Setelah menghabiskan waktunya hampir dua Minggu di rumah sakit, akhirnya kali ini Retno diijinkan untuk pulang ke rumah. Mengingat bagaimana perdebatannya dengan Hartono kemarin, Retno hanya bisa menghela napas panjang. Memang paling benar jika beradu debat dengan orangtua, yang merasa muda mengalah. Karena orangtua selalu punya jalan untuk memenangkan perdebatan."Kamu pulang ke rumah Papa sama Mama saja.""Enggak, Pa. Aku punya rumah sendiri. Aku mau pulang ke rumahku. Lagian kasian Susi di rumah sendirian.""Kalo kamu mau kontrol ke rumah sakit, terus kamu mau terapi jalan, gimana? Susi 'kan enggak bisa nyetir, Ret.""Masih banyak taxi online, Pa."
Ari : Ayah sama Bunda akan datang ke Jogja, Ri. Kamu enggak usah pusing-pusing lagi memikirkan masalah ini.Rio mengedipkan matanya beberapa kali saat membaca pesan ini. Benarkah semua ini? Jika benar maka semua akan cepat bisa diatasi. Segera Rio bangun dari atas ranjangnya dan berjalan keluar dari kamar.Ia panggil-panggil Nico yang sejak ia memasuki rumah ini belum bertemu dengan dirinya."Nic... Nico... lo di mana?"Tidak ada yang menyahut. Kini Rio memilih menaiki tangga untuk menuju ke kamar Nico. Ternyata saat ia membuka pintu kamar Nico, tidak ada si empunya rumah. Rio memilih menutup kembali pintu kamar itu. Rio kembali turun dan masuk ke kamar lagi untuk mengambil handphonenya. Segera saja ia menghubungi Nico. Beberapa saat menunggu sampai
Siang ini Rio duduk di hadapan Hartono. Keringat dingin bahkan muncul di telapak tangan Rio saat ini. Kopi yang ada di hadapannya saja tampak tidak menggugah seleranya untuk mencicipinya walau satu teguk.Hartono yang duduk diam sambil menatapnya membuat rasa nervous di dalam diri Rio sudah naik levelnya ke siaga satu."Bagaimana? Apakah kamu sudah memiliki jawabannya?"Rio menelan salivanya dan ia anggukkan kepalanya. Ini membuat Hartono tersenyum tipis. Sepertinya caranya untuk menekan Rio untuk meminta kepastian atas hubungan Rio dengan Retno cukup berhasil ia lakukan. Walau sebenarnya ia tidak mau melakukan hal ini, namun jika tidak begini, hubungan Rio dan Retno hanya akan jalan di tempat saja."Lalu k
Rio duduk di salah satu bangku taman yang ada di rumah sakit ini. Dalam hatinya terus berpikir. Bagaimana cara dirinya bisa mengajak kedua orangtuanya untuk datang melamar Retno. Jika kemarin ia disibukkan dengan memikirkan biaya pernikahannya, kini yang ada dirinya juga disibukkan dengan memikirkan cara meminta orangtuanya agar mau datang ke kota Jogja.Dengan sedikit rasa frustasi yang ada di dalam dirinya, Rio mencoba menghubungi Ari. Ya, mungkin Ayahnya ini akan bisa menanggapi semua ini lebih bijak daripada Bundanya. Tidak mau membuat nyalinya yang sudah mulai terkumpul ini hilang ditelan bumi lagi, Rio segera mengeluarkan handphone miliknya dari dalam saku celananya. Ia mencari nomer telepon Ayahnya di sana. Setelah mendapatkan nomer telepon Ari, Rio segera menyentuh tombol berwarna hijau. Beberapa saat Rio menunggu hingga akhirnya sambungan telepon itu diangkat oleh Ari.
"Sebenarnya beberapa waktu lalu Kaelie menawari aku untuk menjadi pacar dia selama empat bulan."Mata Retno langsung membelalak ketika mendengar penuturan Rio ini. Perempuan gila mana yang melakukan hal gila semacam ini? Baiklah, ia bisa mengerti jika yang Kaelie tawari adalah gigolo atau laki-laki yang benar-benar mau memainkan cerita setingan dengan dirinya di depan media, tapi ini Rio, laki-laki biasa yang tidak tahu dunia aneh-aneh semacam itu.Retno mencoba menutup bibirnya rapat- walau ia ingin protes. Toh, ia sudah berjanji kepada Rio untuk mendengarkan semuanya hingga selesai tanpa memotongnya."Imbalannya jika aku mau menerima semua tawaran itu adalah uang lima ratus juta."Satu detik ...
Retno duduk di atas ranjang tempat tidurnya sambil memikirkan perdebatannya dengan Mikha yang baru saja terjadi pagi ini. Rasanya ingin dirinya tidak percaya dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi, sayangnya tidak bisa. Saat ini yang ada mau tidak mau hanya pernyataan Mikha yang masih masuk di akal logikanya."Mikha, coba kamu ceritakan apa yang sebenarnya Tante tidak ketahui sampai saat ini?""Masa Tante Retno enggak tahu tentang semua ini?""Maka dari itu, Tante tanya sama kamu. Cuma kamu yang Tante harapkan untuk bisa jujur tentang semuanya tanpa ada yang ditutupi lagi.""Okay, aku akan kasih tahu semuanya."Kini Retno memilih diam dan menunggu k