Share

04. Bos Bandit Marah

Di sebuah area dekat desa. Tampak sekelompok orang mulai lari berdatangan. 

“Mana harimaunya, mana?” 

“Iya di mana di mana?”

Sekelompok orang yang mulai panik itu pun akhirnya berkumpul di suatu tempat sembari melihat ke satu arah.

Seketika itu orang-orang di sekitar langsung diam dan mematung. Mereka sama sekali tidak siap untuk melihat sosok agung di hadapan mereka. Sosok oranye besar itu hanya duduk tegak melihat ke arah mereka. Tidak ada hal lain yang dilakukan monster besar itu.

Setiap orang mulai mengidentifikasi makhluk di hadapan mereka. Mulai dari kepalanya yang besar, tubuhnya yang kekar, kaki kakinya yang panjang dan tampak kokoh, serta matanya yang sayu terlihat menyeramkan seperti seorang predator yang sedang melihat semut kecil yang bisa dia bunuh kapan saja.

makhluk itu benar-benar monster!

Sementar itu di sisi lain, Surya bingung apa yang harus dilakukannya sekarang.

Orang-orang berteriak tentang harimau besar. Sehingga penduduk di Kawasan itu dapat mendengarnya. Di salah satu orang yang datang karena penasaran ada seorang yang tampak akrab.

Itu adalah sosok gadis yang telah diselamatkan Surya.

Dia kini sudah mandi dan mengganti pakaianya yang rusak tidak berbentuk sebelumnya. Dia datang kesini untuk membeli lauk makan malam untuk keluarganya, karena ibunya yang sibuk membantu ayahnya berdagang.

“Penjaga gunung!” gumamnya reflek setelah melihat sosok yang di kenalinya.

semakin lama semakin banyak orang yang datang untuk melihat Surya. Karena dia merasa tidak nyaman, dia akhirnya memutuskan untuk pergi dari tempat itu.

Dengan suara raungan yang cukup keras, Surya pun menghilang dari tempat itu tanpa meninggalkan jejak sedikit pun.

Melihat sosok harimau besar itu hilang, warga desa pun menjadi geger dan mulai berteriak.

“Harimau itu kabur, ayo cari dia. jangan sampai dia memakan anak anak kita.”

“Benar ayo cari dia, kita bunuh dia.”

Teriakan demi teriakan akhirnya saling bersahutan akibat dari pancingan seorang provokator.

Melihat situasi yang buruk seperti ini, gadis yang diselamatkan oleh Surya sebelumnya menjadi risau. Bagaimana bisa orang orang desa yang bodoh ini bermimpi untuk memburu harimau penjaga gunung itu. bahkan para bandit yang bejat itu bisa mati dalam hitungan detik di hadapannya.

Khawatir dengan penduduk desa yang akan menjadi korban, gadis itu pun dengan terang-terangan berteriak kencang.

“Jangan, jangan kejar harimau itu!”

Mendengar suara teriakan itu, para penduduk desa hanya bisa melihatnya dengan tatapan aneh.

“kenapa ga boleh dikejar monster besar itu? kamu mau di makan sama dia?” tanya salah satu penduduk dengan sedikit mengejek.

“Bukan, harimau itu tidak berniat jahat. Dia penjaga gunung,” teriak gadis itu berharap penduduk desa percaya.

“Cihhh, dasar paja(anak) ini, terlalu banyak mendengar rumor. Bagaimana bisa harimau besar itu jadi penjaga gunung!” sanggah orang lain dengan keras.

“Benar, dia adalah penjaga gunung. Kalau kalian tidak percaya coba pergi ke hutan di dekat gunung. Disitu ada mayat bandit yang dibunuh harimau itu. dia menyelamatkan ku saat pergi untuk mengambil pesanan orang sore tadi”

Mendengar pernyataan ini, orang orang yang ada di tempat itupun akhirnya ragu untuk melanjutkan. Mereka semua akhirnya mulai berimajinasi sendiri di dalam pikirannya.

“Apakah benar harimau sebesar gajah itu adalah penjaga gunung?”

“Benar, bagaimana bisa monster seperti itu takut dengan kami yang bahkan tidak bisa silat seperti ini.”

“Huuuu, sepertinya perkataan gadis ini benar, melihat tubuhnya yang besar saja sudah membuatku merinding”

Karena hal ini orang orang akhirnya bertanya dengan anak kecil yang pertama kali teriak.

“Hei, tadi kamu lihat harimau itu ngapain?”

Dengan sedikit gemetar bocah itu menjawab “Gada, uh-m-monster itu Cuma diam melihat ke arah sini” Jelas masih tersisa jejak perasan ngeri dari bocah itu.

Mendengar pernyataan ini, salah satu warga hanya bisa mengangguk setuju. Dia tidak bisa bertanya kepada bocah yang ketakutan ini secara sembarangan. Jelas itu akan merusak mentalnya.

“Baiklah kau lebih baik pulang, dan yang lainya ikuti aku untuk mengecek sesuatu,” katanya dengan tegas.

Sementara beberapa orang bersiap untuk pergi, sosok yang telah menjadi pemimpin sementara itu mulai melihat gadis yang sebelumnya dan bertanya.

“Hey, siapa nama kamu?”

“aku sinta anak apak rion”

“ohhhh, patuik(pantas) lah terlihat akrab, baiklah teriama kasih karena peringatannya. Kami akan memastikan melihat apa yang kamu ucapkan”

“iyaa terima kasih uda(abang)”

“ya sudah kamu pulang dahulu anak gadis, titip salam sama apak kamu”

“iya permisi pulang dahulu uda(abang)”

Dengan begitu sosok gadis itu pulang, sementara beberapa lelaki muda yang ada di daerah itu mulai berjalan ke suatu arah.

***

“Tch, orang-orang itu sungguh menyebalkan. Aku bahkan tidak bisa tenang menikmati aroma makanan yang aku sukai,” keluh sosok harimau itu sembari berjalan ringan.

Dengan kaki nya yang besar itu, sosok harimau pun berjalan ke suatu arah. Dia dengan jelas menuju gua terakhir kali saat dia bersama kakek tua itu.

Setelah dia sampai ke dalam gua, harimau itu berjalan berputar putar di dalamnya seperti seekor kucing. Setelah beberapa saat dia baru tersadar bahwa dia telah melakukan hal yang bodoh.

“Aumm,” raungan besar terdengar dari gua itu karena suasana hati harimau penjaga gunung sedang sangat buruk.

“Sial, sial, sial ...  Ini semua karena kakek tua ubanan itu. aku tersiksa menjadi seperti ini. aku bahkan tidak pernah makan apa pun selama 5 tahun ini. Aku hanya mengandalkan kemampuan yang diajarkan olehnya untuk bisa mengambil energi dari alam,” teriak kesal harimau besar itu.

Dengan raut wajah yang kusut, harimau raksasa itu pun menjilati bulunya perlahan. Dengan kegiatan itu, akhirnya dia tenang dan mulai memejamkan matanya untuk tidur.

***

“Hei hei,” kata satu orang di kelompok yang beriringan menuju ke suatu arah.

“Apa?” saut salah satu orang di depannya.

“Apakah kau percaya bahwa monster harimau yang kita lihat tadi adalah penjaga gunung ini?” tanya lelaki itu penasaran.

“Aku tidak tau do, yang jelas makhluk itu sangat menakutkan,” katanya dengan suara pelan.

“Benar, aku menjadi kaku setelah melihat sosok besar itu,” sambung salah satu orang yang ada di kelompok itu.

“Huhu, semoga saja makhluk itu benar-benar sosok penjaga gunung, akan sangat menakutkan jika dia tiba tiba menyergap kita untuk makan malam,” kata yang lain dengan takut.

Pernyataan itu membuat orang-orang di sekitarnya sadar, mereka sedang bermain-main dengan hidup mereka sendiri. Semua remaja yang sedang berjalan itu pun hanya bisa berfikir sesuatu yang sama.

Seharusnya mereka tidak mengikuti saran Rizal untuk menyusuri area gunung hanya untuk memastikan apakah perkataan Sinta itu benar.

Sementar orang-orang di kelompok itu menyesal, Rizal malah berjalan dengan mantap di depan. Dia sangat semangat mencari tahu tentang kebenaran harimau besar itu.

Rizal adalah seorang pemuda berusia 20 tahun, dengan perawakan yang cukup cerah, Rizal menjadi ketua di kelompok pemuda di desa itu. selain karena karismanya sendiri, Rizal juga anak dari kepala desa di desa itu. ini membuat posisi Rizal di antara pemuda desa makin tinggi.

Setelah berjalan beberapa waktu, kelompok pemuda desa itu akhirnya berhenti dan terkejut.

“Sial benda apa itu?” tanya satu orang di kelompok dengan panik.

Dengan pernyataan itu, setiap orang di kelompok dengan reflek melirik ke arah yang dituju. 

“Ahhh, itu sebenarnya kepala manusia?”

“Uhhhh, itu sangat menjijikan”

Keluhan demi keluhan dilontarkan oleh pemuda pemuda itu karena rasa tidak nyaman setelah melihat dua buah mayat yang tergeletak mengenaskan.

Melihat hal itu Rizal pun akhirnya bersuara.

“Tampaknya sosok itu benar benar penjaga gunung.”

Setelah jeda sesaat Rizal pun melanjutkan.

“tetapi, tetap saja ini sangat brutal dan mengerikan.”

Dengan itu kelompok pemuda berusia sekitar 20-an itu meninggalkan tempat itu dengan terburu buru.

***

Di suatu tempat yang yang cukup bobrok terdengar suara teriakan marah.

“Apa, mereka terbunuh kata mu?”

“benar bos, kepala mereka terlepas dengan rapi seolah olah di sayat dengan benang yang sangat tajam,” kata seorang bandit dengan bersujud.

“Baiklah baiklah keluar!” raung sosok yang menyeramkan itu.

Seorang yang bersujud itu pun keluar dengan hati-hati, menyisakan sosok bertubuh besar yang duduk tenang memegang cangkir yang berisikan arak.

“Sial, sudah selusin anak buahku yang mati di daerah itu, siapa sebenarnya yang berani menghalangi rencana ku”

Dengan mata bertekad sosok besar itu meminum araknya kemudian berteriak.

“Bajingan! akan kubunuh kau monster penjaga gunung!”

Ampas tahu

hai semuanya, apa kabar? gimana bab kali ini? semoga menghibur ya!! || Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya 😘😘😘.

| 1

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status