Di sebuah area dekat desa. Tampak sekelompok orang mulai lari berdatangan.
“Mana harimaunya, mana?”
“Iya di mana di mana?”
Sekelompok orang yang mulai panik itu pun akhirnya berkumpul di suatu tempat sembari melihat ke satu arah.
Seketika itu orang-orang di sekitar langsung diam dan mematung. Mereka sama sekali tidak siap untuk melihat sosok agung di hadapan mereka. Sosok oranye besar itu hanya duduk tegak melihat ke arah mereka. Tidak ada hal lain yang dilakukan monster besar itu.
Setiap orang mulai mengidentifikasi makhluk di hadapan mereka. Mulai dari kepalanya yang besar, tubuhnya yang kekar, kaki kakinya yang panjang dan tampak kokoh, serta matanya yang sayu terlihat menyeramkan seperti seorang predator yang sedang melihat semut kecil yang bisa dia bunuh kapan saja.
makhluk itu benar-benar monster!
Sementar itu di sisi lain, Surya bingung apa yang harus dilakukannya sekarang.
Orang-orang berteriak tentang harimau besar. Sehingga penduduk di Kawasan itu dapat mendengarnya. Di salah satu orang yang datang karena penasaran ada seorang yang tampak akrab.
Itu adalah sosok gadis yang telah diselamatkan Surya.
Dia kini sudah mandi dan mengganti pakaianya yang rusak tidak berbentuk sebelumnya. Dia datang kesini untuk membeli lauk makan malam untuk keluarganya, karena ibunya yang sibuk membantu ayahnya berdagang.
“Penjaga gunung!” gumamnya reflek setelah melihat sosok yang di kenalinya.
semakin lama semakin banyak orang yang datang untuk melihat Surya. Karena dia merasa tidak nyaman, dia akhirnya memutuskan untuk pergi dari tempat itu.
Dengan suara raungan yang cukup keras, Surya pun menghilang dari tempat itu tanpa meninggalkan jejak sedikit pun.
Melihat sosok harimau besar itu hilang, warga desa pun menjadi geger dan mulai berteriak.
“Harimau itu kabur, ayo cari dia. jangan sampai dia memakan anak anak kita.”
“Benar ayo cari dia, kita bunuh dia.”
Teriakan demi teriakan akhirnya saling bersahutan akibat dari pancingan seorang provokator.
Melihat situasi yang buruk seperti ini, gadis yang diselamatkan oleh Surya sebelumnya menjadi risau. Bagaimana bisa orang orang desa yang bodoh ini bermimpi untuk memburu harimau penjaga gunung itu. bahkan para bandit yang bejat itu bisa mati dalam hitungan detik di hadapannya.
Khawatir dengan penduduk desa yang akan menjadi korban, gadis itu pun dengan terang-terangan berteriak kencang.
“Jangan, jangan kejar harimau itu!”
Mendengar suara teriakan itu, para penduduk desa hanya bisa melihatnya dengan tatapan aneh.
“kenapa ga boleh dikejar monster besar itu? kamu mau di makan sama dia?” tanya salah satu penduduk dengan sedikit mengejek.
“Bukan, harimau itu tidak berniat jahat. Dia penjaga gunung,” teriak gadis itu berharap penduduk desa percaya.
“Cihhh, dasar paja(anak) ini, terlalu banyak mendengar rumor. Bagaimana bisa harimau besar itu jadi penjaga gunung!” sanggah orang lain dengan keras.
“Benar, dia adalah penjaga gunung. Kalau kalian tidak percaya coba pergi ke hutan di dekat gunung. Disitu ada mayat bandit yang dibunuh harimau itu. dia menyelamatkan ku saat pergi untuk mengambil pesanan orang sore tadi”
Mendengar pernyataan ini, orang orang yang ada di tempat itupun akhirnya ragu untuk melanjutkan. Mereka semua akhirnya mulai berimajinasi sendiri di dalam pikirannya.
“Apakah benar harimau sebesar gajah itu adalah penjaga gunung?”
“Benar, bagaimana bisa monster seperti itu takut dengan kami yang bahkan tidak bisa silat seperti ini.”
“Huuuu, sepertinya perkataan gadis ini benar, melihat tubuhnya yang besar saja sudah membuatku merinding”
Karena hal ini orang orang akhirnya bertanya dengan anak kecil yang pertama kali teriak.
“Hei, tadi kamu lihat harimau itu ngapain?”
Dengan sedikit gemetar bocah itu menjawab “Gada, uh-m-monster itu Cuma diam melihat ke arah sini” Jelas masih tersisa jejak perasan ngeri dari bocah itu.
Mendengar pernyataan ini, salah satu warga hanya bisa mengangguk setuju. Dia tidak bisa bertanya kepada bocah yang ketakutan ini secara sembarangan. Jelas itu akan merusak mentalnya.
“Baiklah kau lebih baik pulang, dan yang lainya ikuti aku untuk mengecek sesuatu,” katanya dengan tegas.
Sementara beberapa orang bersiap untuk pergi, sosok yang telah menjadi pemimpin sementara itu mulai melihat gadis yang sebelumnya dan bertanya.
“Hey, siapa nama kamu?”
“aku sinta anak apak rion”
“ohhhh, patuik(pantas) lah terlihat akrab, baiklah teriama kasih karena peringatannya. Kami akan memastikan melihat apa yang kamu ucapkan”
“iyaa terima kasih uda(abang)”
“ya sudah kamu pulang dahulu anak gadis, titip salam sama apak kamu”
“iya permisi pulang dahulu uda(abang)”
Dengan begitu sosok gadis itu pulang, sementara beberapa lelaki muda yang ada di daerah itu mulai berjalan ke suatu arah.
***
“Tch, orang-orang itu sungguh menyebalkan. Aku bahkan tidak bisa tenang menikmati aroma makanan yang aku sukai,” keluh sosok harimau itu sembari berjalan ringan.
Dengan kaki nya yang besar itu, sosok harimau pun berjalan ke suatu arah. Dia dengan jelas menuju gua terakhir kali saat dia bersama kakek tua itu.
Setelah dia sampai ke dalam gua, harimau itu berjalan berputar putar di dalamnya seperti seekor kucing. Setelah beberapa saat dia baru tersadar bahwa dia telah melakukan hal yang bodoh.
“Aumm,” raungan besar terdengar dari gua itu karena suasana hati harimau penjaga gunung sedang sangat buruk.
“Sial, sial, sial ... Ini semua karena kakek tua ubanan itu. aku tersiksa menjadi seperti ini. aku bahkan tidak pernah makan apa pun selama 5 tahun ini. Aku hanya mengandalkan kemampuan yang diajarkan olehnya untuk bisa mengambil energi dari alam,” teriak kesal harimau besar itu.
Dengan raut wajah yang kusut, harimau raksasa itu pun menjilati bulunya perlahan. Dengan kegiatan itu, akhirnya dia tenang dan mulai memejamkan matanya untuk tidur.
***
“Hei hei,” kata satu orang di kelompok yang beriringan menuju ke suatu arah.
“Apa?” saut salah satu orang di depannya.
“Apakah kau percaya bahwa monster harimau yang kita lihat tadi adalah penjaga gunung ini?” tanya lelaki itu penasaran.
“Aku tidak tau do, yang jelas makhluk itu sangat menakutkan,” katanya dengan suara pelan.
“Benar, aku menjadi kaku setelah melihat sosok besar itu,” sambung salah satu orang yang ada di kelompok itu.
“Huhu, semoga saja makhluk itu benar-benar sosok penjaga gunung, akan sangat menakutkan jika dia tiba tiba menyergap kita untuk makan malam,” kata yang lain dengan takut.
Pernyataan itu membuat orang-orang di sekitarnya sadar, mereka sedang bermain-main dengan hidup mereka sendiri. Semua remaja yang sedang berjalan itu pun hanya bisa berfikir sesuatu yang sama.
Seharusnya mereka tidak mengikuti saran Rizal untuk menyusuri area gunung hanya untuk memastikan apakah perkataan Sinta itu benar.
Sementar orang-orang di kelompok itu menyesal, Rizal malah berjalan dengan mantap di depan. Dia sangat semangat mencari tahu tentang kebenaran harimau besar itu.
Rizal adalah seorang pemuda berusia 20 tahun, dengan perawakan yang cukup cerah, Rizal menjadi ketua di kelompok pemuda di desa itu. selain karena karismanya sendiri, Rizal juga anak dari kepala desa di desa itu. ini membuat posisi Rizal di antara pemuda desa makin tinggi.
Setelah berjalan beberapa waktu, kelompok pemuda desa itu akhirnya berhenti dan terkejut.
“Sial benda apa itu?” tanya satu orang di kelompok dengan panik.
Dengan pernyataan itu, setiap orang di kelompok dengan reflek melirik ke arah yang dituju.
“Ahhh, itu sebenarnya kepala manusia?”
“Uhhhh, itu sangat menjijikan”
Keluhan demi keluhan dilontarkan oleh pemuda pemuda itu karena rasa tidak nyaman setelah melihat dua buah mayat yang tergeletak mengenaskan.
Melihat hal itu Rizal pun akhirnya bersuara.
“Tampaknya sosok itu benar benar penjaga gunung.”
Setelah jeda sesaat Rizal pun melanjutkan.
“tetapi, tetap saja ini sangat brutal dan mengerikan.”
Dengan itu kelompok pemuda berusia sekitar 20-an itu meninggalkan tempat itu dengan terburu buru.
***
Di suatu tempat yang yang cukup bobrok terdengar suara teriakan marah.
“Apa, mereka terbunuh kata mu?”
“benar bos, kepala mereka terlepas dengan rapi seolah olah di sayat dengan benang yang sangat tajam,” kata seorang bandit dengan bersujud.
“Baiklah baiklah keluar!” raung sosok yang menyeramkan itu.
Seorang yang bersujud itu pun keluar dengan hati-hati, menyisakan sosok bertubuh besar yang duduk tenang memegang cangkir yang berisikan arak.
“Sial, sudah selusin anak buahku yang mati di daerah itu, siapa sebenarnya yang berani menghalangi rencana ku”
Dengan mata bertekad sosok besar itu meminum araknya kemudian berteriak.
“Bajingan! akan kubunuh kau monster penjaga gunung!”
hai semuanya, apa kabar? gimana bab kali ini? semoga menghibur ya!! || Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya 😘😘😘.
“Argh!!!”Seorang pemuda berbadan tegap kini tengah meringkuk buruk di tanah. Sosok itu terus saja bergetar dengan hebat seolah tak terima atas rasa sakit yang dirasakannya.Badan tubuh sosok pemuda tegap itu menegang dengan warna merah merona seperti kepiting rebus yang telah dimasak dalam waktu yang lama.Urat-urat tubuhnya yang sudah menonjol sejak awal kini mulai menggeliat seperti cacing yang menginvasi daging di bawah kulitnya.Semakin lama Surya meringkuk dengan gelisah di tanah, semakin pula rasa sakit yang aneh itu menyiksa tubuhnya.Samar-samar Surya menebak bahwa hal yang telah muncul di punggung tangannya adalah sebuah masalah yang dihasilkan setelah dia bersentuhan dengan mayat milik Abar sebelumnya.Hanya pemuda itulah yang terkait dengan beruang, dengan ini, tato beruang yang muncul di punggung tangan Surya jelas berasal darinya.Dengan ini Surya sedikit merasa pahit di mulutnya, dia menyesal karena telah terlalu serakah menjarah mayat pihak lain sebelumnya.Namun meski
Surya yang telah begitu susah payah melawan kelompok organisasi kejam sebelumnya sama sekali tak ingin merugi.Pemuda yang memiliki badan kokoh itu langsung saja bergerak maju ke arah badan mayat kelompok orang yang telah dibunuhnya sebelumnya.Hal itu terus saja berlanjut hingga akhirnya Surya sampai di tubuh Abar yang tanpa kepala.Dengan pergerakan ringan, Surya langsung saja menggeledah tubuh pihak lain tanpa sedikitpun sopan santun.Pada awalnya Surya bisa mencari dengan begitu mudahnya seolah tengah melakukan hal yang remeh, namun beberapa saat kemudian, ada sebuah gejolak aneh yang muncul dari tubuh tanpa kepala milik Abar.Surya yang begitu dekat dengan tubuh pihak lain merasakan Krisis yang aneh.Pemuda itu sama sekali tak percaya bahwa mayat tanpa kepala itu bisa mengancam Surya, namun seiring berjalannya waktu, perasaan mencekam dan krisis itu teru saja menebal membuat Surya tak enak hati.Surya akhirnya menjauh karena dia ingat bahwa instingnya begitu jarang memiliki kesal
“Badum… badum… badum…” Suara detak jantung yang begitu keras terdengar di dada seorang pemuda kacau. Sosok pemuda itu tak lain adalah Abar yang tengah melihat ke arah seorang pria yang memiliki usia yang hampir sama dengannya. Abar melihat pihak lain dengan begitu takut seolah pihak lain telah menanamkan trauma mendalam kepadanya. Tubuh abar begitu layu, ingin sekali meleleh dan jatuh ke tanah meskipun dia sudah terduduk dengan kacau sekarang. “Tuk tak tuk…” Suara langkah kaki yang pelan dan ringan terdengar seperti teriakan monster di telinga Abar, pemuda kacau itu terus saja menyusut saat suara langkah kaki yang ringan itu semakin jelas di telinganya. Abar bisa melihat dengan jelas senyum hangat dari pemuda tegap yang tengah berjalan ke arahnya. Meskipun terlihat begitu bersahabat, entah mengapa Abar begitu enggan melihat senyum cerah yang ditampilkan oleh pihak lain. Hal ini terus saja membuat Abar frustasi, karena putus asa, pemuda kacau itu mulai membuka mulut untuk bersua
“Swoosh~” “Dum… dum… dum…” Suara ricuh terus saja bermunculan saat dua telapak tangan yang mirip saling berbenturan. Kedua telapak tangan dari dua belah pihak itu tampak mirip namun berbeda. Hal ini seolah telapak tangan itu milik dua orang yang bersaudara. “Bahkan kekuatannya sama!” teriak Kakhi berseru kaget. Kakhi pada awalnya berpikir bahwa dia sedang berhalusinasi. Bagaimana bisa musuh yang belum pernah ditemui bisa menggunakan serangan yang mirip bahkan hampir sama dengan serangan yang telah didapat kelompoknya. Namun sekarang, setelah kakhi melihat dengan jelas aura dan juga dampak serangan, sosok itu hanya bisa bertanya dalam hati. “Apa maksud conqu suci? Apakah kita sedang dipermainkan?” katanya kesal menatap kedepan. Kedua raksasa besar itu terus saja beradu, mereka begitu sengit karena memiliki kekuatan yang hampir sama, namun meskipun begitu tetap saja ada celah kecil antara kekuatan keduanya. Di saat seperti ini, perbedaan yang sangat kecil sekalipun bisa berdampak
Serangan demi serangan mulai bergerak dengan indah dan kacau menuju ke satu arah, bersamamaan dengan kilau-kilau yang memukau itu, sejumlah besar suara ricuh mulai mengacaukan are sekitar. Seolah sebuah badai akan terjadi, debu-debu dan pepohonan di sekitar mulai terangkat akibat momentum yang diciptakan. Sekelompok orang yang tampak menyerang dengan sembarangan itu kini membentuk sebuah pola yang rumit namun beraturan. Kelompok itu kini melakukan serangan formasi yang telah mereka latih sebelumnya, kini bahkan momentum yang ditunjukkan kelompok orang itu benar-benar seperti monster kuno yang menakutkan. Surya yang melihat hal ini dari kejauhan jelas takjub dan juga terkejut, dia tak pernah membayangkan akan melihat hal yang begitu hebat menyerang ke arahnya. Samar-samar ada gambaran seorang laki-laki putih bersih dengan sepasang sayap indah yang mulai menerjang ke arah Surya. Hal itu terlihat sangat kuat! Namun meskipun begitu, Surya sama sekali tak mengendur. Pemuda berbadan t
“Swosh!”Suara deru angin mulai terdengar saat seorang pemuda melesat dengan kencang menuju ke satu arah.Setelah beberapa saat melesat, sebuah suara benda jatuh mulai terdengar di telinga sekelompok orang di sekitar.“Pluk.”Suara itu tidak begitu besar dan juga sangat terendam, namun meskipun begitu, suara jatuhan itu bisa didengar dengan jelas oleh setiap orang.Kelompok yang sudah lama terpaku melihat ke arah belakang mereka hanya bisa menajamkan mata seolah tak percaya.Sosok yang membawa Abar di tempat ini telah benar-benar kehilangan kepala, di sebelah Abar hanya menyisakan seorang sosok tanpa kepala.“Pluk!”Seolah batu kecil yang bisa membuat seluruh gunung es menjadi longsor, suara kecil jatuhan yang baru saja terdengar itu membuat hati setiap orang yang ada di area sekitar menjadi runtuh.Suara terjatuh itu jelas berasal dari tubuh tanpa kepala sebelumnya.Abar yang juga tersadar akan hal ini hanya bisa melihat ke arah mayat tanpa kepala yang ada di dekatnya dengan tatapn t