Felix benar-benar lega, akhirnya ia sudah menemukan solusi atas masalahnya. Sore itu Serena tampak cantik dengan menggunakan turtleneck dress nuansa cokelat yang dipadukan dengan long coat dan ikat pinggang bernuansa senada.Ia juga memakai sepasang pumps dan membawa sebuah handbag warna cokelat yang tadi sempat dibelikan oleh Arthur. Bibi May yang melihat penampilan Serena sampai terharu."Kenapa Bibi menatapku seperti itu?" tanya Serena sambil mengambil alih putranya yang juga mengenakan pakaian senada dengannya. Di usianya yang ke 7 bulan, William semakin tampak menggemaskan."Kau sangat cantik, mengingatkan Bibi pada ibumu.""Ibu ... ayolah, tolong jangan bahas hal-hal yang menyedihkan, kita harus bersemangat hari ini. Ayo kita berangkat sekarang," sela Felix yang kemudian sigap membawakan handbag milik Serena.Setelah berpamitan pada sang paman, ketiganya lalu berjalan beriringan menuju ke mobil."Bibi, lihatlah! William senang sekali melihat pemandangan di luar!!" seru Serena ya
Serena semakin salah tingkah karena dua pria yang ada di hadapannya sama-sama memperhatikan dirinya."Kenapa, kalian menatapku seperti itu?" tanyanya kemudian."Kurasa Felix memilihmu untuk menjadi modelnya kali ini," tebak Arthur yang ternyata dibenarkan oleh Felix.Seketika Serena tertawa."Bagaimana mungkin kalian berpikir seperti itu.""Serena ... kau sangat cantik. Kecantikanmu melebihi apapun yang ada di dunia ini. Jadi ... kenapa tidak?" ujar Felix yang membuat Arthur terdiam.Mungkin itu adalah gombalan, tapi ia merasa tatapan Felix terhadap Serena bukanlah tatapan sayang selayaknya seorang saudara, melainkan tatapan kekaguman sama seperti yang ia rasakan."Apa Felix juga menyukai Serena."Batin Arthur terus berkecamuk seiring tatapan Felix yang terasa semakin dalam. Diam-diam Arthur terus memperhatikan ekspresi pria itu dan ia semakin yakin kalau Felix memang menyukai Serena. Sama seperti dirinya.Kini Felix masih berusaha membujuk Serena yang ternyata cukup sulit."Tapi aku
Tak hanya marah, karena rasa cemburu yang melanda, Morgan sampai harus melempar benda di tangannya. Ia sungguh tak terima melihat Serena dekat dengan pria lain.Hal pertama yang ia lakukan adalah mencaritahu mengenai alasan kenapa wanita itu bisa masuk ke rumahnya. Akhirnya ia mendapatkan informasi dari pelayan jika Serena datang ke kediamannya untuk menggantikan sang paman."Begitu rupanya .... " gumam Morgan yang mulai memikirkan sesuatu. Ia akan membuat wanita itu lebih sering berada di sekitarnya."Tapi bagaimana dengan anaknya?"Morgan kembali berpikir sejenak sebelum mengulas senyum di bibirnya.Belum juga ia beranjak, ponselnya sudah kembali berdering. Kali ini Felix yang menghubungi."Ya, ada apa?" ucap Morgan begitu telepon tersambung."Maaf Tuan, model yang sudah kita pilih untuk melakukan syuting iklannya mengalami kecelakaan, apa kira-kira syutingnya masih bisa ditunda?""Apa kecelakaannya parah?" tanya Morgan lagi."Cukup parah, yang pasti, kita tidak bisa memakainya. Kit
Mendadak ia ingin menyuruh orang untuk mengikuti Serena kemanapun wanita itu pergi, tapi setelah kembali berpikir, Morgan akhirnya mengurungkan niatnya.Ia merasa tak rela ada orang lain yang memperhatikan Serena."CK ... arghhh .... "Morgan mengerang frustasi. Belum selesai ia dengan pikirannya, Maxime sudah kembali mengirimkan pesan yang membuat otaknya semakin penuh.Ternyata sejak tadi sang ibu berusaha menghubunginya. Tak ingin membuat ibunya khawatir, Morgan langsung balik menghubungi."Ada apa Bu? sepertinya ada hal penting sampai harus menelepon berkali-kali?"Bukannya jawaban, namun helaan nafas panjang yang pertama kali Morgan dengar sebelum akhirnya Lucia mengajukan pertanyaan."Boleh lbu tahu, apa alasanmu berfokus pada perusahaan parfum itu? sampai-sampai kau rela menetap di Paris beberapa waktu lamanya?"Morgan merasa aneh dengan pertanyaan yang ibunya lontarkan, tapi ia tetap bersikap tenang."Entahlah, Morgan hanya tertarik pada perusahaan ini. Tak terlalu sulit menge
Mendadak ia ingin menyuruh orang untuk mengikuti Serena kemanapun wanita itu pergi, tapi setelah kembali berpikir, Morgan akhirnya mengurungkan niatnya. Ia merasa tak rela ada orang lain yang memperhatikan Serena. "CK ... arghhh .... " Morgan mengerang frustasi. Belum selesai ia dengan pikirannya, Maxime sudah kembali mengirimkan pesan yang membuat otaknya semakin penuh. Ternyata sejak tadi sang ibu berusaha menghubunginya. Tak ingin membuat ibunya khawatir, Morgan langsung balik menghubungi. "Ada apa Bu? sepertinya ada hal penting sampai harus menelepon berkali-kali?" Bukannya jawaban, namun helaan nafas panjang yang pertama kali Morgan dengar sebelum akhirnya Lucia mengajukan pertanyaan. "Boleh lbu tahu, apa alasanmu berfokus pada perusahaan parfum itu? sampai-sampai kau rela menetap di Paris beberapa waktu lamanya?" Morgan merasa aneh dengan pertanyaan yang ibunya lontarkan, tapi ia tetap bersikap tenang. "Entahlah, Morgan hanya tertarik pada perusahaan ini. Tak te
Serena buru-buru keluar dari dalam air dan mengenakan kembali pakaiannya. Ia lalu berjalan mendekati benda yang tadi terjatuh. Diambilnya benda itu dan kembali mengedarkan pandangan, menyisir ke setiap sudut ruangan."Halo!! apa ada orang di sini?!"Serena kembali berteriak lantang, namun lagi-lagi tak ada jawaban dari siapapun, membuatnya berdecak kesal sebelum akhirnya kembali melanjutkan pekerjaan.Di tengah-tengah aktivitas yang ia lakukan, ponselnya terdengar berdering. Ternyata itu adalah telepon dari bibi May, membuat Serena segera mengangkat telepon tersebut."Ya, ada apa Bi?""Apa pekerjaanmu masih belum selesai? kau belum sempat sarapan tadi, kenapa belum juga kembali?"Ditanya seperti itu Serena langsung menceritakan apa yang terjadi."Ya Tuhan, kenapa mereka melakukan itu. Pulanglah dulu untuk sarapan! katakan pada mereka kau akan segera kembali setelahnya.""Tidak perlu Bi, ini sudah selesai. Aku akan meminta izin untuk pulang lalu sarapan. Bibi jangan khawatir," ucap Ser