Pagi hari yang cerah di gunung agung, sinar matahari seolah menjadi penyemangat bagi setiap makhluk yang ada di area itu. tumbuhan mulai berfotosintesis, hewan-hewan mulai beraktifitas mencari makan. Tidak terkecuali Surya, sosok harimau penjaga gunung.
Dengan berjalan ringan, Surya pun melenggak lenggok dengan angun layaknya anak kucing.
“Huuuu, mengapa aku bangun sepagi ini? aku sangat bosan setiap hari karena hanya bisa mengitari Kawasan hutan di gunung ini”
Keluhan Surya itu menjadi awal lamunannya mengingat kenangannya bersama kakek tua putih itu.
***
“Hey anak muda jangan malas,” kata sosok kakek tua sembari memukul kaki Surya.
“Ahhh ah aw, sakit dasar kakek tua,” rintih Surya sembari memegang kaki belianya.
“Uhhhh, bukankah anak kecil harus diajarkan sopan santun saat berbicara dengan orang yang lebih tua” Pukulan demi pukulan dilancarkan oleh kakek itu menggunakan tongkat kayunya.
Wajah kakek itu terlihat mencibir ke arah Surya. Sementara bocah kecil itu hanya bisa pasrah menerima pukulan demi pukulan yang diarahkan kepadanya.
Sementar Surya terus berdiri dengan kuda-kudanya itu dalam waktu yang cukup lama, kakek ubanan putih itu selalu saja melakukan hal-hal yang aneh. Mulai dari memukul setiap bagian tubuh Surya, dia juga terkadang menambahkan beban di tubuh Surya untuk di topangnya.
Di hari pertama kakek itu meletakkan sebuah batu di tangan Surya. Di hari kedua kakek itu menambah sebuah batu lagi di tangannya. Kini kaki Surya kecil menopang tubuhnya serta tambahan berat dari batu yang ditambahkan dalam posisi kuda-kuda. Jelas itu sesuatu yang menyiksa bagi seorang anak kecil.
Di setiap kali proses melelahkan itu dilakukan, sang kakek akan terus bergumam secara acak.
“Gunung bukan sembarang batu, batu di tanam menjadi gunung”
“ ...”
“Pohon yang cantik memperindah bunga, pohon yang kuat menjalarkan akar”
“ ...”
“Tidak akan bisa berlari seekor kuda, jika kuda tidak berkaki”
Lantunan-lantunan suara terus di bacakan oleh kakek itu, sementara Surya menjadi bingung, dia pun mengejek kakek tua diam-diam.
“Tcih, apa-apaan kakek tua itu, bukankah itu terlalu acak untuk di sebut pepatah?” Melihat arah kakek itu dengan pandangan tidak percaya.
“Apakah ini yang orang katakan, seseorang akan benar-benar gila karena bermimpi menjadi pendekar?”
Setelah berpikir sesaat Surya pun mulai menyimpulkan sesuatu.
“Tchh biarlah, lebih baik aku menurut saja untuk sekarang. Tubuhku sudah sangat sakit setelah beberapa hari ini”
“Tubuh ku tidak akan kuat jika di hantam dengan kayu milik kakek itu yang marah karena melihat ekspresi mengejek di wajahku.”
Surya pun akhirnya terus melakukan pelatihan itu selama 3 bulan. Tidak ada kegiatan lain yang dia lakukan selain berdiri dengan posisi kuda-kuda. Dia akan terus dibebani dengan tambahan beban oleh kakek tua itu. seiring berjalannya waktu, batu-batu akan tersusun rapi di tubuhnya layaknya piramida.
Tidak lupa setiap sudut tubuhnya akan dipukul seiring berjalannya waktu. Karena itulah Surya pun akhirnya menjadi terbiasa dengan perlakuan kejam kakek itu.
“Uhhhh, kakek yang bejat ini sungguh aneh, dia akan memukulku setiap kali dia bosan. Apakah keluarga ku berhutang beras kepadanya dahulu?” Menatap kakek itu dengan jijik.
Melihat tatapan yang diarahkan kepadanya, kakek itu pun akhirnya berkata.
“Apa? mengapa anak muda sepertimu melihat ke arah ku dengan tatapan seperti itu! apakah ini kurang sakit?” katanya sembari memukul mukul kaki dan paha Surya.
“Ahh aw aw, sakit, sakit ampun kek”
“Haaa tau sakit, lanjutkan terus aku mau pergi dulu sebentar”
Dengan satu langkah ringan sosok kakek itu tiba-tiba saja menghilang di udara kosong tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.
“Arghhhh, mengapa dia menghilang sekeren itu di hadapan ku. Bukan kah dia hanya ingin pamer?” katanya kesal.
Sejumlah bebatuan yang telah disusun di kepala Surya layaknya piramida pun terjatuh karena teriakan bocah kecil itu.
Gedebuk! Gedebum!
“Ahh aw Aw, sial kakek tua itu!”
***
Sementara Surya sedang berjalan santai sembari sedikit melamun, segerombolan orang orang yang tampak kasar dan kotor pun mulai berjalan di area hutan pegunungan.
“Eyy, sebenarnya apa yang kita cari di hutan ini ni,” tanya salah satu orang paling gendut di kelompok itu.
“Iya, aku sudah capek mengikuti jalan mendaki gunung ni,” sambung si kurus dengan baju berwarna merah mencolok.
“Eh kalian, sudah lah ikut saja. Jangan pula mengeluh mengeluh ni”
“Iya benar, jangan tau makan tidur aja kalian. Nanti bos marah pula ke kita,” tegas sosok yang bertubuh tinggi.
Dengan memaksakan tekad, orang orang itupun akhirnya berjalan menyusuri hutan tanpa tau arah dan tujuan.
Setelah matahari tepat berada di atas kepala, kelompok itu akhirnya berhenti.
“Cukup lah dahulu mencarinya, udah siang ini aku sudah litak! (lapar)” teriak si gendut.
“Iya benar, aku pun sudah mau pingsan ini ni,” kata si kurus dengan berusaha menyeimbangkan tubuhnya.
Melihat kondisi teman-temannya yang cukup buruk, kelompok itu akhirnya berhenti di area yang dekat dengan sungai.
Meskipun waktu menunjukkan siang hari, namun area hutan di gunung itu tidaklah terlalu panas. Ini semua membuat sekelompok orang yang pada awalnya hanya berniat untuk beristirahat sebentar menjadi ketiduran.
Setelah beberapa saat waktu berlalu, salah satu dari kelompok itu terbangun. Itu adalah si gendut.
“sihhhh, mengapa harus sesak berak saat saat seperti ini, hampir saja tadi aku terlepas saat sedang bermimpi”
Sosok gendut itu pun langsung berlari menuju ke suatu arah. Jelas bahwa dia ingin mengeluarkan seluruh sarapannya yang bar di kunyahnya tadi pagi.
***
Sementara di suatu area yang tidak jauh dari tempat di mana kelompok itu tertidur, Surya terus termenung memikirkan pelatihan yang aneh dan menyiksa bersama kakek tua ubanan putih.
“Hufffff, tidak ada gunanya aku mengingat ingat kegiatan itu. toh kakek tua itu sudah menelantarkan ku setelah aku berubah menjadi harimau,” katanya dengan sedikit pasrah.
Meskipun Surya tampak membenci kakek tua itu. Surya sebenarnya sangat sayang kepada kakek itu, dia bahkan sudah menganggapnya sebagai kakeknya sendiri. Selain itu Surya sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi, jadi jelas bahwa anak itu sangat kesepian.
Dengan suasana hati yang buruk, sosok harimau besar itu melangkah ke arah sungai. Dia akan terus datang ke sungai setiap hari, mulai dari pagi, siang, maupun malam. Kegiatan ini dilakukan hanya untuk berkaca dan melihat rupanya yang makin hari makin membesar. Melihat dirinya dari pantulan air sungai yang mengalir membuat dirinya jauh lebih tenang.
Dasar harimau narsis!
Setelah berjalan beberapa waktu, Surya akhirnya hampir sampai ke tempat yang dia tuju. Suasana hati Surya pun mulai membaik setelah mendengar suara air yang menderu. Aliran air yang mengalir dari gunung menuju dataran menjadi musik tersendiri bagi Surya.
Ekspresi di wajah harimau besar itu kian membaik, matanya yang sedikit terpejam, bibir lebarnya yang tampak seperti tersenyum. Surya sangat senang, namun tiba-tiba suasana hati harimau besar itu menjadi kacau setelah melihat ke suatu arah.
Sekelompok orang tampak terbaring nyaman di tepi sungai. Mereka sangat menikmati kegiatan itu layaknya anak bayi yang tertidur tanpa dosa.
Surya menjadi marah. Mereka telah mengganggu kegiatan sakralnya!
Dahi harimau itu mulai mengerut, bibir nya mulai terangkat menampakkan gigi taringnya yang tajam. Dengan menarik napas dalam dalam surya pun mengeram dan meraung.
"Grrrrrrr."
“AUMM!” Suara raungan pun terdengar keras menyapu area hutan.
Dengan suara yang memekakkan telinga itu, sekelompok orang yang tadinya sedang menikmati mimpi mereka menjadi terkejut lalu bangun.
“Sial suara apa itu”
“Ahhh mengganggu saja,” kata si kurus sembari menyeka air di pipinya.
Semua orang yang terbangun langsung mengeluh kesal. Namun semua keluhan itu akhirnya berhenti Ketika mereka melihat mata merah bulat besar yang menatap tajam ke arah mereka.
“M-monster”
“Itu Penjaga gunung yang dirumorkan!”
“Ahhh-ak-ku tidak ingin mati.”
Orang orang itu hanya bisa mengutuk kesal karena bertemu sosok monster seperti ini, mereka hanya ditugaskan untuk mengambil emas dari mayat anggota kelompok mereka yang telah mati di hutan gunung agung ini.
“Namun sekarang apakah kami yang akan mati di sini?”
hai semuanya, apa kabar? gimana bab kali ini? semoga menghibur ya!! || Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya 😘😘😘.
Di dekat sungai gunung agung. Tampak harimau besar melihat ke satu arah dengan tatapan yang sangat tajam. tatapan itu seolah olah bisa mencabik- cabik tubuh sosok yang di tatapnya. Mengembangkan dadanya, harimau itu mengaum sekali lagi sebelum berlari ke arah orang-orang yang tampak berantakan itu. “AUMMM!!!” Lompatan panjang pun diambil, menerjang ke arah sekelompok orang itu. Sekelompok orang yang melihat kejadian itu hanya bisa diam membatu. Jelas kejadian itu menjadi akhir bagi kehidupan mereka. Monster yang ukuran tubuhnya hampir sama dengan gajah itu, bahkan bisa melompat dengan mudah layaknya tupai. “Crat cret crat.” Suara sayatan terdengar sebelum cairan berwarna merah mulai muncrat ke mana-mana. Tanah di sekitar kini berwarna merah kehitaman, beberapa kepala berserakan di tanah bersamaan dengan sejumlah tubuh yang sudah kaku terbaring lemas tak bernyawa. Sekelompok orang itu telah menjadi mayat hanya dalam waktu yang singkat. “Cihhh orang orang ini membuat ku semakin
Di sebuah sungai di bawah gunung agung, dapat dilihat sosok harimau besar sedang berenang menikmati keindahan alam. Dia tampak berenang secara alami menggunakan keempat kaki besarnya. Bulu bulunya yang mengkilap kini menjadi basah dan tampak cukup berat. “Huuuu, ini sangat segar, jika bukan karena kemunculan bandit bandit itu, aku akan malas berenang. Bulu bulu ku akan sulit kering dan berat badan ku menjadi bertambah,” keluhnya dengan kesal. Makhluk besar itu pun berenang kesana dan kemari beberapa kali, sampai pada akhirnya dia mengingat kembali kenangan yang pernah dia lakukan bersama si kakek tua. *** “Uhhhhh ini sangat dingin,” kata Surya kecil mengigil sembari memeluk ringan tubuhnya sendiri. “Jangan terlalu manja, mandi pagi dengan air dingin itu sehat,” jawab seorang kakek di hadapan surya. Mendengar perkataan dari kakek ubanan itu, surya hanya bisa diam sembari mengutuk dalam hati. “Sial, kini pelatihan macam apalagi yang harus aku lalui?” berkata dengan jijik. Namun s
Di sebuah sungai area hutan gunung agung, dapat dilihat sebuah pusaran yang cukup besar. Deburan air layaknya ombak terus mengelilingi poros dari pusaran itu. sosok harimau besar yang tampak gagah dengan tenang duduk di tengah-tengah poros tidak melakukan suatu. Sementara itu, tampak ada sosok mengerikan dengan tubuh yang besar sedang mengudara sebelum menghantamkan pedangnya ke pusat dari pusaran sungai itu. “BUMMMM!” Sebuah suara dahsyat pun tiba-tiba terdengar sebagai hasil dari hantaman pedang besar milik si bengis penjagal kidal. Sejumlah air mulai tumpah ke mana-mana, area di sekeliling sungai itu menjadi berantakan. Fenomena itu sangat dahsyat sampai membuat air sungai yang tadinya penuh kini menjadi sedikit surut. Penjagal kidal yang membelah menggunakan pedangnya itu sama sekali tidak mengenai apa pun. Namun jejak dari hantaman itu sangat dahsyat, sehingga timbul sebuah cekungan yang cukup dalam. Sementara itu, Surya sendiri selamat dari kejadian. Dia dengan tanpa sadar
Di sebuah tempat yang berantakan. Tampak seorang bertubuh besar sedang berdiri tegak sembari tertawa kegirangan. Sosok itu benar benar mengerikan, tawanya yang keras seperti menertawakan kesengsaraan orang yang berada di neraka. Sementara itu, tampak seekor harimau besar tergeletak lemas tidak jauh dari sosok penjagal kidal itu. Jelas harimau itu adalah Surya yang sudah dipukul dengan bodoh oleh si bengis penjagal kidal. Julukan itu bukan sebuah omong kosong! Dengan ringan sosok penjagal kidal itu berjalan ke arah Surya, dia sesekali berhenti hanya untuk tertawa. Setelah sampai di hadapan sosok harimau itu, penjagal kidal pun melihat tubuh Surya dengan seksama. Dia melihat luka luka sayatan di tubuh Surya dengan bangga. Ada semacam euforia tersendiri baginya setelah melihat kucing pengganggu ini terbaring lemah karenanya. Meskipun dia sedikit kesal karena luka-luka di tubuhnya, dia hanya bisa bersyukur. Dengan memegang lehernya yang terluka, sosok penjagal kidal itu bergumam. “A
Di suatu tempat yang benar-benar kacau. Tampak seorang bertubuh besar melayang di udara memegang gagang pedang dengan kedua tangannya. Sosok itu tampak sangat mengerikan dengan tubuh berwarna merah darah. Dengan menarik pedangnya ke belakang, sosok menyeramkan itu mulai membelah ke satu arah. “HeyyiAaaaa!” teriakan panjang terdengar Ketika sosok itu menebas. Surya yang sama sekali tidak siap hanya bisa membungkus dirinya dengan aura berwarna oranye. Dengan menaruh kedua tangannya kedepan, Surya berharap dia bisa menangkis serangan itu. Hanya dalam waktu singkat, tebasan dari penjagal kidal itu sudah menghantam tubuh Surya. Serangan ini benar-benar berbeda dari sebelumnya. Jelas ini 3 kali lebih kuat dari serangan sebelumnya. Surya mungkin akan benar benar tamat sekarang. “Siallll, ini sangat berat seperti aku sedang ditekan oleh sebuah gunung!” Tangan Surya dengan bergetar menahan serangan itu, bahkan kaki belakangnya harus menderita karena menopang tekanan yang cukup kuat, samp
Di markas para bandit. “Hey, apakah kalian tidak penasaran?” Seorang berikat kepala bertanya kepada kelompok bandit yang sedang bermain kartu. “Penasaran tentang apa?” jawab sosok di sebelah kiri. “Iya, apa yang kau penasaran kan ni?” tanya orang di kana menambahkan. “Aduh, emang ya kalian in tolol. Bukan kah pemimpin kita sedang mengamuk?” Menggelengkan kepalanya heran. “Ohhhh tentang itu. tenang aja, bos kita itu mengerikan.” Matanya melotot mencoba mengekspresikan kengerian. "Benar, julukannya saja si bengis penjagal kidal. Pasti dia akan membuat bencana di gunung.” Anggukan percaya diri terlihat dari sosok sebelah kiri. “Baiklah baiklah” membanting kartunya sembari berkata. “Aku menang!” teriak kegirangan. “Kau curang!” “Benar, kau sengaja mengalihkan perhatian kami.” raut kesal tergambarkan dari wajah kelompok itu. “Hahahaha” sosok yang membanting kartu tertawa meskipun masih ada jejak khawatir di matanya. *** Di area sungai yang tidak lagi berbentuk. Surya terapung d
Pagi yang cerah di markas bandit. Tampak sekelompok orang sedang melihat ke satu arah. wajah mereka disinari pantulan cahaya merah menyala ketika tanpa sengaja mereka terkena sedikit asap . mereka sedang melihat markas bandit yang sedang di lahap si jago merah yang dengan semangat berkobar di udara. Sosok Surya yang kini berubah menjadi harimau hanya bisa melihat itu dengan puas. Membawa pralaya di mulutnya Surya pun melangkah ringan meninggalkan tempat itu. Surya juga tidak lupa membawa beberapa emas di punggungnya. Mata berkaca kaca, serta senyum lebar di wajah para tahanan menjadi bukti betapa senangnya mereka. Orang-orang itu sudah menyerah untuk mencari kebebasan. Namun siapa sangka, hari yang baik ini akan menghampiri mereka tanpa pemberitahuan. Lautan api itu menjadi awal cerita tentang penjaga gunung! *** Di desa orang orang kini tengah heboh. “Benarkah rumor itu bahwa penjaga gunung telah menghabisi si bengis penjagal kidal?” “Benar, kalau tidak percaya coba caliak(l
Suatu sudut di sungai gunung agung, tampak sosok manusia harimau sedang mengangkat batu besar ke tepi sungai. Dengan desahan nafas puas, sosok itu pun berkata. “Ahhh, akhirnya selesai juga.” Melekatkan batu dengan gembira. Kini sungai yang pada awalnya tampak kacau sudah mulai terlihat seperti bentuk aslinya, meskipun ada beberapa hal yang terlihat tidak maksimal, seperti pohon yang masih kecil, maupun air yang masih keruh. Tapi tetap saja, seiring berjalannya waktu semua itu akan benar-benar Kembali seperti semula. Kegiatan perbaikan itu telah dilakukan Surya selama lebih dari sebulan. Selain dia bisa merasa tenang setelah memperbaiki semuanya. Kini dia juga sudah bisa mengontrol energi rimaunya dengan cukup baik. Pada awalnya dia hanya bisa mempertahankan perubahan manusia harimau selama 5 menit saja, namun kini dia bisa bertahan selama 20 menit. Setiap kali Surya berubah menjadi harimau biasa, dia akan duduk bersila untuk membuat energi di tubuhnya stabil Kembali. namun setiap