Setelah kepergian Rio beberapa jam yang lalu, kini Retno tidak henti-hentinya menitikkan air matanya. Selain karena rasa sakit yang ia rasakan di kakinya, rasa kecewa yang teramat besar muncul di dalam dirinya. Rasanya ia menjadi ibu yang paling jahat sedunia karena ia gagal menjaga buah hati yang sedang berada di dalam kandungannya.
Mikha yang sejak tadi memilih menunggu di luar kamar perawatan Retno menjadi tidak tega jika harus masuk ke ruangan ini. Ia bisa memahami jika Tantenya membutuhkan waktu untuk menenangkan dirinya sendiri tanpa kehadiran orang lain di dekatnya. Tidak hanya itu saja, Mikha juga tidak tahu apakah Retno sudah tahu jika Hartono meminta Rio untuk segera melamar.
Entahlah, daripada pusing sendiri begini memikirkan masalah yang jelas bukan masalahnya, Mikha memilih segera masuk ke dalam kamar perawatan R
Malam ini Rio terbangun ketika ia mendengar suara deringan handphone miliknya. Ketika ia akan mengambil handphone untuk melihat siapa yang menelepon dirinya, tetapi yang ada justru telepon itu sudah ditutup begitu saja. Kini Rio mengucek kedua matanya dan ia menguap. Ternyata yang baru saja meneleponnya adalah Kaelie.Rio melirik ke arah jam dinding yang ada di dekat sudut kamar kostnya. Matanya membelalak lebar ketika melihat ini sudah pukul dua belas malam. Cepat-cepat Rio bangun dan menuju ke kamar mandi. Ia basuh wajahnya agar tidak mengantuk. Setelah itu ia pipis terlebih dahulu daripada nanti ia harus mencari SPBU nanti. Belum tentu juga ia akan menemukan SPBU yang buka 24 jam jika tidak melewati tol.Selesai melakukan apa yang ingin dia lakukan, Rio segera keluar dari dalam kamar mandi. Ia buka handphone miliknya dan i
Siang ini Rio duduk di hadapan Kaelie. Ada rasa sedikit gugup dan bingung bagaimana ia harus alih profesi menjadi "mucikari" dadakan saat ini. Ia tidak pernah mengiklankan barang selain jasa fotonya, tapi kini ia harus mengiklankan sosok Nico kepada Kaelie. Berkali-kali di dalam hatinya, Rio mengatakan kata maaf di kepada Nico. Semua ini terpaksa ia lakukan demi masa depan hubungannya dengan Retno.Kaelie yang melihat Rio diam saja sejak tadi hanya bisa tersenyum. Ia tahu kenapa Rio seperti ini. Tapi toh ia mencoba memilih untuk menunggu, 'kan Rio yang mengajaknya untuk bertemu, bukan dirinya. Jadi ia sebaiknya mendengarkan apa yang akan Rio sampaikan kepadanya."Kae?" Panggil Rio setelah sebentar lagi akan terjadi lebaran gajah saking sudah lamanya mereka sama-sama diam. Mendengar panggilan ini, akhirnya Kaelie menghela napa
Retno membuka matanya pagi ini karena ia mendengar pembicaraan dua suara yang sangat ia kenal. Ya, suara Mikha dan Yuni yang sedang membicarakan hal serius ini membuat Retno menutup kedua matanya kembali. Lebih baik ia pura-pura tertidur."Eyang Kakung bilang kalo Rio enggak mampu membiayai pernikahannya dengan Retno, dia mau menanggung semua biaya itu. Termasuk biaya tiket pesawat sampai hote keluarga Rio.""Enak banget ya, Mas Rio. Jadi laki-laki kok mokondo.""Halah, kamu aja nguber-nguber dia kaya laki-laki di dunia ini sudah habis aja populasinya."Suara tawa bisa Retno dengar sayup-sayup di telinganya, namun Retno enggan untuk membuka matanya."Ssstt
Saat sampai di Jakarta, Rio langsung keluar dari pintu keluar stasiun Pasar Senen. Ketika dirinya keluar, sosok Manda sudah menunggunya tidak jauh dari pintu keluar ini. Segera saja Rio menghampiri taman wanitanya ini."Hai, Man.""Hai, Ri. Gimana kondisi Mbak Retno?"Rio mengernyitkan keningnya. Ia belum bercerita kepada Manda tentang kondisi Retno. Jadi dari mana Manda tahu tentang kabar ini?"Lo tahu kondisi Mbak Retno dari siapa, Man?""Dari Nico. Tadi Nico telepon dan bilang kalo dia habis antar lo ke stasiun Tugu."Tidak mau membahas lebih lanjut tentang semua ini, Rio memilih untuk mengalihkan pembi
Setelah kepergian Rio beberapa jam yang lalu, kini Retno tidak henti-hentinya menitikkan air matanya. Selain karena rasa sakit yang ia rasakan di kakinya, rasa kecewa yang teramat besar muncul di dalam dirinya. Rasanya ia menjadi ibu yang paling jahat sedunia karena ia gagal menjaga buah hati yang sedang berada di dalam kandungannya.Mikha yang sejak tadi memilih menunggu di luar kamar perawatan Retno menjadi tidak tega jika harus masuk ke ruangan ini. Ia bisa memahami jika Tantenya membutuhkan waktu untuk menenangkan dirinya sendiri tanpa kehadiran orang lain di dekatnya. Tidak hanya itu saja, Mikha juga tidak tahu apakah Retno sudah tahu jika Hartono meminta Rio untuk segera melamar.Entahlah, daripada pusing sendiri begini memikirkan masalah yang jelas bukan masalahnya, Mikha memilih segera masuk ke dalam kamar perawatan R
Saat berhenti di perempatan lampu merah, Nico melirik ke arah Rio yang tampak sedang bersedih ini. Tidak biasanya temannya ini memasang wajah seperti ini. Dulu walau ia sering bokek pun tetap saja wajahnya tidak sekusut ini. Benar juga pilihan Prima untuk tetap menjomblo karena ternyata memiliki pasangan tidak selalu membuat bahagia. Ada kalanya justru membuat pusing tujuh keliling."Lo ada masalah apa, Ri?"Nico berpura-pura untuk berlagak polos dan tidak tahu apa yang terjadi. Setidaknya ia mengetes bagaimana Rio akan bereaksi ketika mendapatkan pertanyaan seperti ini."Akhirnya gue bilang ke Bunda kalo anaknya ini sudah menghamili anak orang dan sekarang gue enggak tahu, apakah keluarga gue bisa menerima semua ini atau enggak."