hai semuanya, apa kabar? gimana bab kali ini? semoga menghibur ya!! || Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya 😘😘😘.
Di salah satu sudut area hutan gunung Agung. Tampak seekor harimau sedang menggigit sebuah kain besar berwarna hitam yang berhiaskan tepi berwarna emas. meskipun dia telah mendapat apa yang di inginkan, sosok itu Tidak lupa untuk membawa pedangnya yang tergeletak di salah satu sudut hutan itu dengan mulutnya. setelahnya harimau gendut itu mulai melihat ke satu arah. “Cih dasar gadis tak tahu malu, bagaimana bisa dia tersenyum Bahagia setelah mengambil emas yang bahkan tidak dia inginkan.” Mengejek jijik ke arah gadis itu. Memalingkan wajahnya ke arah kain yang kini dibawanya, Surya sedikit bersyukur dan senang. Kain itu sangat cocok dengan seleranya. “Huuu, setidaknya dia tidak memeberikan ku kain yang jelek.” Katanya dengan angkuh. Dengan itu, sosok harimau gendut itu pun mengaum sebelum melompat menuju satu tempat. “AUMM!” Langkah demi Langkah Surya lalui, kini langit tampak merah karena waktu sudah menunjukan jam 6 Sore. Melihat ke atas, Surya pun mempercepat jalanya. Setelah
Di sebuah rumah makan yang ada di desa bawah gunung. Tampak seorang remaja dengan lahap menyantap makanannya. Sosok itu tampak sangat rakus, layaknya orang yang tidak pernah memakan apa-apa selama bertahun-tahun. “Lihat pemuda itu, dia sangat rakus!” kata seorang lelaki kepada temannya dengan suara pelan. “Benar, aku juga baru pertama kali melihat pemuda itu di desa kita. Apakah dia bandit?” tanya sosok itu cemas. “Tidak mungkin, kita masih memiliki penjaga gunung bersama kita,” katanya dengan percaya diri. “Baiklah, semoga tak ada hal-hal yang buruk terjadi.” Sementara itu pemilik rumah makan sendiri sedang melihat Surya dengan heran. Dia sudah mengantarkan selusin piring hanya untuknya. Hati kecil pemilik rumah makan itu sudah sangat menggebu-gebu untuk mengusir remaja itu. Melihat ke arah tanganya, sosok pemilik rumah makan hanya bisa menghela nafas untuk mengurungkan niatnya setelah benar-benar memastikan bahwa benda yang ada di tangannya adalah emas. Yaa, siapa orang yang
Seekor harimau tampak cemas berjalan di area hutan. Sosok itu membawa berbagai macam barang di mulutnya. Melihat kanan dan kekiri, sosok itu mulai tenang Ketika tidak ada seorangpun yang melihatnya. Harimau itu tampak aneh dengan berbagai macam kain di tubuhnya. Sosok harimau itu tidak lain adalah Surya. meskipun dia telah berubah dari manusia menjadi harimau, pakaiannya tidak rusak sama sekali, hal itu terjadi karena tidak ada jahitan yang menyambungkan sisi setiap kain. namun surya akan selalu kedinginan karena pakaian yang ia gunakan terlalu terbuka. “Huuu hampir saja. Ini semua karena terlalu asyik makan, bagaimana bisa aku lupa bahwa setiap tiga jam aku akan berubah menjadi harimau.” Tampak sedikit lega, sosok harimau itu mulai berjalan ke satu arah sebelum duduk bersila. Dengan mengontrol nafasnya, sosok itu pun berubah Kembali menjadi manusia setelah beberapa saat. “Huuu akhirnya. Untung Langkahku cepat, jika tidak pasti aku akan sangat repot” Sembari merapikan pakaiannya,
Di depan bengkel pandai besi. Tampak seorang kakek dengan anak muda sedang berbicara. “Bagaimana kakek, apakah aku diterima menjadi pandai besi di tempat ini,” tanya Surya memecah keheningan. Datuk merah yang sedari tadi tengah fokus mengamati pedang yang dibawa Surya hanya bisa kaget. “Bukankah anak ini terlalu tidak sabaran? Apakah dia terjerat masalah sehingga membutuhkan tempat persembunyian?” Prasangka-prasangka buruk mulai menumpuk di benak datuk merah. Melihat ke arah Surya. datuk merah hanya mendapati ekspresi polos bersemangat milik anak laki-laki itu. Menghela nafas, sosok itu pun mengembalikan pralaya kepada Surya. “Baiklah, kau bisa menjadi pandai besi magang di bengkel ku ini,” katanya pasarah. Mengambil pedangnya, Surya pun seketika senang mendengar perkataan datuk merah itu karena telah mengijinkannya menjadi pandai besi di bengkelnya. “Yeay, terima kasih kakek,” kata Surya bersyukur. “Eitts, tapi ingat. Kamu hanya sementara. Jika kerjamu buruk, kau tidak akan
“Sinta kesini cepat, kenalkan ini orang baru di bengkel datuk merah.” Menarik sosok Sinta agar segera berkenalan dengan Surya. Langkah demi Langkah gadis itu mulai menjadi lebih cepat. Surya menjadi sangat tidak karuan. Keringat di dahi dan sekitar lehernya mulai menggumpal menjadi butiran keringat yang mulai meleleh. Akhirnya sosok gadis polos itu benar-benar berada di hadapan Surya. “Hallo, saya Sinta. Samal kenal.” Tersenyum ramah ke arah Surya. “Eh—” Surya tidak mengharapkan itu terjadi. Dengan kikuk Surya tersenyum. “Saya Surya, salam kenal.” Melihat ekspresi Surya yang tidak karuan, gadis itu hanya bisa heran di dalam hati. “Apa yang salah dengan Surya? apakah dia kebelet pipis.” Sosok gadis itu mulai memerah sebelum menggelengkan kepalanya. “Tidak tidak, mengapa pikiranku menjadi kacau.” Surya yang melihat ekspresi Sinta merasa tidak nyaman, begitu juga ayah sinta menjadi aneh Ketika melihat putrinya sendiri. Merasa memiliki kesempatan untuk kabur, Surya pun mulai
Di bukit besi, kota dataran tinggi. Dua orang tampak menghentikan pertarungannya hanya untuk melihat ke satu arah. mereka cukup penasaran tentang suara dan cahaya yang baru saja mengacaukan fokus mereka. Sementara tempat dimana kedua orang itu menatap, ada sosok harimau gendut yang tampak bodoh dan polos sedang berjongkok. “Sial, apa yang aku harus lakukan?” Surya panik karena ketahuan mengintip. Kedua orang itu tampak kuat, bagaimana bisa Surya tidak panik Ketika orang yang sedang bertarung memiliki level yang sama dengan dirinya. Ini sama saja seperti melawan dua kali dirinya! Memutar otak untuk mengalihkan kedua orang asing ini Surya pun mulai berakting. “Meow!” Kedua orang itu melihat harimau besar gendut yang sedang mengeong. “Oh ternyata itu hanya kucing.” Kedua orang itu mengangguk paham dengan menutup mata. Semntara itu Surya yang seudah terlihat jelas oleh orang orang itu hanya bisa mengutuk dalam diam. “Sial mengapa aku mengeong arghhh.” Kedua orang itu tiba-tib
Di tempat yang dihiasi dengan bebatuan. Tampak sosok harimau sedang mencabik-cabik tubuh seseorang dengan marah. Sosok harimau itu adalah Surya yang sedang hilang akal melampiaskan kekesalan kepada mayat di hadapannya hanya karena melihat bekas melepuh yang tampak acak. Setelah dia cukup puas mencabik-cabik sosok itu, Surya mulai melangkah ke arah mayat tanpa kepala di seberangnya. Tatapan Surya menjadi bijaksana setelah mencari beberapa saat. Tanda yang sama juga ada di sosok itu! Hal ini membuat pertanyaan besar di dalam kepala harimau gendut itu. bagaimana bisa secara kebetulan dua orang yang ditemuinya memiliki tanda yang sama. Surya melihat tanda itu dengan seksama. Di tubuh orang yang terbaring, terdapat luka melepuh di kulitnya. Itu tampak tidak jelas pada awalnya. Namun, jika kita memperhatikannya secara seksama dan teliti, dapat disimpulkan itu adalah sebuah tanda. Tanda melepuh itu berbentuk setengah lingkaran dengan urat-urat melepuh bekas api di pinggirnya yang menyi
Malam hari di depan sebuah gua. Sosok anak remaja sedang membaca buku diterangi dengan cahaya lilin. Dia duduk menatap beberapa buku dengan nafas teratur menunjukan konsentrasi. “Huuuu, kedua buku ini terlihat mirip dan aku bisa memahami beberapa isi di dalamnya, sementara buku yang satunya lagi begitu aneh.” Surya membolak balikan setiap lembar kertas di hadapannya. Karena bingun dengan buku yang satu lagi, Surya hanya bisa menyimpannya, kemudian membaca buku yang lain. Dia berharap agar buku aneh itu bisa dia mengerti di waktu selanjutnya. Mulai fokus Kembali terhadap kedua buku di hadapannya, Surya mulai bergeming. “Judul kitab ini tidak sesuai dengan orang orang bejat itu.” melihat ke arah sampul kitab. Bagaimana Surya tidak heran, kelompok orang yang memiliki kitab ini sebagai pedoman beladiri mereka adalah sosok iblis yang bisa membantai banyak orang tanpa tau tujuannya. Namun, buku yang ada di hadapan Surya malah menunjukan sesuatu yang kontras. Buku buku itu malah berju