Pintu mobil Vans menutup kembali dan sopirnya hampir menjalankan mobilnya ketika rombongan mobil antik sudah mendahului mereka. Para penculik Megan terpaksa menunggu sampai rombongan mobil antik itu berlalu semuanya. Ketika mobil Vans itu mulai bergerak menyusuri jalanan besar, mobil Vans lain muncul di belakang mereka.
Mobil Vans itu dikendarai Moji, dan Boni duduk di bangku belakang. Mereka sedang menyusul Megan untuk menculiknya. Moji menghentikan mobil tepat di belakang mobil penculik Megan itu karena ada truk yang akan lewat dari arah berlawanan. Perhatian Moji fokus melihat plat nomor mobil di depannya.“Sama persis ya, Ji,” ucap Boni sambil menunjuk mobil Vans di depan mereka.“Beda dikit. Itu tipe lama. Mobil kita kan tipe yang terbaru. Kau sudah lihat gadis itu?” tanya Moji.Boni melongokkan kepalanya ke luar dari dalam mobil lalu melihat sepanjang jalan yang rimbun. Megan tidak terlihat dimanapun juga sepanjang jalanan besar itu.“Dia ke mana? Tidak kelihatan. Coba maju lagi,” ucap Boni.Moji pun melajukan mobilnya melewati mobil Vans yang belum beranjak juga. Rupanya mobil penculik itu mencari celah untuk balik arah. Setelah mobil Moji dan Boni pergi dari pinggiran jalan itu, mobil penculik yang membawa Megan pun berbalik arah. Sopir mobil itu langsung tancap gas pergi sejauh mungkin dari TKP.Sementara itu, Moji dan Boni terus menyusuri jalanan besar untuk mencari keberadaan Megan. Kecepatan mobil mereka sengaja diperlambat untuk melihat setiap celah jalanan agar tidak kehilangan jejak Megan. Mereka hampir tiba di kota kecil di bawah Kastil Emperor tetapi tetap tidak menemukan Megan.“Bah! Dimana dia? Tidak mungkin hilang begitu saja!” bentak Moji kesal. Dia memukul kemudi mobilnya dengan keras.“Apa mungkin dia sudah pulang ke rumahnya? Di mana rumahnya?” tanya Boni sambil melongok sekali lagi keluar jendela.“Bah! Mana kutahu?! Kau turun! Cari di sekitar sini. Aku akan coba ke ujung jalan sana,” titah Moji.Dengan polosnya tanpa pertanyaan, Boni segera turun dari mobil lalu celingukan di pinggir jalan. Moji terus melajukan mobilnya sampai di ujung jalan, lalu berhenti di sana. Belum sempat Moji turun dari mobilnya, suara dering telepon membuatnya mengeluarkan ponselnya. Adam kembali meneleponnya.[“Halo, bos,”] sapa Moji sambil nyengir lebar.[“Sudah selesai tugasmu?! Cepat datang ke gudang, jemput Tuan Ethan!”] titah Adam tanpa mendengar jawaban Moji.[“Siap, bos!”] sambar Moji lalu bersiap mencari tempat untuk memutar arah mobilnya.Sambungan telepon dari Adam pun terputus. Moji menemukan sebuah lapangan kecil lalu memutar mobilnya di sana. Setelah itu dia segera menjemput Boni yang sibuk mengorek tumpukan sampah menggunakan kayu panjang. Kening pria itu mengerut melihat kelakuan Boni.“Bah! Ngapain kau di sana?! Memangnya gadis itu jatuh di tempat sampah!” teriak Moji dari seberang jalan.“Siapa tahu! Kalau dia bersembunyi disini, kita bisa menangkapnya dengan cepat. Kenapa kau balik?!”“Bah! Cepat masuk. Kita harus menjemput Tuan Ethan!” Moji mengerdikkan kepalanya agar Boni bergegas masuk ke dalam mobil.Boni melempar kayu panjang itu begitu saja dan menimpa tumpukan sampah tadi. Gundukan sampah itu sudah berantakan karena ulah Boni dan semakin berantakan ketika kayu panjang itu terjatuh di atasnya. Pria itu kembali celingukan di pinggir jalan sebelum menyeberang jalan.Ketika Boni ingin membuka pintu samping mobil, Moji menekan klakson dengan keras. Suara klakson mobil itu membuat Boni menoleh lalu menganggukkan kepalanya ke arah Moji.“Kenapa?” tanya Boni menyebalkan.“Bah! Ngapain kau mau duduk di belakang. Duduk di depan!”Boni nyengir kuda sebelum membuka pintu depan mobil Vans lalu masuk ke dalamnya. Mereka segera melaju menuju gudang tidak terpakai untuk menjemput Ethan. Seperti biasa, Moji tidak pernah bertanya kenapa mereka harus melakukan itu. Sedangkan Adam ada bersama dengan Ethan saat ini.Ethan dan Adam masih dalam perjalanan. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Tidak diragukan lagi, pikirannya dipenuhi oleh Megan. Ethan teringat akan sesuatu. Dia buru-buru melihat ke arah Adam.“Aku mengerti kalau urusan jodohmu juga penting. Tapi aku belum dengar apa kau setuju dengan wanita pilihan ibumu?” tanya Ethan mulai ikut campur urusan Adam.Di malam ketika seharusnya Adam menemani Ethan ke pesta di Kastil Emperor, pria itu sedang mengikuti acara kencan buta yang diatur ibunya. Ibu Adam sampai memohon kepada Ethan untuk memberi kesempatan kepada Adam mencari jodohnya. Rupanya ibu Adam sudah tidak sabaran ingin menimang cucu dari Adam.Adam dengan patuh menuruti ibunya dan pergi menemui wanita itu di sebuah restoran yang cukup private. Saat pertama kali bertemu, kesan yang dilihat Adam saat itu adalah wanita cantik yang kalem. Tetapi semuanya berubah ketika negara api menyerang. Tepatnya ketika makanan datang dan wanita itu mulai asyik makan tanpa mempedulikan Adam.Batin Adam gundah gulana ketika harus membicarakan urusan pribadinya dengan bosnya itu.“Tuan, bisa kita kembali fokus pada urusan ini? Saya akan menceritakan masalah pribadi saya nanti kepada Tuan,” pinta Adam dingin.“Cepat ceritakan dulu!” titah Ethan tidak sabaran.Ethan pun melipat kedua tangannya di depan dada, bersiap mendengarkan cerita Adam tentang kisah cintanya. Mau tidak mau, suka tidak suka, Adam pun mulai menceritakan kencan butanya pada Ethan.***Tak lama kemudian, mobil Vans Moji dan Boni memasuki kawasan gudang yang tidak terpakai. Mereka masuk ke salah satu pintu gudang yang terbuka lebar untuk mereka sebelum menghentikan mobil Vans di dekat mobil Adam. Keduanya segera keluar dari mobil lalu mencari keberadaan Adam dan Ethan.Terdengar suara rintihan kesakitan dari arah ruang penyiksaan. Moji dan Boni sudah tahu kemana mereka harus mencari Adam dan Ethan. Ketika mereka sampai di depan ruangan itu, Adam menoleh menatap mereka. Pria itu sedang mengelap tangannya dengan kain putih yang sudah ternoda dengan darah.“Kalian sudah datang,” sapa Adam dingin.Moji dan Boni hanya mengangguk lalu melirik dua orang pria bertubuh kekar yang sudah tergeletak di lantai. Tubuh mereka hanya tinggal berbalut celana panjang. Tato kapak tampak di belakang tengkuk mereka. Menandakan ciri khas dari kelompok Gregory Stephenson, musuh bebuyutan Ethan.Ethan yang duduk di kursi tidak jauh dari tubuh kedua pria kekar itu, tersenyum smirk ke arah mereka berdua. Semua musuh-musuhnya harus dilenyapkan tanpa jejak sehingga tidak akan ada yang berani main-main dengan Ethan Wibisana. Perhatiannya teralihkan kepada Adam yang ingin mengatakan sesuatu.“Gregory bekerja sama dengan Yuna, Tuan. Saya mendapatkan informasinya dari CCTV Kastil Emperor. Mereka sengaja menyerbu masuk tanpa persiapan apapun. Memanfaatkan kelengahan saya malam ini, Tuan. Maafkan saya,” pinta Adam lalu menoleh dan membungkukkan tubuhnya ke arah Ethan.“Well. Aku tidak bisa menyalahkanmu sepenuhnya. Kalau kau merasa bersalah, push up 10 kali. Cepat!” titah Ethan sambil mempermainkan kedua jemarinya di depan wajahnya.Adam mengambil sikap di lantai dan bersiap untuk push up 10 kali. Ethan mulai merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku setelah berlatih tinju barusan. Pria itu menghajar kedua pengkhianat itu dan menjadikan mereka samsak tinjunya. Bahkan belum selesai Ethan merenggangkan tubuhnya, Adam sudah kembali berdiri tegak.Pandangan Ethan lalu tertuju pada dua orang yang baru saja tiba tadi.“Tugas kalian sudah beres kan?!” tanya Ethan tanpa basa-basi. Dia paling benci pada orang yang terlalu banyak basa-basi hanya untuk mengesankan dirinya.“Itu ….” Moji saling pandang dengan Boni.“Cepat jawab!” titah Adam yang masih kesal. Moji dan Boni terkesiap lalu sama-sama kompak menjawab Ethan.“Kami tidak menemukan gadis itu, Tuan!” ucap Moji dan Boni lantang.“Apa?!”Setelah Ethan puas mendengarkan cerita Adam, keduanya pun berjalan mendekati mobil Vans tempat Moji dan Boni sudah menunggu. Keduanya segera bersiap dengan sikap tegak ketika melihat kedatangan Ethan dan Adam.“Tugas kalian sudah beres kan?!” tanya Ethan tanpa basa-basi. Dia paling benci pada orang yang terlalu banyak basa-basi hanya untuk mengesankan dirinya.“Itu ….” Moji saling pandang dengan Boni.“Cepat jawab!” titah Adam yang masih kesal. Moji dan Boni terkesiap lalu sama-sama kompak menjawab Ethan.“Kami tidak menemukan gadis itu, Tuan!” ucap Moji dan Boni lantang.“Apa?!” Ethan langsung kebakaran jenggot mengetahui Moji dan Boni kehilangan jejak Megan. Panik dan geram dirasakan Ethan di dalam dirinya karena memikirkan Megan kembali melarikan diri darinya.Ethan tidak habis pikir hanya untuk menangkap seorang gadis dan membawanya ke Mansion Wibisana saja, kedua anak buahnya itu tidak becus. Bahkan sampai kehilangan jejak Megan dalam sekejap mata. Ethan berkacak pinggang lalu be
Belasan kilometer dari lokasi Ethan dan Adam, dua orang pria berbadan kekar sambil membawa seorang wanita cantik. Mereka memasuki sebuah ruangan berukuran 3x2 yang terasa pengap dengan ventilasi seadanya. Ketika tubuh wanita itu diletakkan di lantai yang dingin, terlihat wajah Megan yang pucat. Kedua matanya masih terpejam erat setelah tengkuknya dipukul salah satu pria kekar itu. Megan tidak sendirian di ruangan itu. Di samping Megan, ada seorang wanita yang terlihat sedang melihat. Tubuhnya bersandar pada dinding kotor dan tidak bergerak karena desah napasnya yang berat. Suara-suara mulai terdengar dari luar ruangan mulai mengganggu pendengaran Megan.Kedua mata terbuka perlahan sebelum memicing kembali karena wajah Megan terpapar cahaya matahari yang masuk dari celah jendela kecil. Gadis itu menyentuh tengkuknya yang terasa nyeri sebelum ia menyadari dirinya untuk bangkit dan duduk. Sekali lagi Megan mencoba membuka matanya dan melihat keberadaan saat ini. “Sss…sakit,” pelannya m
“Kau tidak apa-apa?” Suara bariton Ethan bagaikan suara petir terdengar di telinga Megan.Gadis itu meronta dalam dekapan Ethan dan mendorong pria itu kuat-kuat menjauh darinya. Kedua kaki Megan melangkah mundur berusaha menjaga jaraknya dari Ethan. Dia bahkan belum tahu siapa nama pria itu dan tidak mau tahu. Lebih baik mereka tidak bertemu lagi selamanya.Suara-suara keras di belakang Megan semakin keras terdengar. Megan sadar kalau pengejarnya semakin menipiskan jarak mereka sehingga dia mau tidak mau harus bersembunyi. Megan menatap wajah Ethan dengan sorot mata galak sekaligus takut. Bayangan kejadian malam itu kembali berputar di kepala Megan.Pilihan Megan semakin sulit antara tertangkap lagi oleh para penculiknya atau meminta bantuan kepada pria brengsek yang sedang menatapnya tajam. Megan harus menentukan pilihan paling sulit di dalam hidupnya. Dia menoleh ke belakang, manik matanya membesar melihat dua pria kekar yang menculiknya berlari semakin dekat.Tidak ada pilihan lain
Tidak ada yang lebih indah daripada membayangkan hidup bersama Megan. Tinggal dalam satu rumah bahkan satu kamar dan selalu bersama sepanjang hari. Ethan akan bisa melihat tubuh Megan yang hanya tertutup piyama tidur tipis. Aroma wangi tubuh Megan akan memenuhi penjuru rumah dan tentunya akan membuat Ethan bergairah.Itu yang terlintas di kepala Ethan saat memikirkan tentang rencana Adam. Bayangan Ethan sudah traveling kemana-mana memikirkan hal yang luar biasa itu. Mereka bisa menghabiskan waktu seharian saling meraih kepuasan duniawi. Sekali tercetus perintah Ethan untuk melanjutkan rencana Adam, pria itu langsung mempersiapkan segalanya dengan cepat.“Bawa mobilnya!” titah Adam pada sopir Ethan yang berdiri di belakangnya.Mobil Mercedes-Benz berwarna hitam pun muncul dari balik rerimbunan semak yang ada di dekat mereka. Ketika Adam membantu Ethan masuk ke dalam mobil itu, terdengar suara berisik dari arah bangunan tua itu. Rupanya anak buah Ethan sudah mengepung tempat itu dan sibu
Adam mengangguk pelan, Ethan memang mulai berubah setelah mengenal Megan. Kebiasaannya setiap malam sepulang dari bekerja adalah bermain dengan wanita yang berbeda. Ethan tidak pernah mau bermain cinta dengan wanita yang sama. Setelah puas, Ethan akan melempar wanita itu keluar dari kehidupannya.Adam harus menyiapkan dua sampai tiga orang wanita yang sesuai dengan standar Ethan. Cantik, tinggi, putih mulus, tidak cerewet, dan yang paling penting bisa memuaskan Ethan. Kriteria itu sangat sulit untuk Ethan yang perfeksionis, dingin, dan arogan. Pernah sekali Ethan menendang seorang wanita keluar dari kamarnya hanya karena tidak suka dengan rambut wanita itu.Semakin hari, semakin sulit bagi Adam untuk mencari wanita yang diinginkan Ethan. Rasanya waktunya lebih banyak tersita untuk menyeleksi tumpukan berkas milik para wanita cantik yang sesuai standar Ethan. Padahal pekerjaan Adam lebih dari sekedar pencari kenikmatan untuk Ethan.Tanggung jawabnya sebagai asisten pribadi Ethan adalah
Sementara Adam berlari keluar rumah kecil itu dan kebingungan sendiri, Megan tampak meringis merasakan sakit di bagian belakang tubuhnya. Dia baru saja sadarkan diri dan ingatannya kembali dengan cepat. Bayangan wajah sangar Ethan yang sangat dekat di depan wajahnya, membuat tubuh Megan merinding. Ketika dia berusaha bangun dari berbaringnya, tubuh Megan melemas dan akhirnya terjatuh dari atas tempat tidur.“Aduh!” pekik Megan sambil mengelus pinggangnya yang terasa sakit.Manik mata indahnya melihat sekeliling kamar itu sebelum meringis sekali lagi. Megan memijat kaki dan pinggangnya perlahan sebelum memutuskan naik kembali ke atas tempat tidur. Pelan-pelan Megan berusaha mengangkat tubuhnya sampai akhirnya berhasil duduk di pinggir tempat tidur. Megan perlu waktu sebentar lagi untuk menguatkan kakinya yang terasa lemas seperti jeli.“Aku dimana ya? Tempat apalagi ini?” gumam Megan lalu merebahkan tubuhnya terlentang di atas tempat tidur. Pandangan Megan terlihat mulai berbayang keti
Ethan masuk lagi ke dalam kamar dan melihat Megan menunduk dengan kedua tangan mendekap tubuhnya sendiri. Barusan dia bertanya pada Adam tentang permintaan Megan. Apa yang harus dijawab Ethan untuk membuat Megan tetap berada disisinya? Adam menjawab dengan cepat kalau Ethan harus mengajukan syarat.“Apa syaratnya?!” tanya Megan cepat tanpa mengusap air matanya.Ethan tidak langsung menjawab pertanyaan Megan. Manik mata hitamnya menatap wajah cantik Megan yang sudah basah dengan air mata. Dia tertegun melihat kecantikan alami Megan yang berwajah khas wanita Asia dengan mata bulat dan kulit bersih. Bibirnya berwarna pink muda, penuh dan lembut.Ethan masih ingat bagaimana rasa bibir Megan saat pertama kali menciumm gadis itu. Dia bahkan belum sempat bertanya bagaimana bisa bibir Megan terasa sangat manis di lidahnya. Tanpa meminta izin kepada Megan, Ethan mengulurkan tangannya mengusap air mata di pipi gadis itu.PLAK!Megan refleks menepis tangan Ethan lalu berusaha mendorongnya menjau
“APA??!!” pekik Megan.Megan menatap Ethan ketakutan. “Kamu bilang apa tadi?” Megan tidak begitu mendengar jelas gumaman Ethan tadi.“Kubilang rambutmu bau. Sana mandi,” sahut Ethan sadis membuat Megan melotot.Megan mengusap rambutnya lalu mencium bau di tangannya. Bukan hanya rambutnya, tetapi juga tangannya bau bumbu masakan. Pakaiannya juga sudah kotor dan sedikit berbau. Megan mengintip ke bawah, kedua kakinya juga sangat kotor terkena lumpur yang sudah mengering. Pantas saja tubuhnya terasa tidak nyaman.Megan melirik makanan di atas meja dan teringat pesan ibu Susan. Kebiasaan di rumah Megan adalah mereka baru boleh makan setelah membersihkan diri terlebih dahulu. Megan tidak bisa lepas dari kebiasaan itu dan akhirnya memutuskan untuk mandi. Dia pun berbalik dan meminta Ethan menunggu sebentar.“Kamu mau kemana?” tanya Ethan yang mengira kalau Megan akan melarikan diri.“Aku mau ambil baju di lemari. Kamu jangan masuk ke kamar dulu,” pinta Megan lalu buru-buru masuk ke dalam ka