“Kau tidak apa-apa?” Suara bariton Ethan bagaikan suara petir terdengar di telinga Megan.Gadis itu meronta dalam dekapan Ethan dan mendorong pria itu kuat-kuat menjauh darinya. Kedua kaki Megan melangkah mundur berusaha menjaga jaraknya dari Ethan. Dia bahkan belum tahu siapa nama pria itu dan tidak mau tahu. Lebih baik mereka tidak bertemu lagi selamanya.Suara-suara keras di belakang Megan semakin keras terdengar. Megan sadar kalau pengejarnya semakin menipiskan jarak mereka sehingga dia mau tidak mau harus bersembunyi. Megan menatap wajah Ethan dengan sorot mata galak sekaligus takut. Bayangan kejadian malam itu kembali berputar di kepala Megan.Pilihan Megan semakin sulit antara tertangkap lagi oleh para penculiknya atau meminta bantuan kepada pria brengsek yang sedang menatapnya tajam. Megan harus menentukan pilihan paling sulit di dalam hidupnya. Dia menoleh ke belakang, manik matanya membesar melihat dua pria kekar yang menculiknya berlari semakin dekat.Tidak ada pilihan lain
Tidak ada yang lebih indah daripada membayangkan hidup bersama Megan. Tinggal dalam satu rumah bahkan satu kamar dan selalu bersama sepanjang hari. Ethan akan bisa melihat tubuh Megan yang hanya tertutup piyama tidur tipis. Aroma wangi tubuh Megan akan memenuhi penjuru rumah dan tentunya akan membuat Ethan bergairah.Itu yang terlintas di kepala Ethan saat memikirkan tentang rencana Adam. Bayangan Ethan sudah traveling kemana-mana memikirkan hal yang luar biasa itu. Mereka bisa menghabiskan waktu seharian saling meraih kepuasan duniawi. Sekali tercetus perintah Ethan untuk melanjutkan rencana Adam, pria itu langsung mempersiapkan segalanya dengan cepat.“Bawa mobilnya!” titah Adam pada sopir Ethan yang berdiri di belakangnya.Mobil Mercedes-Benz berwarna hitam pun muncul dari balik rerimbunan semak yang ada di dekat mereka. Ketika Adam membantu Ethan masuk ke dalam mobil itu, terdengar suara berisik dari arah bangunan tua itu. Rupanya anak buah Ethan sudah mengepung tempat itu dan sibu
Adam mengangguk pelan, Ethan memang mulai berubah setelah mengenal Megan. Kebiasaannya setiap malam sepulang dari bekerja adalah bermain dengan wanita yang berbeda. Ethan tidak pernah mau bermain cinta dengan wanita yang sama. Setelah puas, Ethan akan melempar wanita itu keluar dari kehidupannya.Adam harus menyiapkan dua sampai tiga orang wanita yang sesuai dengan standar Ethan. Cantik, tinggi, putih mulus, tidak cerewet, dan yang paling penting bisa memuaskan Ethan. Kriteria itu sangat sulit untuk Ethan yang perfeksionis, dingin, dan arogan. Pernah sekali Ethan menendang seorang wanita keluar dari kamarnya hanya karena tidak suka dengan rambut wanita itu.Semakin hari, semakin sulit bagi Adam untuk mencari wanita yang diinginkan Ethan. Rasanya waktunya lebih banyak tersita untuk menyeleksi tumpukan berkas milik para wanita cantik yang sesuai standar Ethan. Padahal pekerjaan Adam lebih dari sekedar pencari kenikmatan untuk Ethan.Tanggung jawabnya sebagai asisten pribadi Ethan adalah
Sementara Adam berlari keluar rumah kecil itu dan kebingungan sendiri, Megan tampak meringis merasakan sakit di bagian belakang tubuhnya. Dia baru saja sadarkan diri dan ingatannya kembali dengan cepat. Bayangan wajah sangar Ethan yang sangat dekat di depan wajahnya, membuat tubuh Megan merinding. Ketika dia berusaha bangun dari berbaringnya, tubuh Megan melemas dan akhirnya terjatuh dari atas tempat tidur.“Aduh!” pekik Megan sambil mengelus pinggangnya yang terasa sakit.Manik mata indahnya melihat sekeliling kamar itu sebelum meringis sekali lagi. Megan memijat kaki dan pinggangnya perlahan sebelum memutuskan naik kembali ke atas tempat tidur. Pelan-pelan Megan berusaha mengangkat tubuhnya sampai akhirnya berhasil duduk di pinggir tempat tidur. Megan perlu waktu sebentar lagi untuk menguatkan kakinya yang terasa lemas seperti jeli.“Aku dimana ya? Tempat apalagi ini?” gumam Megan lalu merebahkan tubuhnya terlentang di atas tempat tidur. Pandangan Megan terlihat mulai berbayang keti
Ethan masuk lagi ke dalam kamar dan melihat Megan menunduk dengan kedua tangan mendekap tubuhnya sendiri. Barusan dia bertanya pada Adam tentang permintaan Megan. Apa yang harus dijawab Ethan untuk membuat Megan tetap berada disisinya? Adam menjawab dengan cepat kalau Ethan harus mengajukan syarat.“Apa syaratnya?!” tanya Megan cepat tanpa mengusap air matanya.Ethan tidak langsung menjawab pertanyaan Megan. Manik mata hitamnya menatap wajah cantik Megan yang sudah basah dengan air mata. Dia tertegun melihat kecantikan alami Megan yang berwajah khas wanita Asia dengan mata bulat dan kulit bersih. Bibirnya berwarna pink muda, penuh dan lembut.Ethan masih ingat bagaimana rasa bibir Megan saat pertama kali menciumm gadis itu. Dia bahkan belum sempat bertanya bagaimana bisa bibir Megan terasa sangat manis di lidahnya. Tanpa meminta izin kepada Megan, Ethan mengulurkan tangannya mengusap air mata di pipi gadis itu.PLAK!Megan refleks menepis tangan Ethan lalu berusaha mendorongnya menjau
“APA??!!” pekik Megan.Megan menatap Ethan ketakutan. “Kamu bilang apa tadi?” Megan tidak begitu mendengar jelas gumaman Ethan tadi.“Kubilang rambutmu bau. Sana mandi,” sahut Ethan sadis membuat Megan melotot.Megan mengusap rambutnya lalu mencium bau di tangannya. Bukan hanya rambutnya, tetapi juga tangannya bau bumbu masakan. Pakaiannya juga sudah kotor dan sedikit berbau. Megan mengintip ke bawah, kedua kakinya juga sangat kotor terkena lumpur yang sudah mengering. Pantas saja tubuhnya terasa tidak nyaman.Megan melirik makanan di atas meja dan teringat pesan ibu Susan. Kebiasaan di rumah Megan adalah mereka baru boleh makan setelah membersihkan diri terlebih dahulu. Megan tidak bisa lepas dari kebiasaan itu dan akhirnya memutuskan untuk mandi. Dia pun berbalik dan meminta Ethan menunggu sebentar.“Kamu mau kemana?” tanya Ethan yang mengira kalau Megan akan melarikan diri.“Aku mau ambil baju di lemari. Kamu jangan masuk ke kamar dulu,” pinta Megan lalu buru-buru masuk ke dalam ka
Gregory menggendong tubuh Celia dan membawanya mendekati tempat tidur besar di sudut kamar. Kedua bibir mereka masih saling berpagutan tanpa mau terlepas sedetikpun. Sekali lagi Gregory membaringkan Celia dengan lembut, kali ini diatas tempat tidur. Kecupan Gregory mulai turun ke leher, menghirup dalam-dalam aroma parfum kesukaannya tanpa memberi tanda kepemilikan disana.Celia tidak mau Gregory meninggalkan tanda kepemilikan di tubuhnya agar tidak dilihat para pelayan di rumahnya. Meskipun selalu memakai pakaian yang tertutup, tetapi Celia sangat berhati-hati ketika menyangkut nama baiknya.“Greg,” lirih Celia manja dengan hasrat yang mulai menggelora. Pria itu tersenyum, dia paling suka dipanggil Greg dalam setiap permainan mereka.“Apa kau juga akan menyebut nama Ethan saat kau bercinta dengannya nanti?” tanya Gregory di sela-sela kecupannya pada gundukan di depan dada Celia.“Aku hanya suka menyebutkan namamu, Greg,” rayu Celia lembut. Tubuhnya sudah melayang karena ulah Gregory.
CEKLEK!Pintu kamar mandi terbuka perlahan membuat Ethan yang sedang asyik mengunyah makanan menoleh cepat. Megan keluar pelan-pelan dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya yang basah. Fokus perhatiannya tertuju pada kamar tempat Megan meninggalkan Ethan tadi. Melihat pintu kamar terbuka lebar, Megan berharap pria itu masih berada di dalam sana.Megan pun menoleh ke meja dapur. Pandangan mata Megan bertemu dengan mata Ethan . Pria itu menelan paksa makanan yang belum selesai dikunyahnya dan tersedak dengan sukses. Ethan panik sambil memegangi lehernya karena makanan yang tersangkut di tenggorokannya.UHUK! UHUK! UHUK!Megan yang melihat Ethan kelimpungan, segera mengambil gelas dan mengisinya dengan air minum. Tanpa merasa takut atau curiga pada Ethan, Megan segera mendekatkan gelas air itu ke bibir Ethan. Hati Megan yang baik mendorongnya untuk berusaha membantu meredakan batuk Ethan.“Pelan-pelan minumnya,” ucapnya lembut.Ethan seperti terhipnotis suara Megan dan perlahan me