LOGIN"Kak Elshi," sambut Zea saat sang kakak tiba di depan pintu kediaman mereka. Terlihat beberapa pelayan segera menghampiri. "Haii, Zea," sapa Elshi.
"Sudah mandi belum? Bagaimana dengan kuliahmu hari ini?" Yaa pertanyaan itu selalu ditanya oleh sang kakak jika pulang kerja, nampak seperti menanyai anak kecil yang masih sekolah di jenjang SMP. Elshi memang sangat menyayangi adiknya. Mereka baru beberapa tahun belakangan berkumpul kembali, selama ini Zea tinggal bersama sang ibu, sedang Elshi bersama sang ayah. Sejak orang tua mereka bercerai, mereka tidak pernah bertemu kembali. Sang ibu tidak mengizinkannya, walau ia harus memendam kerinduan kepada anak pertama mereka, Elshi. Elshi hidup bergelimang harta bersama sang ayah, sementara Zea hidup sederhana dengan sang ibu. Itulah alasan Elshi sekarang begitu memanjakan sang adik. Selain tidak punya siapa-siapa lagi, mereka telah lama terpisah. "Emmm kakak, aku sudah mandi. Apa kakak tidak mencium aroma wangi di tubuhku?" sahut Zea. "Sebelll ih," Zea berucap sambil memasang wajah cemberut manja. Elshi tertawa keras melihat mimik wajah adiknya itu. "Non Elshi, air hangat sudah siap. Apa Non mau langsung mandi atau mau olahraga dulu?" tanya salah satu pelayan di rumahnya. "Aku mau olahraga," sahutnya. Zea membuntuti kakaknya ke ruang latihan fisik maupun olahraga di salah satu bagian rumah mereka. Yaa benar saja, walau mereka terlihat anggun, manis, dan manja dari luar, sebenarnya mereka bukannya orang yang lemah. Pada kenyataannya, jika hanya lelaki biasa, akan sangat mudah dipatahkan tangannya hanya dengan satu gerakan. Zea mendapat pelatihan bela diri langsung dari kakaknya. Mereka berdua harus menjadi wanita terkuat, baik mental ataupun fisik. Keadaan di masa lalu memaksa mereka terjun dalam dunia ini, dunia yang tidak banyak orang tahu bahwa mereka berdua adalah bagian dari salah satunya. Benar saja, Zea yang memiliki paras tidak kalah cantik dari sang kakak, tetapi memiliki sisi ganas dan menakutkan di dunia mafia. Di dunia mafia, orang lebih mengenal mereka berdua dengan julukan gadis rubah dan wanita srigala, tanpa tahu identitas nama asli, pekerjaan, tempat tinggal, maupun rupa aslinya. Saat beraksi, mereka selalu memakai topeng setengah wajah, namun tetap saja siapapun yang memandang mereka tahu mereka memiliki wajah Dewi. Elshi dengan topeng rubah di wajahnya, sementara Zea menggunakan cadar yang menutup hidung sampai dagunya. Mereka bukan orang yang mudah membunuh lawannya kecuali memang sudah sangat mengancam nyawa mereka dan di luar kendali. Bisa dihitung berapa jumlah manusia kurang ajar yang terpaksa mereka hilangkan nyawanya. Setiap hari, kakak beradik ini selalu latihan fisik, terus mengasah kemampuan mereka. Kematian sang ayah adalah alasan mengapa mereka rajin melakukan ini. Mereka berdua harus menjadi yang terkuat agar bisa membalas dendam kepada salah satu mafia besar di kota mereka. "Hugo, tunggu kedatanganku," ucap Zea seraya latihan tinju. Dia memukul-mukul benda panjang yang tergantung di ruangan itu dengan sarung di tangannya. Di sisi lain terlihat Elshi yang membersihkan beberapa pistol dan pisau. Wajah cantiknya terkesan sinis. "Aku akan habisi seluruh keluargamu tanpa terkecuali." Yaa, ruangan yang diketahui oleh pelayannya sebagai ruang latihan dan olahraga pribadi itu tidak sembarangan boleh ada yang masuk. Zea dan Elshi memisahkan kehidupan pribadi mereka dengan kehidupan di dunia mafia. Bahkan Jerry, asisten pribadi Elshi, tidak tahu siapa bosnya sebenarnya. Dia memang beberapa kali melihat orang-orang berbadan tegap besar datang ke kantor Elshi, memanggilnya dengan sebutan Bos, kemudian membisikkan sepatah dua patah kata lalu segera pergi. Tetapi komplotan teman Elshi di dunia mafia mengetahui bahwa Elshi adalah CEO dari banyak perusahaan di kehidupan nyata mereka. Mereka adalah orang-orang paling setia dan dipercayai penuh oleh Elshi dan Zea. Hanya saja mereka tidak tahu kalau Zea dan Elshi adalah satu keluarga… yang mereka tahu, Zea adalah tangan kanan Elshi. Semua orang-orang Elshi di dunia mafia tahu bagaimana wajah dua kakak beradik ini, hanya saja musuh-musuh mereka yang tidak pernah melihat secara langsung. Malam itu Elshi baru selesai belanja pakaian di mall. Di kejauhan saat keluar mall, dia melihat wajah lelaki tampan maskulin keluar dari mobil mewah dengan seorang lelaki berkulit putih yang juga tidak kalah tampan, hanya saja di sudut pelipisnya terlihat seperti ada bekas luka lama yang tidak hilang dari wajah. "Damian, mari berpesta untuk pekerjaan barumu!!" "Heeeii Ardy, seharusnya kamu tidak perlu merayakannya di bar begini. Kita bisa makan-makan di resto terbaik di kota ini, aku yang traktir semuanya." "Broooo ayolah," sahut Ardy. "Kamu tahu kesenanganku adalah bar. Sesekali kamu harus tahu bagaimana menyenangkannya di sana." Demikian celotehan yang keluar dari mulut Ardy. Damian menghela napas kemudian membuntut di belakang Ardy. "Lepaskan aku!!" teriak seorang wanita. Nampak tiga orang pria berbadan besar bertubuh hitam mengerumuni gadis cantik dengan banyak tas belanjaan dari brand branded di tangannya. "Mau apa kalian? Silahkan ambil barang-barangku dan lekas pergi!!" "Heeii cantik, kami tidak ingin hanya barang-barang berhargamu saja. Kami ingin menghabiskan malam denganmu," sahut salah satu lelaki berbadan gelap tersebut. Mendengar keributan yang terjadi, Damian membalikkan badannya, berlari ke arah kerumunan dan menghajar ketiga lelaki bertubuh besar itu dengan mudah. Dia memukul dan menghantam mereka dengan ganas sampai babak belur. "Pergi, bedebah," kata Damian. Nampak seorang wanita yang ketakutan membenamkan wajahnya pada tangan yang diletakkan di dua lututnya. "Nona, kamu baik-baik saja? Ayo, aku antar pulang ke rumah. Ini benar-benar sudah larut malam," kata Damian.“Malam ini, tepat jam 00.00 tengah malam, kalian datang ke club malam Crystal Snow. Habisi orang yang bernama Marco.” Tampak Hendro menyerahkan foto serta selembar kertas bertulis semua informasi tentang Marco kepada Roy. “Kamu dipercaya bos Hugo untuk memimpin aksi ini, jangan mengecewakannya. Ingat, bos Hugo bisa kapan saja menghentikan biaya pengobatan ibumu di rumah sakit.” Terdengar suara ancaman Hendro kepada Roy, anggota termuda dan tertampan di Pasukan “Naga Merah”. “Baik, akan ku eksekusi secepatnya.” Hati Roy terasa lirih, mengingat pesan terakhir ibunya sebelum koma, “Nak, tetaplah menjadi orang baik. Walau banyak orang jahat kepada kita, jika kamu belum menemukannya, maka jadilah salah satunya.” Roy mengingat kembali kejadian malam itu, saat ibunya yang sedang sakit keras diusir oleh bos kontrakan mereka karena sudah 3 bulan menunggak pembayaran. Hujan disertai petir memecah keheningan malam itu, saat seorang anak yang bekerja
Beberapa saat setelahnya, Hugo mengamuk dan memperingatkan Evandy agar menjauhi Crystalia istrinya.Crystalia sempat berteriak bahwa dirinya sudah tidak ingin memiliki hubungan apa-apa lagi dengan Hugo. Mendengar kata-kata Crystalia yang menyakitkan di hatinya, Hugo menjambak rambutnya, menyeretnya tidak berperasaan, kemudian membenturkannya ke dinding.Melihat hal itu, Evandy sebagai pemilik bar sekaligus orang yang telah dicurigai Hugo segera bertindak. Dia menghampiri Hugo, menjelaskan bahwa dia baru berkenalan dan tidak memiliki hubungan apa-apa.Dia membangunkan Crystalia yang tersungkur dan memanggil ambulans.Hugo semakin mengamuk melihat pemandangan itu. Dia memperingatkan Evandy untuk berhati-hati mulai sekarang dan akan membalas dendam untuk sakit hati yang ia rasakan.Beberapa bulan setelahnya, dia membakar bar, menyerang caffe resto, bahkan memperkosa karyawan perempuan yang bekerja di tempat bilyar yang dikelola Evandy.Evandy mulai membentuk kelompok orang yang dimaksud
“Bos Hugo dataaang! Cepat berbaris ke depan dan berikan penghormatan kepadanya!” seru Doni.Semua anggota penting yang berjumlah 15 orang itu segera beranjak dari meja bundar tempat mereka akan mengadakan rapat tahunan dengan bos mafia mereka tersebut.Mereka berdiri menuju ruang kosong di depan meja, dekat pintu di mana Hugo akan masuk, bersimpuh seperti pembantu, meletakkan sebelah tangan di dada mereka, kemudian menunduk sambil berkata secara serempak, “Selamat datang Big Boss Hugo.”Hugo berdiri dengan sombong, membusungkan dada datar dan perutnya yang buncit ke depan sambil berkata, “Kemenangan untuk kita semua, kalian boleh berdiri dan kembali ke meja bundar untuk rapat.”Lelaki berusia 47 tahun itu tampak sangar dengan luka codet di pipi kirinya. Dia duduk di kursi terbaik di ruangan tersebut sambil membuka beberapa berkas hasil laporan semua anggota inti dari para mafia yang berada di bawah naungannya.“Sial, bedebah kalian semua! Di antara kalian ber-15 tidak ada satu pun yan
Tok… Tok… Tok…Terdengar suara ketukan pintu di ruangan Vita.“Masuk!!” sahutnya.Terlihat wajah Dara yang manis, cantik, dan tak bosan dipandang dari luar pintu.“Permisi Bu Vita, saya izin masuk,” Dara kemudian duduk di kursi berseberangan dengan CEO dari PT. Prima Bersinergi tersebut.“Kamu, bukannya kamu wanita yang ada di Caffe Ardath tadi malam?” tanya Vita tampak kaget.“Bu Vita, apa Ibu ada di sana tadi malam? Maaf saya tidak melihat Ibu,” kata Dara.“Bukankah priammu kaya-raya, mengapa tidak bekerja di tempatnya? Jangan-jangan kamu mata-mata di perusahaan saya ya?” timpal Vita.Dengan buru-buru Dara menjelaskan, “Bu Vita, Ibu salah paham.Pertama,Saya bukan mata-mata, saya serius bekerja di tempat Ibu.Kedua,Saya dan kekasih saya bukan orang kaya, kami hanya orang sederhana yang ingin bekerja untuk masa depan lebih baik.Ketiga,Jika Ibu mengira lelaki saya kaya dari mobil yang dia kendarai, itu bukan mobil kami, itu milik sahabat kekasih saya. Hanya saja tadi malam kami se
Lampu mini Bar tiba-tiba mati, semua orang berteriak ketakutan, Beda dengan Elshi dia justru tersenyum, keadaan benar-benar gelap tidak ada yang terlihat. Elshi menyandarkan tubuhnya dari belakang ke tubuh kekar Damian, punggung Elshi merasa hangat, jelas terasa otot dada Damian yang keras dan kekar. "Damian," seru Elshi "Hem hem," jawab Damian dengan suaranya yang begitu menghipnotis dan maco. Tangan Elshi membawa tangan Damian ke buah kenyalnya, Elshi yang berpakaian sedikit terbuka menonjolkan separo bola empuknya yang terlibat jelas, bulat, putih dan besar. "Remes kalau berani," Elshi menantangnya. Tubuh lembut Elshi, wangi aroma yang menggoda, membuat jantung Damian berdegup kencang, bahkan Elshi jelas bisa merasakannya. Dengan jahil, Elshi meraba batang sensitifnya dengan sebelah tangannya, kemudian berbisik, "Sudah ku duga keras lagi," Damian tersenyum, dalam hati nya bergumam, "Dasar gadis nakal," Damian sempat berpikir mengapa tubuh Elshi sangat mirip dengan
Di Caffe Ardath nampak berhenti mobil Mercedes-Benz 300 SLR Uhlenhaut. Setelah pintu mobil dibuka, muncul sosok cantik jelita nan sexi Elshi bersama sahabatnya, Vita. Caffe Ardath memang tempat berkumpulnya orang-orang kaya raya, selain caffe di sini juga terdapat resto dan mini bar. Hanya saja tempat ini dikenal dengan nama Caffe Ardath karena pada awalnya owner caffe ini memang hanya ingin membuka caffe. Seiring waktu, menjadi bertambah dan semakin lengkap. Harga makanan di tempat ini selangit, jika hanya untuk orang biasa, salah satu minumannya bisa menghabiskan satu bulan gajih bekerja. Beberapa saat di caffe tersebut tiba kembali mobil Rolls-Royce La Rose Noire Droptail. Semua orang nampak penasaran siapa orang yang mengendarai mobil langka tersebut. Mereka melirik dan memandang penasaran siapa yang turun dari mobil itu. Benar saja Damian dan Dara keluar, semua mata berdecak kagum. "Siapa lelaki tampan itu?" "Dia benar-benar seperti dewa." "Sayang sekali dia sepertinya sudah







