Penjara Cinta Tuan Presdir
"Puaskan aku di ranjangku, atau kau akan kehilangan penglihatanmu!!"
Seuntai kalimat yang sukses membuat tubuh seorang wanita bergetar ketakutan. Tapi bagaimana jika yang berkata demikian adalah pria yang sudah menikahinya, Juan Anderson.
Pengusaha kaya raya dengan aura mempesona namun memiliki sisi kejam nyaris seperti binatang.
Tanpa tahu apa maksudnya, seorang gadis bernama Jasmine harus menjadi bulan bulanan keluarga Anderson. Dinikahi lalu disakiti hampir di setiap detiknya, sampai sampai ia kehilangan dirinya sendiri, namun saat berniat mengakhiri hidup, Jasmine justru mendapati dirinya hamil. Akankah hal itu bisa meluluhkan hati seorang Juan Anderson atau justru sebaliknya.
Read
Chapter: Pertemuan kembali Juan membuka pintu kamar tempat Jasmine berada. Tak ada suara apapun di kamar itu karena saat ini Jasmine tengah meringkuk di balik selimut tipis yang sudah lama tak dicuci. "Dasar!! bisa-bisanya dia malah enak-enakan tidur," ujar Juan sambil terus melangkah mendekat dengan kedua tangan terselip di saku celana. Awalnya pria itu nampak santai, ia bahkan berniat memaki wanita yang berstatus sebagai istri sahnya itu, namun betapa terkejutnya saat mendapati wajah tirus dan tubuh Jasmine yang nampak jauh lebih kurus dari terakhir kali ia melihatnya. "Apa-apaan ini?!" Juan hampir memekik begitu mendapati pemandangan di hadapannya. Nafasnya tercekat, ia sungguh tak menyangka sama sekali akan mendapati kondisi yang demikian pada diri Jasmine. Juan masih meragukan pandangannya. Tubuhnya semakin mendekat perlahan, ditariknya selimut yang menutupi tubuh kurus Jasmine. Juan pun semakin syok menyaksikan apa yang ada di depan matanya. Kondisi Jasmine sungguh memprihatinkan. Tubuhnya ku
Last Updated: 2024-10-26
Chapter: Cinta yang bertepuk sebelah tangan "Ingat Juan, kehadiran Jasmine di dalam kehidupan kita hanya untuk pengalihan perusahaan dan ingat apa yang terjadi pada adikmu. Jangan sampai aku yang melakukannya sendiri," ucap Veronica di hadapan Juan. "Ibu tidak perlu mengotori tangan ibu sendiri, biar aku yang mengurus semuanya," sahut Juan sebelum ia pergi meninggalkan sang ibu dan kembali menemui Jasmine. Wajah Jasmine masih nampak sedih, namun Juan harus tetap menyampaikan, kalau mulai saat ini mereka harus tinggal di kediamannya. Mendengar ucapan sang suami, Jasmine hanya bisa mengangguk. *** "Selamat sore ... Bu," sapa Jasmine pada Veronica saat ia sudah sampai di kediaman Juan, namun jawaban yang Veronica berikan cukup mengejutkan. "Aku bukan ibumu." Itulah kalimat yang terlontar dari bibir Veronica. Tubuh Jasmine mematung mendengarnya terlebih saat Juan memanggil pelayan. "Pelayan, antar dia ke kamarnya," ujar pria itu yang langsung pergi meninggalkan Jasmine. "Nona, silahkan ikut saya." Pikiran Jasmine
Last Updated: 2024-10-22
Chapter: Keromantisan Jasmine dan Juan di pemakaman "Juan, ada apa? kenapa wajahmu seperti itu? siapa yang meninggal?" "Yang meninggal adalah ... ibumu," jawab Juan yang membuat tubuh Jasmine membeku tanpa suara. "Kau bilang apa barusan?" Jasmine mencoba mengulangi pertanyaannya. Ditatapnya wajah Juan lekat lekat sampai pada akhirnya pria itu hendak memeluknya, namun kali ini Jasmani menolak. Ditahannya bahu kekar pria itu, pupil matanya bergetar sementara bibirnya beberapa kali ingin mengeluarkan suara namun gagal. "Jasmine, maaf ... aku tidak langsung memberitahumu, aku takut kau _ " "Jadi ini benar?" sela Jasmine yang disambut anggukan kepala oleh Juan, namun Jasmine justru menolak pernyataan itu. "Katakan kalau kau membohongiku!! katakan Juan!! cepat katakan padaku kalau ini hanya lelucon!!" Jasmine semakin tak terkendali, air matanya mengalir deras sementara kakinya perlahan bergerak mundur hingga terduduk di atas ranjang. Melihat itu membuat hati nurani Juan kembali berkuasa. Ia pun melangkah mendekat dan berj
Last Updated: 2024-10-20
Chapter: Getaran hati JuanJuan menatap Jasmine yang tengah menikmati makanan dengan lahap. Melihat bibir wanita itu belepotan, tangannya reflek terulur untuk membersihkannya. "Oh, maaf, kau sejak tadi tidak makan?" tanya Jasmine kemudian saat mendapati kalau makanan di piring Juan masih belum berubah bentuk. "Dengan menatapmu saja aku sudah kenyang," sahut Juan sambil terkekeh kecil. "Kau menyindirku ya, jahat sekali. Aku kan sangat lapar, tapi sekarang sudah kenyang. Sekarang, ayo makanlah! em ... suamiku." Kali ini Jasmine menggeser tempat duduknya hingga berdekatan dengan Juan. Tangannya mengambil sesendok makanan lalu menyodorkannya ke bibir Juan. "Ayolah, buka mulutmu!" Sayangnya Juan sama sekali tak melakukan apa yang Jasmine inginkan. Pria itu hanya diam tak bersuara sambil menatap dingin, membuat Anna menarik kembali tangannya. "Kau, tidak mau ya makan dari tanganku. Hahhh ... itu tidak masalah, tapi sekarang kau harus makan." Masih tak ada tanggapan apapun dari bibir pria itu. Sorot ma
Last Updated: 2024-10-19
Chapter: Pertolongan tak Terduga Malam itu Juan yang baru masuk ke kamar pribadinya dibuat kesal karena ponsel milik Jasmine terus bergetar. Merasa sangat terganggu, dengan cepat tangan Juan meraih benda pipih itu dari saku jasnya. "Halo .... " suara baritonnya langsung menyapa penelpon di seberang sana. "Dimana Jasmine?!" tanya Arsen setengah membentak, membuat Juan hampir membalasnya, namun otaknya masih sempat mempertimbangkan akibatnya jika dia bersikap demikian. "Jasmine sedang mandi, aku adalah suaminya, jadi kalau ada yang ingin kau sampaikan, sampaikan padaku saja!" jawab Juan yang terdengar elegan dan tenang. "Kalian datanglah ke Alexandria hospital sekarang juga! ibu mengalami kecelakaan dan dia ... meninggal, tolong jangan biarkan Jasmine pergi seorang sendiri." Hanya sebatas itu yang Arsen sampaikan. Juan sendiri merasa cukup terkejut akan apa yang baru saja ia dengar. Bermenit menit lamanya pria itu dilanda kebimbangan. Antara ingin bersikap masa bodoh atau sebaliknya. Bisa dibilang ini adala
Last Updated: 2024-10-18
Chapter: Ungkapan cinta Jasmine Jasmine masih tak bisa memahami situasi di sekitarnya. Ia benar benar tak mengerti maksud ucapan Juan suaminya. Selama ini sikap Juan sangatlah manis, karenanya Jasmine mengira kalau pria di hadapannya hanya sedang membuat lelucon. "Sayang, kau ini bicara apa, ayo kita pergi dari sini, rumah ini menyeramkan." Dengan senyum yang masih terukir di bibirnya, Jasmine menarik tangan Juan untuk pergi dari sana, namun pria itu justru kembali menarik tangannya dengan sentakan yang cukup keras. "Akhhhh!!" pekik Jasmine yang hampir saja terjatuh karena ulah Juan. "Aku tidak main main Jasmine, di sinilah tempatmu, jadi nikmati hari harimu di rumah seram ini, mengerti?!" Jasmine menatap wajah Juan dengan perasaan bingung. "Juan, apa maksudmu? aku istrimu, bagaimana mungkin kau membiarkanku tinggal di tempat ini, atau ... kita akan tinggal bersama disini? jika memang begitu aku tidak akan keberatan." Seketika gelak tawa terdengar dari bibir Juan. "Jasmine ... Jasmine, mana mungkin
Last Updated: 2024-10-17
Chapter: Kekecewaan Serena Malam itu juga, Serena memutuskan untuk meninggalkan mansion, namun sebelum benar-benar terjadi, Morgan sudah menghentikannya. Koper kecil yang Serena bawa diambil dengan paksa."Apa yang kau lakukan? kau khawatir aku akan membawa barangmu? aku cukup tahu diri Tuan Morgan. Aku datang kemari tanpa membawa apa-apa, aku juga akan keluar dari sini tanpa membawa apapun. Itu hanya pakaian dalamku saja, kembalikan koperku!!" seru Serena yang sengaja memancing amarah Morgan."Apa yang kau katakan Serena? Mana mungkin aku berpikir seperti itu. Aku tak akan bisa membiarkanmu hidup sengsara di luar sana. Bagaimana kau bisa memiliki pikiran seburuk itu terhadapku?! Aku bahkan tanpa keberatan memberimu segalanya."Morgan mendekati Serena dan menggenggam kedua tangan wanita itu. Dikecupnya dengan lembut jemari lentik itu. Apa yang Morgan lakukan tentu membuat hati Serena berdesir.Ia sangat mencintai pria yang berdiri di hadapannya saat ini, akan tetapi pernikahan yang dilakukannya sungguh tak bisa
Last Updated: 2025-04-30
Chapter: Kado Misterius Sementara itu, ternyata Morgan baru bisa ditemui setelah acara berlangsung. Petugas resepsionis tersebut tak bisa mendapatkan akses masuk ke ruangan Morgan, namun ia sudah menyerahkan benda titipan Serena pada asisten Morgan yaitu Maxime. "Tuan, maaf saya terlambat memberikan ini," ucap Maxime yang kini mendampingi sang tuan di ruang pimpinan. "Apa ini?" tanya Morgan yang langsung menghentikan kegiatannya meneliti surat-surat perjanjian kerjasama yang ia lakukan. Tangannya beralih menerima benda yang Maxime berikan. Morgan sempat terdiam beberapa saat. Ia merasa tak asing dengan benda di tangannya, hanya saja ingatannya tak berhasil menemukan apapun tentang itu. "Petugas resepsionis mengatakan kalau benda ini adalah pesanan anda. Nama pengirimnya ada di dalam box." "Kau sudah memeriksanya?" tanya Morgan yang memang selalu waspada dan tak ingin lengah sedikitpun. "B _ belum Tuan," jawab Maxime tergagap. "Tapi karena benda ini sudah berhasil masuk kemari, saya rasa ini aman." Ta
Last Updated: 2025-04-30
Chapter: Fakta Mengejutkan Usai mempersiapkan semuanya, Serena tinggal menunggu waktu yang tepat untuk datang, namun sebelum itu ia menemui salah seorang pengawal untuk mengutarakan niatnya."Kau tak perlu memberitahu Morgan lagi, kami sudah membicarakan soal ini. Aku hanya akan datang untuk mengantarkan barangku lalu kembali kemari.""Baiklah Nyonya," jawab pengawal tersebut.Serena sungguh berharap kalau pria yang baru saja ia temui benar-benar tak memberitahukan apa yang dikatakannya tadi terhadap Morgan, agar semua rencananya bisa berjalan dengan lancar.Hari sudah mulai gelap. Serena kini duduk di depan cermin, memastikan penampilannya meyakinkan dan tidak gagal. Sebuah blazer berwarna putih membuatnya tampak cantik dan bersahaja, belum lagi satu set perhiasan yang menghiasi telinga, leher dan pergelangan tangannya.Setelah merasa semua persiapan beres, kakinya melangkah pasti menuju ke tempat mobil yang sudah disiapkan untuknya sambil menenteng box mewah berisi parfum yang biasa Morgan pakai."Biar saya b
Last Updated: 2025-04-29
Chapter: Mencaritahu Kebenaran Serena terdiam sebentar. Sejauh ini tak ada siapapun yang datang ke mansion."Wanita? siapa?""Dia mencari anda Nyonya," jawab pelayan yang akhirnya membuat kaki Serena melangkah menuju ke ruang tamu mewah di mansion.Ternyata penjagaan ketat dilakukan di sana oleh para pengawalnya. Mereka tak lantas membiarkan tamu asing tersebut meski ia sudah menyatakan jika datang atas suruhan Morgan dengan berbagai bukti yang ditunjukkan. Barang bawaannya pun sudah diperiksa sebelum ia diizinkan masuk.Saat Serena datang, anak buah Morgan langsung menyambutnya dengan membungkuk sopan. Hal itu membuat wanita yang sudah menunggunya tersenyum sinis sebelum akhirnya ia ikut berdiri untuk menyambut kedatangan Serena."Selamat pagi Nona, anda siapa?" sambut Serena dengan senyum menawan yang ia punya. Aroma tubuhnya yang lembut pun turut menyita perhatian tamu di hadapannya, meski sebenarnya ia terkesan dengan aroma itu, tak ada kalimat apapun yang ia lontarkan."Kau tidak tahu siapa aku?"Bukannya menj
Last Updated: 2025-04-27
Chapter: Kedatangan Seorang Tamu Wanita Semalaman Serena tak bisa tidur. Ingatannya terus tertuju pada Morgan. Sesekali senyum mengembang di bibirnya saat membayangkan bagaimana ekspresi Morgan setelah mengetahui jika dirinya hamil.Pria itu pernah mengatakan kalau ingin memiliki banyak anak yang terlahir dari rahimnya. Mengingat semua itu tentu membuat Serena sangat bahagia. Apalagi besok ia sudah bisa kembali memeluk Morgan.Ia juga baru tahu kalau semua keanehan yang terjadi padanya dalam satu bulan terakhir adalah karena faktor kehamilan. Serena benar-benar tak tahu apa-apa tentang itu. Ia juga baru teringat jika dirinya memang sudah tak lagi mendapati siklus mentruasi semenjak dua bulan yang lalu.Setelah hubungannya dengan Morgan menjadi begitu manis, fokus Serena seolah teralihkan semua pada pria itu. Bulan lalu, ia memang sempat merasa khawatir, tapi akhirnya lupa sendiri karena begitu menikmati perannya di sisi Morgan.Setiap hari ia bebas menggoda pria tampan berwajah dingin yang ternyata bisa begitu manis saat be
Last Updated: 2025-04-27
Chapter: Mual Berkepanjangan Hari kepergian Morgan pun semakin dekat. Tinggal satu kali 24 jam lagi ia akan meninggalkan Serena. "Kau, jangan terlalu sedih, bukankah aku sudah sering meninggalkanmu?" ujar Morgan yang kini duduk berdampingan dengan Serena di atas ayunan. Malam sudah larut, namun baik Serena maupun Morgan, keduanya sama-sama tak bisa memejamkan mata. "Kau benar, mungkin aku saja yang terlalu berlebihan," sahut Serena sambil tersenyum getir. Diteguknya kembali minuman lemon yang akhir-akhir ini menjadi favoritnya. Seharian ini ia bahkan tak bisa lepas dari minum asam itu. Beberapa kali ia merasa mual dan berhasil mereda setelah meminumnya. "Serena, sudah cukup! jangan terlalu banyak mengkonsumsi itu. Mungkin memang benar jika lemon baik untuk kesehatan, tapi mengkonsumsinya secara berlebihan tetap saja tidak baik," tegur Morgan sambil hendak mengambil alih gelas dalam genggaman Serena, tapi ternyata wanita itu menahannya. "Serena ayolah .... " "Aku merasa mual sejak kemarin dan bisa reda
Last Updated: 2025-04-26