“Tidak. Dia hanya kakek tua, Megan. Tenanglah. Saat ini kakek itu membutuhkan bantuanmu,” batin Megan lalu menarik napas dalam untuk menenangkan dirinya.
Setelah cukup tenang, Megan tersenyum ramah kepada kakek itu dan menanyakan alamat rumahnya. Ethan pun menyebutkan alamat rumahnya dengan baik tanpa menatap Megan.“Kakek harus jalan ke mana, cu? Ke kanan atau ke kiri?” tanya Ethan dengan suara mirip kakek-kakek keselek.“Sebentar ya, kek. Saya cari dulu dimana alamat rumah kakek,” sahut Megan lembut.Jantung Ethan rasanya ser-seran mendengar suara Megan yang lembut dan sekssi. Sungguh Ethan ingin sekali membopong Megan masuk ke dalam mansionnya lalu mengunci gadis itu di dalam kamar bersamanya. Tetapi demi mengetahui sifat Megan yang sebenarnya, Ethan terpaksa menahan dirinya.Megan pun mengetik alamat rumah kakek itu pada mesin pencarian di ponselnya lagi. Ternyata rumah kakek itu sejalan dengan arah jalan pulangnya. Megan pun menawari kakek itu untuk pulang bersamanya. Tetapi ketika Megan membuka tas selempangnya, dia hanya punya ongkos pulang untuk dirinya sendiri.“Yah, uangku tinggal segini,” gumam Megan lalu tersenyum ramah ke arah kakek itu.Ethan mengira kalau Megan akan membatalkan niatnya setelah melirik uang sepuluh ribu terakhirnya. Tetapi Megan tetap menyetop angkot yang lewat ke arah Kastil Emperor. Megan mendekati sopir angkot lalu bicara padanya.“Pak, tolong antar kakek saya ya. Rumahnya dekat minimarket di jalan kecil sebelum Kastil Emperor. Ini ongkosnya. Tolong ya, pak,” pinta Megan kepada sopir angkot itu.“Cu, kamu tidak ikut?” tanya Ethan ketika Megan membuka pintu di samping sopir.“Saya masih ada urusan di dekat sini, kek. Kakek pulang duluan saja ya,” sahut Megan memberi alasan untuk tidak ikut dengan angkot itu.Megan pun membantu Ethan duduk di samping sopir angkot lalu menutup pintu angkot. Tidak ada yang dikatakan Ethan bahkan ucapan terima kasih sekalipun. Dia hanya berpikir bagaimana caranya Megan pulang setelah memberikan uang terakhirnya kepada supir angkot itu.Setelah angkot yang membawa kakek itu menghilang di tikungan jalan, Megan melihat sekeliling jalanan yang sepi. Dia pun bergegas melanjutkan perjalanan pulang dengan berjalan kaki menyusuri jalanan besar. Beruntung bagi Megan, cuaca siang itu tidak terlalu panas. Hanya sekumpulan awan putih yang menemani langkah Megan.“Untung saja masih siang. Semoga aku bisa sampai di rumah sebelum gelap,” mohon Megan di dalam hatinya.Ketika dia melewati minimarket tempat Adam memarkir mobilnya, Megan masih terus berjalan tanpa sekalipun menoleh. Padahal untuk standar mobil mewah, mobil Adam termasuk dalam deretan mobil langka dan hanya diproduksi beberapa saja di dunia. Manik mata Adam terus mengekori langkah Megan sebelum menghilang di balik rerimbunan semak belukar.“Dia benar-benar bodoh atau terlalu baik,” ucap Ethan yang sudah duduk di samping Adam. Ethan turun di depan minimarket itu dan memerintahkan supir angkot untuk meneruskan perjalanannya. Meskipun sopir angkot itu ingin mengembalikan ongkos yang diberikan Megan tadi, Ethan tetap melenggang mendekati mobil Adam.“Tuan bertanya pada saya?” tanya Adam yang bingung sesaat mendefinisikan ucapan Ethan barusan.“Tidak! Aku bertanya pada Megan! Memangnya ada siapa lagi di sini?!” bentak Ethan kesal.“Menurut saya, dia terlalu baik dan sedikit bodoh, Tuan,” sahut Adam membuat Ethan tergelak.“Suruh Moji dan Boni menculik Megan lalu bawa ke kamarku. Malam ini, dia akan menjadi milikku!” titah Ethan sambil tersenyum smirk. Terbayang di dalam pikirannya saat Megan memohon untuk dilepaskan. Ethan tidak sabar mendengar suara Megan memenuhi kamarnya.Adam yang sudah cukup puas dengan hasil tes kelayakan Megan menjadi istri Ethan, mengeluarkan ponselnya lalu menelpon Moji. Pria itu langsung mengangkat telepon dari Adam. Mereka berdua masih berjaga-jaga di dekat pertigaan, padahal Ethan dan Megan sudah menghilang dari jarak pandang mereka.[“Halo, bos,”] sapa Moji sambil menggeplak pundak Boni. Rekannya itu asyik mengangguk-anggukkan kepalanya sambil bersenandung lagu dangdut. Mereka berdua langsung fokus mendengarkan perintah Adam.[“Ikuti gadis yang tadi lalu culik dia. Bawa ke kamar Tuan Ethan. Sekarang!”] titah Adam.[“Siap, bos!”] sahut Moji dan Boni bersamaan.Segera setelah Adam memutus sambungan teleponnya dengan Moji, sebuah mobil Vans hitam lewat di depan mobil Adam. Sekilas, mobil itu terlihat sama persis dengan mobil Vans milik bodyguard Ethan. Ethan mengangguk puas melihat Moji dan Boni yang gercep alias gerak cepat ketika diperintah.Ethan lalu memerintahkan kepada Adam untuk kembali ke Mansion Wibisana. Dia ingin makan siang dulu karena perutnya mulai keroncongan. Tepat ketika Adam hendak menjalankan mobilnya, suara ponsel Adam mengalihkan perhatian pria itu. Adam pun mengambil ponselnya lalu sibuk bicara dengan seseorang di seberang sana.["Baik. Aku akan kesana sekarang,"] ucap Adam lalu memutus sambungan teleponnya.“Tuan, pengkhianat yang menjebak Tuan di Kastil Emperor sudah tertangkap. Tuan mau bertemu dengannya?” tanya Adam kepada Ethan yang masih menghayal.“Apa?! Cepat bawa aku kesana! Berani mengkhianatiku sama dengan cari mati!” titah Ethan geram. Akhirnya dia akan tahu siapa dalang yang berani menjebak seorang Ethan Wibisana.Adam pun mulai menjalankan mobilnya menuju gudang tidak terpakai di pinggiran kota--tempat pengkhianat itu disekap.***Sementara itu, Megan yang masih berjalan kaki sendirian, tiba-tiba saja dikejutkan dengan mobil Vans berwarna hitam yang berhenti di dekatnya. Pintu samping mobil itu terbuka lebar dan dua pria berbadan besar keluar dari dalam sana. Kedua pria itu memakai topeng ski menutupi kepala mereka dan hanya menyisakan mata dan mulutnya saja yang tetap terbuka.GREP!Tanpa basa-basi lagi, kedua pria itu langsung meraih kedua lengan Megan dan menyeret tubuhnya masuk ke dalam mobil Vans.“Eh ada apa ini?!” pekik Megan. Dia refleks menendang salah satu kaki pria itu dan menggigit pundaknya. Dia melawan sekuat tenaga agar bisa terlepas dari belenggu kedua pria itu.“Lepaskan saya! Tolong!” jerit Megan galak. Dia masih meronta-ronta berusaha melepaskan dirinya. Tubuhnya yang tidak bisa diam membuat kedua pria itu mulai kesal.“Toloong! Saya tidak kenal kalian!” Megan terus meronta.“Diam gadis manis!” Megan terus mengeluarkan seluruh kekuatannya. Dia tidak mau menjadi korban atas kejahatan apa pun lagi. Kejadian di mobil mewah waktu itu cukup sekali seumur hidup baginya.“Pukul dia! Ada yang datang!” bentak salah satu pria itu.Megan melihat rombongan mobil antik di belakangnya sedang melaju tepat ke arah mereka. Dia bermaksud melambaikan tangan untuk meminta pertolongan, tetapi pukulan pada tengkuknya membuat Megan merasa pusing dan pandangannya pun menjadi gelap. Megan jatuh tidak sadarkan diri dan ditarik masuk ke dalam mobil Vans dengan cepat.Pintu mobil Vans menutup kembali dan sopirnya hampir menjalankan mobilnya ketika rombongan mobil antik sudah mendahului mereka. Para penculik Megan terpaksa menunggu sampai rombongan mobil antik itu berlalu semuanya. Ketika mobil Vans itu mulai bergerak menyusuri jalanan besar, mobil Vans lain muncul di belakang mereka.Mobil Vans itu dikendarai Moji, dan Boni duduk di bangku belakang. Mereka sedang menyusul Megan untuk menculiknya. Moji menghentikan mobil tepat di belakang mobil penculik Megan itu karena ada truk yang akan lewat dari arah berlawanan. Perhatian Moji fokus melihat plat nomor mobil di depannya.“Sama persis ya, Ji,” ucap Boni sambil menunjuk mobil Vans di depan mereka.“Beda dikit. Itu tipe lama. Mobil kita kan tipe yang terbaru. Kau sudah lihat gadis itu?” tanya Moji.Boni melongokkan kepalanya ke luar dari dalam mobil lalu melihat sepanjang jalan yang rimbun. Megan tidak terlihat dimanapun juga sepanjang jalanan besar itu.“Dia ke mana? Tidak kelihatan. Coba maju lagi
Setelah Ethan puas mendengarkan cerita Adam, keduanya pun berjalan mendekati mobil Vans tempat Moji dan Boni sudah menunggu. Keduanya segera bersiap dengan sikap tegak ketika melihat kedatangan Ethan dan Adam.“Tugas kalian sudah beres kan?!” tanya Ethan tanpa basa-basi. Dia paling benci pada orang yang terlalu banyak basa-basi hanya untuk mengesankan dirinya.“Itu ….” Moji saling pandang dengan Boni.“Cepat jawab!” titah Adam yang masih kesal. Moji dan Boni terkesiap lalu sama-sama kompak menjawab Ethan.“Kami tidak menemukan gadis itu, Tuan!” ucap Moji dan Boni lantang.“Apa?!” Ethan langsung kebakaran jenggot mengetahui Moji dan Boni kehilangan jejak Megan. Panik dan geram dirasakan Ethan di dalam dirinya karena memikirkan Megan kembali melarikan diri darinya.Ethan tidak habis pikir hanya untuk menangkap seorang gadis dan membawanya ke Mansion Wibisana saja, kedua anak buahnya itu tidak becus. Bahkan sampai kehilangan jejak Megan dalam sekejap mata. Ethan berkacak pinggang lalu be
Belasan kilometer dari lokasi Ethan dan Adam, dua orang pria berbadan kekar sambil membawa seorang wanita cantik. Mereka memasuki sebuah ruangan berukuran 3x2 yang terasa pengap dengan ventilasi seadanya. Ketika tubuh wanita itu diletakkan di lantai yang dingin, terlihat wajah Megan yang pucat. Kedua matanya masih terpejam erat setelah tengkuknya dipukul salah satu pria kekar itu. Megan tidak sendirian di ruangan itu. Di samping Megan, ada seorang wanita yang terlihat sedang melihat. Tubuhnya bersandar pada dinding kotor dan tidak bergerak karena desah napasnya yang berat. Suara-suara mulai terdengar dari luar ruangan mulai mengganggu pendengaran Megan.Kedua mata terbuka perlahan sebelum memicing kembali karena wajah Megan terpapar cahaya matahari yang masuk dari celah jendela kecil. Gadis itu menyentuh tengkuknya yang terasa nyeri sebelum ia menyadari dirinya untuk bangkit dan duduk. Sekali lagi Megan mencoba membuka matanya dan melihat keberadaan saat ini. “Sss…sakit,” pelannya m
“Kau tidak apa-apa?” Suara bariton Ethan bagaikan suara petir terdengar di telinga Megan.Gadis itu meronta dalam dekapan Ethan dan mendorong pria itu kuat-kuat menjauh darinya. Kedua kaki Megan melangkah mundur berusaha menjaga jaraknya dari Ethan. Dia bahkan belum tahu siapa nama pria itu dan tidak mau tahu. Lebih baik mereka tidak bertemu lagi selamanya.Suara-suara keras di belakang Megan semakin keras terdengar. Megan sadar kalau pengejarnya semakin menipiskan jarak mereka sehingga dia mau tidak mau harus bersembunyi. Megan menatap wajah Ethan dengan sorot mata galak sekaligus takut. Bayangan kejadian malam itu kembali berputar di kepala Megan.Pilihan Megan semakin sulit antara tertangkap lagi oleh para penculiknya atau meminta bantuan kepada pria brengsek yang sedang menatapnya tajam. Megan harus menentukan pilihan paling sulit di dalam hidupnya. Dia menoleh ke belakang, manik matanya membesar melihat dua pria kekar yang menculiknya berlari semakin dekat.Tidak ada pilihan lain
Tidak ada yang lebih indah daripada membayangkan hidup bersama Megan. Tinggal dalam satu rumah bahkan satu kamar dan selalu bersama sepanjang hari. Ethan akan bisa melihat tubuh Megan yang hanya tertutup piyama tidur tipis. Aroma wangi tubuh Megan akan memenuhi penjuru rumah dan tentunya akan membuat Ethan bergairah.Itu yang terlintas di kepala Ethan saat memikirkan tentang rencana Adam. Bayangan Ethan sudah traveling kemana-mana memikirkan hal yang luar biasa itu. Mereka bisa menghabiskan waktu seharian saling meraih kepuasan duniawi. Sekali tercetus perintah Ethan untuk melanjutkan rencana Adam, pria itu langsung mempersiapkan segalanya dengan cepat.“Bawa mobilnya!” titah Adam pada sopir Ethan yang berdiri di belakangnya.Mobil Mercedes-Benz berwarna hitam pun muncul dari balik rerimbunan semak yang ada di dekat mereka. Ketika Adam membantu Ethan masuk ke dalam mobil itu, terdengar suara berisik dari arah bangunan tua itu. Rupanya anak buah Ethan sudah mengepung tempat itu dan sibu
Adam mengangguk pelan, Ethan memang mulai berubah setelah mengenal Megan. Kebiasaannya setiap malam sepulang dari bekerja adalah bermain dengan wanita yang berbeda. Ethan tidak pernah mau bermain cinta dengan wanita yang sama. Setelah puas, Ethan akan melempar wanita itu keluar dari kehidupannya.Adam harus menyiapkan dua sampai tiga orang wanita yang sesuai dengan standar Ethan. Cantik, tinggi, putih mulus, tidak cerewet, dan yang paling penting bisa memuaskan Ethan. Kriteria itu sangat sulit untuk Ethan yang perfeksionis, dingin, dan arogan. Pernah sekali Ethan menendang seorang wanita keluar dari kamarnya hanya karena tidak suka dengan rambut wanita itu.Semakin hari, semakin sulit bagi Adam untuk mencari wanita yang diinginkan Ethan. Rasanya waktunya lebih banyak tersita untuk menyeleksi tumpukan berkas milik para wanita cantik yang sesuai standar Ethan. Padahal pekerjaan Adam lebih dari sekedar pencari kenikmatan untuk Ethan.Tanggung jawabnya sebagai asisten pribadi Ethan adalah
Sementara Adam berlari keluar rumah kecil itu dan kebingungan sendiri, Megan tampak meringis merasakan sakit di bagian belakang tubuhnya. Dia baru saja sadarkan diri dan ingatannya kembali dengan cepat. Bayangan wajah sangar Ethan yang sangat dekat di depan wajahnya, membuat tubuh Megan merinding. Ketika dia berusaha bangun dari berbaringnya, tubuh Megan melemas dan akhirnya terjatuh dari atas tempat tidur.“Aduh!” pekik Megan sambil mengelus pinggangnya yang terasa sakit.Manik mata indahnya melihat sekeliling kamar itu sebelum meringis sekali lagi. Megan memijat kaki dan pinggangnya perlahan sebelum memutuskan naik kembali ke atas tempat tidur. Pelan-pelan Megan berusaha mengangkat tubuhnya sampai akhirnya berhasil duduk di pinggir tempat tidur. Megan perlu waktu sebentar lagi untuk menguatkan kakinya yang terasa lemas seperti jeli.“Aku dimana ya? Tempat apalagi ini?” gumam Megan lalu merebahkan tubuhnya terlentang di atas tempat tidur. Pandangan Megan terlihat mulai berbayang keti
Ethan masuk lagi ke dalam kamar dan melihat Megan menunduk dengan kedua tangan mendekap tubuhnya sendiri. Barusan dia bertanya pada Adam tentang permintaan Megan. Apa yang harus dijawab Ethan untuk membuat Megan tetap berada disisinya? Adam menjawab dengan cepat kalau Ethan harus mengajukan syarat.“Apa syaratnya?!” tanya Megan cepat tanpa mengusap air matanya.Ethan tidak langsung menjawab pertanyaan Megan. Manik mata hitamnya menatap wajah cantik Megan yang sudah basah dengan air mata. Dia tertegun melihat kecantikan alami Megan yang berwajah khas wanita Asia dengan mata bulat dan kulit bersih. Bibirnya berwarna pink muda, penuh dan lembut.Ethan masih ingat bagaimana rasa bibir Megan saat pertama kali menciumm gadis itu. Dia bahkan belum sempat bertanya bagaimana bisa bibir Megan terasa sangat manis di lidahnya. Tanpa meminta izin kepada Megan, Ethan mengulurkan tangannya mengusap air mata di pipi gadis itu.PLAK!Megan refleks menepis tangan Ethan lalu berusaha mendorongnya menjau