Alexa masih berjongkok sambil menutup matanya dengan kedua telapak tangan, hatinya bergetar hebat dan dia tidak merespon ucapan Varen.Varen merasa ada banyak luka yang wanita ini sembunyikan, bahkan luka 4 tahun terakhir tidak sebanding dengan tekanan psikis yang Alexa alami. Varen masih jauh lebih beruntung karena ada keluarga dan sahabat yang mensuportnya. Sedangkan Alexa, dia harus berjuang sendiri dari kecil.Varen mengulurkan tangan dan memapahnya untuk berdiri, mata Alexa sembab karena menangis. Menambah kesan iba dari diri Varen terhadap wanita dihadapannya.“Kita pergi dari sini?” tanya Varen.“Tolong antarkan aku pulang!”“Kamu mau pulang kemana? Sebaiknya kamu ikut ke apartemenku, apalagi jika kamu sudah memiliki jawaban atas tawaranku kemarin. Besok kita bisa langsung mencari apartemen yang cocok buatmu dan segera menjemput kakakmu.”Alexa terdiam beberapa saat, sebenarnya ada keraguan yang mengganjal dihatinya namun dia tidak bisa membohongi hatinya kalau dia sangat menya
“Ada urusan.” Nada suara Varen yang rendah dan jernih terdengar sedikit berat. Alexa mengedipkan matanya dan merasa kantuknya menghilang.Aku ingin meminta jawaban yang kemarin.” Nada suaranya masih terlihat dingin seperti biasanya.Alexa menggeserkan selimutnya dan bangun dari tempat tidurnya dengan satu tangan memegang handphone. Pria ini menelepon larut malam begini hanya untuk menanyakan jawaban atas tawarannya kemarin, sungguh pria yang pemaksa.“Aku ingin bertemu denganmu.” Varen berkata lagi.Alexa, “……….”Mengajak bertemu pada larut malam, permintaan ini agak kelewatan.“Bagaimana kalau aku tidak mau dan kita tidak perlu bertemu?”Varen mengangkat kepalanya dan menatap ke lampu jalan yang bercahaya, ekspresi dingin di wajahnya semakin terlihat karena disorot oleh lampu jalan yang terang.“Tunggu aku di luar, aku akan menjemputmu!” Selesai berkata dengan nada memerintah dan memaksa, Varen langsung menutup teleponnya tanpa aba-aba.“Apakah dia tidak perlu menanyakan di mana diri
Varen hanya mengedip-ngedipkan matanya seolah-olah sudah paham arah pembicaraan mereka kemana. Tidak berapa lama bagaikan sudah disetting seperti sinetron yang biasa Bi Minah tonton di apartemennya, Vita pun datang mendekat.Satu hal yang pertama kali Vita lihat adalah wajah Varen yang tampan, dia sampai tidak bisa mengedipkan matanya lantaran kagum akan semua yang melekat pada diri Varen.Nanea lantas menyadarkan Vita dari lamunannya, “Vit, kenalin ini Varen. Kamu masih ingat Varen kan teman masa kecilmu? Varen udah banyak berubah lo sekarang, udah sukses pula. Nanti kamu harus banyak belajar dari Varen cara mengurus perusahaan, jadi mulai sekarang kamu harus lebih sering berinteraksi dengan Varen,” ucap mamanya yang berhasil membuat Vita tersipu malu.Tapi tidak bagi Varen, dia justru muak dengan acara seperti ini. Sekarang dia sudah tahu sasaran perjodohannya kali ini adalah Vita, tetangganya semasa kecil.“Kalian ngobrol dulu deh berdua, mama sama Tante Nanea mau ketemu teman-tema
“Oke.” jawab Aerin sembari mengacungkan ibu jarinya tanda setuju.Varen dan Alexa pun bangkit dan berjalan beriringan keluar dari kamar, mereka menuruni tangga menuju ruang tamu. Alexa merasa canggung dengan kegilaannya semalam, entah kenapa dirinya hilang kendali karena mabuk.Demi mengubah kecanggungan, dia lalu menawarkan teh untuk Varen.“Kamu mau aku buatkan chamomile tea? Lumayan untuk menghilangkan mabuk dan menenangkan pikiran,” ucap Alexa“Boleh.” Varen inginnya to the point saja, namun dia bingung harus memulai darimana percakapan ini.Alexa pun kembali ke sofa dengan dua chamomile tea, satu untuk dirinya dan satu untuk Varen.“Maaf!” Mereka serentak mengucapkan kata maaf, seperti sedang paduan suara saja.Varen menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan tersenyum canggung, begitu juga dengan Alexa yang tidak kalah canggungnya. Dalam hatinya sangat-sangat malu, sudah menumpang malah bikin masalah pula.“Ladies first” ucap VarenAkhirnya Alexa mulai berbicara dan pertama-tama
Sontak Varen kaget dan berniat mengembalikan Alexa ke posisi semula atau membaringkannya di atas sofa. Namun tindakannya terhenti kala Alexa mulai meracau.“Kamu juga menghinaku, semua menghinaku, apa salahku! Aku bukan wanita jalang yang menghibur banyak pria, aku memang tidak memiliki pekerjaan tetap. Tapi aku bukan pelacur! Aku sudah berusaha mencari uang untuk pengobatan kakak!”“Papa, aku janji akan membawa kakak pergi. Papa, kenapa kamu tidak membawaku dan kakak pergi ke surga sana. Papa, besok aku akan mencari pekerjaan! Aku janji, Pa!” Dia lalu menangis di pelukan Varen, tanpa terasa kemeja yang dikenakan Varen sudah basah oleh airmata.Varen seperti merasakan sakit dan beban yang dirasakan Alexa, melihat wajahnya yang indah Varen merasa tenggorokannya sangat kering. Menggunakan keberanian karena pengaruh alkohol, tiba-tiba dia pun kelihangan kendali dan menciumnya.Alexa yang belum sepenuhnya sadar tiba-tiba berkata, “Panas sekali.” Kedua matanya tertutup rapat, tapi tubuhnya
“Eh─” Alexa tidak bisa menjawab ucapan Varen, benar selama ini dia hanya menumpang di rumah Kenzo tapi tidak bisakah laki-laki ini tidak merendahkannya?Varen merasa bangga karena dirinya berhasil mengerjai Alexa, dan tujuan Varen sebenarnya adalah bisa membuat Alexa sadar bahwa dia harus bisa mandiri dan kuat sebagai wanita, jadi tidak harus selalu bergantung pada orang lain.Varen tentu tahu kesulitan apa yang kini tengah dihadapi perempuan di hadapannya ini, namun Varen tidak akan membantu jika bukan Alexa yang meminta dan mau menceritakannya. Ya Varen akan menunggu, menunggu hingga Alexa siap untuk bercerita.“Ya sudah, malam ini kamu tidur saja di sini. Kamu bisa tidur di kamarku, tapi tolong tidur yang bersih. Aku sebenarnya tidak mau ada orang lain menyentuh kasurku apalagi mengutak atik sesuatu yang tidak perlu kamu ambil di kamarku.”“Tolong diingat Nona Alexa, bahwa hari ini seorang anak sultan Varen Dhananjaya sedang berbaik hati terhadap Anda.” Varen berbicara panjang leba