Disalah satu ruangan yang tampak luas, sekelompok orang menjadi hening ngeri melihat ke arah seorang pemuda. Pemuda itu adalah Surya, dia juga merasakan perasaan keriris. Pihak lain entah bagaimana tahu identitas yang telah lama Surya sembunyikan. Awan lado melihat Surya dengan tatapan puas. “Hahahaha, apa yang akan kau lakukan sekarang bocah sombong?” pikir Awan dalam hati. Melihat Surya yang ragu ragu, kerumunan menjadi semakin curiga. Tidak terkecuali tetua kelima. Dia juga sedikit berkonflik ketiak melihat Surya. “Apakah dia benar benar siluman yang mengganggu kota?” Dengan ekspresi bertanya, tetua kelima bertanya. “Apakah yang dituduhkan Awan adalah kebenaran?” “Ini...” Surya sedikit ragu. Kelompok yang ada di ruangan itu kini yakin dengan kecurigaan mereka. “Jika tidak, mengapa dia begitu khawatir?” Semua orang secara garis besar memikirkan hal yang sama. Melihat hal ini, anak berambut landak mulai berteriak. “Sial, apa yang harus kita lakukan jika ada siluman yang
Di aula ruangan yang cukup besar, tampak sosok mahluk yang sangat tirani sedang berhadapan dengan seorang gadis. “Ini...” Surya tampak berkonflik Ketika melihat pihak lain. Sementar itu, Sinta yang dari tadi sudah berada di sekitar Surya dalam waktu yang cukup lama masih menunjukan mata bundar yang berkilauan. Dia seperti seorang gadis kecil yang sedang mendambakan untuk membeli segudang permen. Surya tidak tahu apa yang harus dilakukan terhadap pihak lain. Dia tidak pernah mengira akan di bantu oleh orang yang selalu mengacaukannya. Sementar itu, sosok yang terluka terbaring di tempat tidur hanya bisa menahan nafas. Dia sudah menjadi menyesal sejak lama. dia tidak akan pernah berpikir bahwa orang yang sengaja mereka singgung adalah sosok harimau yang benar benar sedang berjongkok dalam artian sebenarnya. “Huft sial! ini tidak sepadan. Apa yang harus aku lakukan.” Sosok itu mengutuk. Dia dengan sangat susah payah menahan nafasnya untuk menyembunyikan keberadaannya dari pihak lain
Gua lembab yang ada di area gunung agung. “Ahhh sakit sekali!” teriak pemuda tegap yang berbaring malas di atas batu. Sosok itu adalah Surya, setelah kejadian yang cukup banyak telah dialami kemarin. Tubuhnya tampak tidak bisa menangani itu semua. Dia bangun dengan perasaan sakit di sekujur tubuhnya. Surya perlahan mengangkat selimutnya, dia menguap dengan malas. “Tampaknya aku bangun terlambat.” Pemuda itu berkata sambil menggosok matanya dengan sangat buruk. Surya mulai bergegas ke arah sungai, dia mandi dengan damai. Pemuda itu sedikit merilekskan otot ototnya yang telah menjadi kaku karena kesibukannya. Setelah Surya selesai dengan mandinya, sosok itu langsung bersiap untuk berangkat ke bengkel datuk merah. ... Bengkel datuk merah. “Apakah benar inyiak balang bekerja di sini ni?” “Benar, Apakah kita tidak dibohongi pula ni?” “Sudah, Bagaimana pula Sinta membohongi kita.” Kata Rizal. Rizal pada awalnya mendapatkan berita ini saat dia sedang melakukan urusan yang ada di k
Di bengkel datuk merah. “Apa yang ingin walikota sampaikan?” tanya Surya. “Kami juga tidak tahu. Kami hanya ditugaskan untuk mengundangmu ke kantor walikota,” jawab Reno. “Baiklah, aku akan ikut bersama kalian.” Surya menyetujui. “Baiklah ikuti kami.” “Datuk aku pergi dulu.” Surya pamit. “Baiklah hati-hati.” Kata datuk merah tanpa menghalangi Surya untuk pergi. Ketiga orang itu akhirnya berjalan keluar dari bengkel datuk merah. Mereka bertiga berjalan beriringan. Reno dan Rono tidak tahu harus berkata apa. Mereka sebelum nya meremehkan pihak lain, namun siapa yang akan menyangka bahwa pihak lain adalah sosok yang berpengaruh. Mereka bertiga berjalan ke satu arah dalam keadaan canggung. Setelah beberapa saat keheningan, kelompok tiga orang itu akhirnya sampai ke kantor walikota. Mereka berjumpa dengan penjaga gerbangng. “Ohhh. Reno, Rono... siapa yang kalian bawa kali ini.” salah satu penjaga gerbang bertanya. Kedua penjaga gerbang itu mulai melihat Surya dengan seksama. Sete
Di salah satu area hutan gunung agung. Tampak seorang pemuda sedang berjalan. Teriakan teriakan girang yang tampaknya berasal dari seekor beruk terus bisa di dengar. “Sial, aku sangat benci suara suara berisik ini,” keluh Surya menggerutu. Meskipun dia sangat terganggu, Surya terus berjalan ke satu arah dengan santai. Namun, meskipun dia telah berjalan ke satu arah untuk waktu yang cukup. Teriakan teriakan beruk itu bukanya memudar malah semakin berisik. Surya hanya bisa melihat dari sudut matanya diam diam memantau pihak lain. “Jelas beruk ini sedang mengincar ku,” pikir Surya. “Ukkk ukk akkk akk.” Beruk itu terus berteriak menghujani Surya dengan suara suara mengganggu. Entah apa pemikiran beruk itu, Surya hanya bisa membatu. “Sial, akan aku tunjukan kepadamu bagaimana caranya bermain dengan benar.” Saat itu juga Surya bertekad untuk memberi pelajaran kepada monyet itu. Dengan itu, Surya mulai bertingkah seolah anak ayam yang sedang dikerjai oleh segerombolan anak manusia.
Di bengkel datuk merah. “Dentang denting dentang.” Suara nyaring tubrukan logam pun terdengar dari tempat itu. Tampak seorang pemuda sedang melihat ke arah di mana seorang kakek sedang menempa. Kakek itu terlihat bungkuk, dia dengan semangat membenturkan palunya lagi dan lagi ke arah besi panas itu. Benturan dari palu itu membuat besi panas perlahan lahan merubah bentuknya. Dari awalnya hanya besi merah persegi biasa, kini menjadi persegi yang panjang. Pemuda itu terus memperhatikan setiap perilaku kakek itu, kini kakek itu mencelupkan besi panas itu ke dalam sebuah cairan yang tampak kental. “Cessss!” suara besi panas terendam air. Kakek itu kemudian mengangkat besi terendam itu, kemudian dia meletakkan ke dalam bara api. Setelah besi kembali memerah, kakek itu mengangkatnya menggunakan capit besi. Meletakan besi panas itu di atas landasan, kakek itu mulai memukul palunya lagi dan lagi. Proses itu terus menerus dilakukan berkali kali. Pemuda tegap itu dari tadi hanya bisa m
Rumah gadang keluarga Karambia. “Sial, anak itu pasti sengaja menargetkan keluarga kita!” Hijau marah. Melihat hal ini, Palapah hanya bisa diam diam menjadi jelek. Sementara itu Santan masih dalam keadaan bertanya tanya. “Apakah benar itu dia?” Meskipun Santan hanya bertemu dengan pihak lain satu kali, namun dia samar samar bisa mengetahui kepribadian pihak lain. Surya tampaknya tidak akan bertindak hanya karena sesuatu hal yang tidak masuk akal. Namun bagaimanapun Santan menilai pihak lain, yang jelas kini adalah bukti bahwa Sari yang terbaring di Kasur. Dengan itu, Santan terpaksa berpikir sesuatu di luar imajinasinya. “Atau apakah ini yang dimaksud uda?” Santan masih dalam keadaan yang bingung. Namun Hijau tampaknya sudah memutuskan pilihannya. “Sial aku akan memberimu pelajaran!” katanya sembari berjalan keluar. Melihat hal ini ,Santan hanya bisa mencegah. “Hijau jangan gegabah,” saran Santan. “Tapi paman ini sudah kedua kalinya, dan sekarang Sari yang terbaring di Kasu
Di bengkel datuk merah, tampak seorang pemuda sedang melakukan gerakan gerakan aneh secara berurutan. Dia terus menerus melakukan set gerakan itu berulang-ulang. Meskipun sudah tampak sangat Lelah, sosok pemuda itu terus menerus memantapkan dirinya agar tidak berhenti menggerakkan tubuhnya. “Huff sedikit lagi aku pasti bisa.” Sosok pemuda itu menggertakkan giginya sembari melakukan setiap set gerakan. Pemuda itu sangat gigih. Dia melakukan gerakan itu selama beberapa saat lagi sebelum akhirnya dia benar benar tumbang kelelahan. Dia kini bahkan tidak bisa menggerakkan satu jarinya pun sekarang. Tubuh pemuda itu tampak aneh, kulitnya mulai memerah darah. Ada sejumlah gelembung air di balik kulitnya. Itu seperti luka melepuh, namun gelembung kulit itu diisi oleh cairan berwarna merah. Pemuda itu terus menerus menstabilkan tubuhnya. Dia hampir pingsan untuk satu alasan. Namun karena tekadnya yang begitu kuat, sosok itu masih bisa melanjutkan pelatihannya. Setelah beberapa waktu ber