“Baik ….” ujar Poppy tertahan. Robin bahkan tak mendengar suara lemas dan lirih istrinya.
Setelahnya, Poppy tak bisa tidur nyenyak karena sang suami langsung menghilang setelah menyelesaikan kegiatan panas mereka. Dia tertidur dan terbangun berulang-ulang untuk melihat jam, berjaga-jaga jika Robin akan masuk ke kamar. Namun, Robin tetap tak kembali.
Walaupun sudah paham tentang perjanjian mereka, tak elak jika Poppy merasa kecewa. Wanita mana yang akan merasa bahagia ketika sang suami menghilang setelah mendapat kenikmatan darinya? Dia mengira jika hubungan intim itu bisa sedikit mendekatkan mereka.
‘Apa mungkin dia sedang mengadakan pesta dengan teman-temannya?’ pikir Poppy menenangkan diri.
Kini, satu minggu telah berlalu, dan rutinitas yang sama terus berulang. Setiap malam, Robin akan pergi, kemudian meninggalkannya lagi tanpa banyak berbicara.
Hal tersebut terus terjadi, bahkan ketika mereka kembali di kediaman Robin. Dia tahu bahwa suaminya lebih memilih untuk berada di luar rumah, dan Poppy semakin merasa asing di tempat yang seharusnya menjadi rumahnya juga.
***
Pada pagi hari yang cerah, Poppy sedang duduk tenang di meja rias, mencoba melupakan kegelisahan yang setiap malam menyesakkan dada. Seperti biasa, Donna, pelayan pribadinya, sedang membantunya merias wajah.
Poppy memandangi cermin, merasa ada sedikit ketenangan yang datang. Sosok Rose yang sering menghantui pikirannya, semakin menghilang. Dia tersenyum kecil saat melihat Donna dengan penuh konsentrasi sedang menyisir rambut panjangnya yang bergelombang.
“Anda akan ke perpustakaan lagi, Nyonya?” tanya Donna, suaranya lembut seperti biasa.
“Ya, aku sudah membuat daftar judul buku yang ingin aku baca hari ini,” jawab Poppy, mencoba mengalihkan pikirannya pada sesuatu yang lebih menenangkan.
Poppy tak menyia-nyiakan fasilitas di kediaman yang bisa dia gunakan sesuka hati untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya, supaya dia bisa hidup mandiri dengan pengetahuan yang lebih luas setelah berpisah dari Robin nanti.
“Sudah selesai, Nyonya. Saya akan mengantar Anda ke perpustakaan.”
Mereka lantas keluar kamar, menyusuri koridor panjang untuk menuju ke perpustakaan kediaman. Sebelum sampai tujuan, mereka berpapasan dengan empat pelayan wanita yang sedang membersihkan perabotan.
Poppy sontak mengerutkan dahi ketika empat pelayan wanita itu tiba-tiba berhenti bekerja, lalu melihat ke arahnya sambil berbisik-bisik dan tertawa cekikikan. Donna yang melihat sikap buruk mereka, tak terima dengan perlakuan para pelayan yang seperti sedang mengolok-olok Poppy.
“Apa yang kalian lihat dan tertawakan?!” sergah Donna.
“Apa urusanmu?! Lanjutkan saja perjalananmu mengantar nyonya besar palsu itu.” Mia, salah satu pelayan menyahut sambil mengikik geli.
“Apa katamu?! Cepat minta maaf kepada Nyonya Poppy!”
Donna mendekati para pelayan itu. Dia merasa bahwa dirinya memiliki posisi yang lebih tinggi karena menjadi pelayan pribadi istri tuan besar mereka.
“Kenapa kau marah? Yang aku katakan memang benar. Dia hanya nyonya besar palsu!”
Donna mengayunkan tangan untuk memberikan tamparan. Namun, Mia dengan sigap menangkap pergelangan tangannya.
“Kau belum tahu? Kekasihku adalah pengawal utama Tuan Robin. Dia bercerita padaku jika nyonya besarmu itu hanyalah wanita kotor yang dibeli Tuan Robin untuk berpura-pura menjadi istrinya!”
Mata Poppy melebar. Terkejut oleh fakta yang diungkap pelayan itu.
Bukankah Robin mengatakan bahwa rahasia tentang dirinya akan terkubur di dalam Pulau Solterra? Namun, mengapa salah satu pengawal berani membocorkan rahasia besar itu kepada kekasihnya?
“Jangan sembarangan bicara!” bentak Donna seraya berusaha melepaskan tangan dari cekalan Mia.
“Aku tidak bohong! Justru aku sedang berbaik hati memberi tahu, supaya kau tidak perlu bersusah-susah melayani nyonya palsu yang akan segera diusir dari kediaman setelah melahirkan bayi Tuan Robin!”
Rona merah terkuras dari wajah Poppy. Dia memundurkan kaki perlahan, tak ingin mendengar penghinaan yang memang benar adanya. Reaksi Poppy itu justru membuat Donna percaya pada informasi teman kerjanya.
Sejak kejadian itu, sikap semua para pelayan di kediaman berubah. Bahkan, Donna tak ramah seperti sebelumnya dan sering bicara dengan nada ketus.
Tak hanya itu, beberapa pelayan mulai menyuruh Poppy membantu mereka. Berpikir jika status mereka tak jauh berbeda.
Poppy tak bisa lagi belajar sesuai keinginannya. Setiap kali keluar kamar, para pelayan akan terang-terangan mencibir dirinya.
“Pop, bisakah kau membantuku?” pinta Mia tatkala Poppy sedang berjalan menuju ruang makan. Mia sengaja menumpahkan ember yang berisi air pel, setelah melihat Poppy dari kejauhan.
Tak ada lagi yang memanggil dirinya dengan sebutan nyonya. Panggilan ‘Pop’ pun salah satu cara para pelayan meremehkan Poppy.
“A-aku …” sebelum Poppy melanjutkan perkataannya, pelayan tersebut langsung menyodorkan alat-alat pembersih kepada Poppy.
“Oh! Jangan banyak tanya dan cepat bantu aku!”
Poppy tak banyak bertemu dengan orang-orang dan terbiasa diperbudak Saul Martinez. Dia tak punya nyali menolak perintah orang lain walaupun datangnya dari pelayan yang seharusnya menghormati dirinya yang sekarang.
Ingatan ketika dirinya dipukul karena tak menuruti perintah, terngiang-ngiang dalam benaknya. Sosok Mia tak jauh berbeda dengan Saul di mata Poppy.
Dia lantas berjongkok mengambil kain untuk memeras air di lantai ke dalam ember. Hingga gaun mahal selutut yang dia kenakan basah oleh air kotor.
Mia malah duduk santai sambil mengikir kuku. Dengan santai menunggu Poppy menyelesaikan pekerjaan itu.
“R-Robin ….”
Poppy tiba-tiba berdiri dan melempar kain basah ke ember sambil melihat ke arah belakang tempat duduk Mia. Namun, pelayan itu tak terkejut dan justru marah.
“Jangan banyak bicara! Cepat selesaikan pekerjaanmu, Nyonya Pop!” Mia terkekeh senang.
Tawa Mia segera menghilang saat Robin lewat di sebelah kursi yang didudukinya. Dia langsung berdiri dan menunduk ketika Robin menatapnya.
“Apa yang kau lakukan?!” bentak Robin.
Tak perlu dijelaskan, Robin seharusnya tahu jika istrinya sedang diperlakukan seperti pelayan.
“T-Tuan … s-saya ….”
Elio, pengawal yang selalu mengikuti Robin, terkejut melihat perbuatan kekasihnya. Dia buru-buru melangkah di antara Mia dan Robin, kemudian menunduk dalam di depan tuannya.
“Maafkan saya, Tuan! Ini terjadi karena kesalahan saya yang menceritakan tentang Nyonya Poppy kepada kekasih saya ….”
Tak diragukan lagi, Robin sangat marah karena Elio berani membongkar rahasianya pada seorang pelayan, yang kemudian tersebar ke semua orang di kediaman. Namun, ketika melihat wajah Poppy, raut wajah Robin kembali datar dan tak terbaca.
“Aku tidak akan melepaskan orang yang berani menyebarkan tentang identitas istriku yang sesungguhnya kepada orang di luar kediaman ini!” Walaupun dipanggil istri, tapi Robin tak terlihat peduli. “Perlakukan dia dengan baik saat ada keluargaku!”
Karya ini spesial untuk seseorang yang mengalami trauma serupa. Saya menulis ini dengan harapan X bisa jadi seperti Poppy yang akhirnya menemukan kebahagiaan sejati, serta dijadikan penghiburan dan motivasi. Respons trauma pada setiap individu itu berbeda-beda--saya tahu-- tapi saya yakin jika kamu bisa melaluinya. Waktu akan menyembuhkan lukamu, semua orang di sekitarmu akan selalu membantu. Kalau memang masih ada orang-orang toxic yang menghakimi nasib burukmu/hidupmu, abaikan saja ... seperti Rafael mengabaikan kebencian kakeknya. Maafkan kesalahan mereka untuk membuat hidupmu lebih nyaman dan damai, seperti Poppy memaafkan kesalahan besar ibu tirinya. Semua orang berhak bahagia, begitu pula denganmu ... 🌞 Sedikit dari Author ... Sebenarnya V tipe yang ... ini loh karyaku, mau suka atau nggak itu dari perspektif masing-masing, mungkin ada penulis lain yang baca cuma butuh inspirasi tanpa meninggalkan jejak, mungkin orang tertentu yg kalau pas cerita nggak sesuai dengan kei
“Oh, jangan menangis, Nick,” pinta Robin, berusaha menidurkan putranya. Namun, suara tangisan Nick semakin kencang. Poppy lantas ikut membantu Robin menenangkannya. “Lihat wajah Nick, suamiku. Dia menangis, tapi seperti sedang marah … seperti kau yang sering marah tidak jelas.” Poppy terkekeh. “Dia akan menjadi pria yang lebih tampan dariku kelak.” Poppy tiba-tiba mencium pipi Robin. “Tapi, kau tetap jadi pria yang paling tampan untukku.” Meski telah hidup bersama lebih dari setahun, wajah Robin masih merona setiap kali mendengar pujian istrinya. Debaran dalam dadanya pun masih sama seperti awal-awal menyadari cintanya. Perasaan Robin tak berubah. Hanya sikapnya yang berubah menjadi lebih penyayang. “Jangan terlalu banyak membaca novel! Awas saja kalau kau juga merayu pria lain!” “Itu tidak akan pernah terjadi.” Poppy malah mengusap-usap wajahnya ke wajah suaminya sambil terkekeh. “Aku tahu kau suka dirayu.” Robin masih menyimpan aura misterius. Namun, Poppy merasa lebih ban
“Dokter! Cepat periksa istriku!” titah Robin.Poppy tampak begitu lemas. Napasnya berat dan matanya tertutup rapat.“Istri Anda hanya kelelahan, Tuan.”Robin bernapas lega. Dia kembali menggenggam tangan istrinya. Seandainya dia bisa melahirkan, dia akan menggantikan peran Poppy daripada melihatnya begitu tak berdaya.Menyaksikan istrinya melahirkan, Robin sontak teringat pada Sienna. Apa pun kesalahannya, Sienna juga pernah mempertaruhkan nyawa demi melahirkannya.Robin merenung sambil menciumi punggung tangan Poppy. Dia yang merasa lebih tinggi dari para wanita, sampai membeli seorang istri, juga bersikap buruk pada ibunya, ternyata hanya pria lemah yang tak lebih kuat dari mereka.“Silakan menunggu di luar, Tuan. Kami akan bersiap memindahkan Nyonya Poppy ke kamar.”Robin keluar dari ruang bersalin dengan wajah bahagia. Keluarganya menyambut dengan pelukan hangat sambil memberikan selamat.Ketika memeluk Sienna, ucapan lirih lolos dari mulutny
Capri akan makan siang ketika Antonio meneleponnya. Dia sampai tersedak suapan pertama saat mendengar Poppy keguguran dan sedang diperiksa dokter.Dengan kecepatan penuh, Capri mengemudikan mobil sampai ke rumah sakit yang dikatakan Antonio. Dia bahkan kena tilang karena melanggar rambu lalu lintas jalan. Untung saja, dia tak mengalami kecelakaan.Melihat orang-orang berkumpul di ruang pemeriksaan, serta rekan sejawatnya yang pucat pasi, Capri merasakan firasat buruk. Tanpa basa-basi, dia segera mengikuti dokter itu untuk memeriksa kondisi Poppy.Setelah menunggu beberapa menit, Capri keluar sambil menunduk.“Jangan katakan itu,” gumam Robin, enggan mendengar berita buruk.Capri membuka mulut akan bicara. Namun, teriakan seorang wanita dari kejauhan menghalanginya.“Robin!!!” seru Sienna sambil menangis.Dia langsung memeluk putranya. “Tidak apa-apa. Yang penting Poppy selamat. Jangan menyalahkan dirimu sendiri.”
“Istriku!!” Robin panik bukan main. Poppy tak pernah menunjukkan wajah kesakitan seperti itu, bahkan ketika dia menyiksanya.Poppy memegangi perutnya yang terasa melilit kencang. Bayi dalam perutnya seakan memberontak ingin keluar, berputar-putar di dalam perutnya.Robin dapat merasakan gerakan bayi dari perut istrinya yang begitu jelas, seperti menendang tangannya. Bayi itu bahkan ikut menyalahkannya, pikir Robin.Dengan tangan gemetar, dia menekan nomor telepon Antonio di ponselnya sampai ibu jarinya hampir salah menekan nomor orang lain.“Cepat kemari! Istriku kesakitan!”“Baik, Tuan!”Antonio yang menunggu di luar, bergegas lari kencang ke dalam bersama para pengawal. Kedatangan mereka membuat pengunjung lain kaget dan panik.Sementara itu, Robin sudah berhasil menggendong istrinya. Cukup berat, namun dia tak begitu merasakannya.Mereka akhirnya bertemu di koridor. Para pengawal segera mengawal Robin, juga Antonio yang membawa sepatu Poppy yang terjatuh.“Cepat ke rumah sakit!” t
“Wah! Terima kasih banyak, Tuan Robin! Semoga kita bisa berjumpa lagi.” Wanita muda itu lalu pergi tanpa melihat Poppy.Robin berdiri canggung, tak berani menatap istrinya. “Ayo, makan … makan dulu.”Robin jelas menyembunyikan sesuatu!Ketika akan digandeng suaminya, Poppy segera menarik tangannya. “Apa-apaan itu tadi? Sejak kapan kau jadi ramah pada orang lain?!”Sebelum pertanyaan Poppy terjawab, seorang pelayan restoran mendekati mereka. “Tuan Robin, saya akan mengantar Anda ke ruangan yang sudah Anda pesan.”Dengan bibir cemberut, Poppy akhirnya menunda kemarahannya. Sampai di dalam ruangan VIP restoran, dia langsung menatap tajam suaminya yang duduk berseberangan darinya.“Kau belum menjawabku!”Sepanjang mengenal Robin, baru kali ini Poppy melihat kegugupan suaminya itu.Robin bingung … harus dari mana dia mulai menceritakannya?‘Tidak, itu bukan rahasia. Aku tidak pernah berniat menyembunyikan sesuatu dari istriku,’ batin Robin.“Kenapa kau membiarkan wanita lain mendekatimu? J