania yaitu susah bangun tidur akhirnya membuka matanya perlahan-lahan matanya melirik-lirik keadaan sekitar sembari mengumpulkan nyawanya kembali. Katika suara yang memanggil-manggil namanya itu menghilang sekita telinga Marco merindukan suara lembut itu. Tubuh yang sejak tadi terbaring kini mulai bangkit berdiri kemudian kakinya menekuk dan melompat keluar dari truck sampah itu.“Kau ini berisik sekali.” Marco menegur wanita itu.Kepalanya terangkat lalu menghadapkan wajahnya yang sedih itu ke wajah Marco. Mulutnya yang masih monyong, matanya berkaca-kaca, dan hidungnya mengeluarkan sedikit ingus.“Ahahaha sepertinya aku salah menilai wajahmu. Tadinya aku berpikir kau ini cantik tapi sekarang-“ Gelak tawa tidak tertahan ketika melihat wajah wanita itu. Sebe
Irama langkah kaki Marco dan Cecil serentak menghentak trotoar melintasi sejumlah kemegahan kota Avesta. Sebagai seorang pria Marco sengaja memperlambat langkah kakinya agar mereka jalan beriringan. Marco merasa bahwa ia telah kehilangan sesuatu selama ini yang ia maksud adalah perasaan terhadap lawan jenis. Sesekali matanya melirik ke arah Cecil ia memperhatikan wajahnya yang mulus tanpa lecet. Tangan Marco yang perkasa itu merabah-rabah wajahnya sendiri lalu membandingkannya“gawat.”“Kenapa?” Cecil bertanya“Wajahku berminyak.” Jawab Marco.“Itu bukan masalah yang jadi masalah sekarang adalah ketersesatanmu di kota besar ini.”“Hehe iya yah.” Marco tersadar. Menyusuri jalan di kota Avesta sungguh menyenangkan sampai-sampai kita lupa merasakan lelah, hal inilah yang di rasakan Marco sekarang apalagi ini kali pertama ia datang ke k