Share

10. Pesan dari Rangga

Apa yang di utarakan Fatimah, sangat menambah pengetahuan untuk Inayah dan menjadi suatu pedoman tatkala Inayah dihadapkan dengan kerisauan memilih pasangan yang baik untuk menemani hidupnya kelak.

Sangat berkesan, banyak sekali kalimat-kalimat nasihat bersumber dari hadits dan ayat-ayat Al-Qur'an, yang dituturkan oleh Fatimah. Sikap lugu dan pendiam dari sosok Fatimah, sangat bertolak belakang dengan kepintaran dan kecerdasan yang ia miliki, sejatinya Fatimah merupakan sosok wanita Muslimah yang patut dijadikan contoh sebagai panutan.

Malam semakin larut, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, rasa ngantuk pun sudah melanda.

“Teh, aku masuk kamar dulu yah, sudah malam,” pungkas Inayah lirih.

“Iya, Neng,” jawab Fatimah sambil merapikan gelas dan piring serta dus sisa makanan yang ada di meja.

Inayah langsung berlalu dari hadapan Fatimah, melangkah menuju kamarnya untuk segera beristirahat, merehat tubuh yang seharian disibukkan dengan berbagai aktivitas.

Di dalam kamar, sebelum tidur, Inayah melaksanakan Salat Sunah dua rakaat, Salat sunah hajat dan berdzikir serta mengirimkan doa untuk kedua orang tuanya.

"Ya, Allah! Ampunilah dosaku dan (dosa) kedua orang tuaku. Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu aku kecil," ucap Inayah di sela-sela doa yang ia panjatkan.

Setelah itu, Inayah langsung membenamkan diri dalam selimut. "Bismillahirrahmanirrahim, Bismika Allahumma ahyaa wa bismika amuut. Dengan nama-Mu ya, Allah! Aku hidup, dan dengan nama-Mu aku mati," ucap Inayah, kemudian langsung memejamkan mata.

Pukul tiga dini hari, Fatimah sudah membangunkan Inayah untuk segera melaksanakan Salat Hajat dan Salat Tahajud. Hal tersebut merupakan kegiatan ibadah yang rutin mereka laksanakan hampir setiap malam.

Usai melaksanakan salat Inayah melanjutkan dengan membaca Al-Qur'an hingga menjelang waktu Salat Subuh. Setelah itu, Ia langsung melaksanakan Salat Subuh berjamaah bersama Erni dan juga Fatimah.

Pagi harinya, sekitar pukul enam, Inayah ditelepon oleh Adim. Dia melaporkan hasil panen sawah milik almarhum orang tua Inayah yang ada di Karawang dan Cikarang. Inayah sangat bahagia dengan hasil panen yang ia dapatkan saat itu, panen yang sangat bagus dibandingkan dengan panen di tahun yang lalu.

“Alhamdulillah! Ya, Allah! Atas berkah rizki yang Engkau anugerahkan kepada hamba, semoga hamba amanah dengan titipan-Mu Ya Rabb!" bisik Inayah penuh dengan rasa syukur.

Inayah berencana akan menyisihkan sebagian dari hasil panen tersebut, untuk kemaslahatan umat yang hendak disalurkan langsung kepada yayasan pondok pesantren yang ada di sekitar tempat tinggalnya.

Singkat cerita...

Beberapa bulan kemudian, ketika Inayah tengah duduk santai, tiba-tiba saja ponselnya berdering tanda ada pesan yang masuk. Inayah bergegas membuka tas kecil miliknya. Kemudian meraih ponselnya dan langsung membaca pesan yang masuk.

[Assalamu'alaikum] tulis Rangga.

Inayah menjawab lirih dalam hati, 'Wa'alaikum salam.' Kemudian, ia kembali membaca pesan berikutnya.

[Wanita yang baik untuk lelaki yang baik, dan lelaki yang baik adalah untuk wanita yang baik pula!]

[Doakan aku supaya menjadi pria yang baik!]

[Pesan ini tidak usah kamu balas, cukup untuk direnungkan saja, suatu saat nanti kamu akan paham dengan apa yang kutuliskan ini!]

[Rangga sahabatmu]

Seperti itulah kutipan teks yang Rangga kirimkan melalui aplikasi hijau yang ada di ponsel tersebut.

Entah kenapa? Pikiran Inayah tentang Rangga malam itu, tumbuh membahana mengisi ruang jiwa dan menyelimut sukma.

Ada benih-benih rasa, berakar dan perlahan tumbuh. Entahlah, malam itu tidak seperti biasanya, pikiran Inayah terus tertuju kepada Rangga, hal tersebut menambah kegelisahan dan perlahan-lahan membuat Inayah terbalut rasa rindu terhadap Rangga sahabatnya itu.

Berulang kali, Inayah mencoba menghubungi Rangga melalui ponselnya. Namun, tidak pernah tersambung, nomor Rangga sudah tidak aktif lagi setelah mengirimkan beberapa pesan singkat kepada Inayah.

Dengan demikian, Inayah hanya pasrah dalam kerinduan. Menantikan saat yang tepat bersua kembali dengan Rangga dan mengharap hari indah bisa bertemu dengan sahabatnya itu.

Kemudian, Inayah bangkit dan meraih tasbih kecil pemberian dari Rangga memadangi dan menyentuh tasbih kecil itu dengan penuh kelembutan.

"Ini adalah kenangan terindah dari Rangga," desis Inayah.

Seperti yang pernah Rangga ucapkan di hadapan Inayah, ia berjanzi, akan merubah hidupnya dan berhijrah mengikuti langkah Inayah untuk menyelaraskan aturan hidup yang hakiki dan berjuang menjadi pria baik, dalam sepuluh hal kebaikan yang didambakan setiap wanita Muslimah.

Beragama Islam, taat beragama, menjauhkan diri dari kemaksiatan, berasal dari keluarga baik-baik, santun dan taat kepada kedua orang tua, mandiri dalam ekonomi, berjiwa pemimpin, bertanggung jawab, lemah lembut dan berketurunan subur.

Hampir satu tahun, kabar dari Rangga tak pernah Inayah dapatkan. Entah seperti apa keadaan Rangga saat itu? Nomor yang dulu sering Inayah hubungi sudah tidak aktif lagi, Inayah sangat kesulitan untuk mendapatkan informasi tentang keberadaan Rangga.

Keluarga Rangga pun, sudah tidak tinggal di Bandung lagi, mereka sudah pindah ke Purwakarta kembali ke kampung halaman mereka. Inayah hanya pasrah dan menahan rasa rindu yang setiap hari terus membahana dalam jiwa dan pikirannya.

[Jika Allah menghendaki suatu saat nanti aku dan Rangga pasti akan dipertemukan kembali, hanya terselip doa untuk sahabatku itu, dari setiap sujudku semoga niat hijrahnya Rangga diberikan kemudahan dan senantiasa istiqomah dalam menjalankannya,] tulis Inayah melalui status di sosial media pribadinya, dengan harapan ada orang yang kenal dengan Rangga membaca suara isi hatinya tersebut, dan menyampaikan hal itu kepada yang bersangkutan.

Suatu ketika, sahabat-sahabat dari komunitas Wanita Muslimah, mengadakan acara bantuan sosial di salah satu kampung yang ada di Subang Jawa barat. Kebetulan Inayah dan Erni ikut terlibat di acara tersebut.

Acara berlangsung hanya satu hari saja, bekerja sama dengan lembaga bantuan untuk kaum dhuafa, salah satu organisasi yang bergerak di bidang sosial.

“Nay, tolong kamu persiapkan data-data warga yang sudah terdaftar!” pinta Kartika mengarah kepada Inayah.

“Sudah, Kar. Semua sudah ada padaku,” jawab Inayah lirih, mengangkat buku catatan kecil seraya memperlihatkannya kepada Kartika.

“Oh, ya, sudah. Acara kita mulai ba'da zuhur ya, Nay. Kita nunggu Fatih dulu!” ucap Kartika lirih sambil menatap wajah Inayah.

“Fatih itu siapa, Kar?” tanya Inayah penasaran.

“Fatih itu, ketua Lembaga Bantuan Untuk Kaum Dhuafa, dari Purwakarta,” jawab Kartika tersenyum ke arah Inayah. “Kamu tetap di sini ya, Nay! Aku mau menemui Pak Kades dulu!” sambung gadis cantik itu berlalu dari hadapan Inayah melangkah menuju tenda sebelah.

Dari depan sana, terlihat  Erni sedang berjalan menuju ke arah Inayah dengan membawa beberapa kotak makanan warna putih polos.

“Apa itu, Teh?” tanya Inayah mengamati kotak putih tersebut dari tangan Erni.

“Roti, Nay. Tadi Teteh dikasih oleh pak kades," jawab Erni, kemudian meletakannya di atas meja di belakang tempat duduk Inayah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status