Home / Romansa / Tawanan Mafia Blackwood / Bab 28 - Kau Milik ku

Share

Bab 28 - Kau Milik ku

last update Last Updated: 2025-07-30 10:15:30

Pagar besi hitam mansion terbuka. Damian turun dari mobil seperti badai. Jas hitamnya basah, rambutnya lepek oleh hujan, tapi auranya? Membunuh. Setiap langkahnya seperti dentang palu kematian.

Rebecca berdiri di ambang pintu, senyum tipis menghiasi bibir merahnya. “Tuan Damian… akhirnya.” Suaranya manis, tapi Damian hanya melewatinya tanpa menoleh, seperti dia tak pernah ada.

Langkahnya menapaki marmer dingin, suaranya bergema di aula megah. Jantungnya berdetak cepat, tapi bukan karena rindu. Karena amarah. Karena rasa ingin memiliki yang meluap seperti racun.

Aurora.

Dia pikir bisa kabur dariku?

Pintu kamar terbuka. Damian berdiri di ambang, tubuhnya membeku sesaat. Aurora ada di sana bersandar di kursi panjang, gaun satin sederhana melingkupi tubuhnya. Rambutnya tergerai, kulitnya berkilau oleh cahaya lampu.

Tapi mata itu… bukan mata gadis yang dulu pasrah. Ada api di dalamnya. Api yang membuat D
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tawanan Mafia Blackwood   Bab 34 - Nyonya Blackwood

    Bab 34 - Nyonya BlackwoodSuara letusan pistol menggema di ruang tembak bawah tanah, bercampur dengan aroma mesiu yang menusuk. Aurora berdiri tegak di balik garis kuning, rambutnya dikuncir tinggi, tubuhnya dibalut kaos hitam ketat yang menonjolkan lekuk tubuhnya. Jemarinya melingkari gagang pistol, kokoh berbeda jauh dari imej wanita rapuh , anggun yang selama ini ditampilkan.DOR!Peluru menembus lingkaran merah di tengah target. Tepat di jantung.Adrian bersiul pelan dari belakang, menyilangkan tangan di dada. “Bagus. Sudah berapa tahun kau tidak pegang senjata, Aurora?”Aurora menghela napas, menurunkan pistol, matanya menatap lurus ke depan. “Lima tahun… sejak malam itu.”Seketika, potongan ingatan menyerbu. Aroma darah yang kental. Suara tembakan di koridor panjang. Ayahnya, Valente, menariknya dari hujan peluru sambil berteriak, “Fokus pada target, Aurora! Mata dan napas harus seirama!”Lalu… suara Damian jatuh. Darah

  • Tawanan Mafia Blackwood   Bab 33 - Perang Dimulai

    Sinar matahari menembus tirai tipis, menimpa sprei yang kusut dan lembab oleh jejak yang liar. Aurora menggeliat pelan, tubuhnya perih, tapi rasa itu anehnya membuatnya tersenyum samar. Damian duduk di ujung ranjang, hanya mengenakan celana hitam longgar. Rambutnya sedikit basah, sisa mandi, tapi sorot matanya tetap ganas. Ia mengikat jam tangan dengan tenang, seolah malam dan pagi brutal tadi hanyalah pemanasan perang. Aurora menarik selimut menutupi dada, pipinya memanas saat melihat goresan merah di kulitnya sendiri. Luka cinta. Luka kepemilikan. “Berapa kali kau bilang… cukup?” gumamnya lirih. Damian menoleh, senyum tipis melengkung di bibirnya. “Sampai kau lupa semua nama selain namaku.” Ia berdiri, berjalan mendekat, jemarinya mengusap pipi Aurora lembut kontras dengan apa yang dilakukannya m. “Dan lihat kau sekarang… masih hidup.” Aurora mendengus kecil, tapi sudut bibirnya tak bisa menahan senyum. Ia menar

  • Tawanan Mafia Blackwood   Bab 33 - Kau Milikku Sampai Mati

    Damian menatapnya dalam, senyum tipis terbit di bibirnya. “Kita akan bicara.” Jemarinya turun ke rahang Aurora, membelainya dengan lembut tapi mendominasi. “Setelah aku pastikan kau aman… dan aku mengingatkanmu satu hal kau milikku.”Damian mendorong Aurora ke ranjang dengan gerakan cepat, tubuhnya melayang dan jatuh di atas sprei putih. Napas Aurora memburu, dadanya naik-turun liar, sementara Damian berdiri di tepi ranjang, menatapnya seperti predator yang baru saja mengurung mangsa di sudut.“Aku udah bilang…” suaranya rendah, nyaris geraman. Jemarinya menarik dasi dari leher, menariknya dengan kasar sampai terlepas. “Kalau aku kehilangan kendali… kau satu-satunya yang harus nerima semuanya.”Aurora menggigit bibir, tubuhnya panas karena tatapan itu. Damian naik ke ranjang, lututnya menekan kasur di antara kaki Aurora. Bathrobe tipis sudah jatuh entah ke mana, menyisakan kulit pucat yang membuat darahnya mendidih.Damian mencengkeram kedua perge

  • Tawanan Mafia Blackwood   Bab 31 - Obsesi dan Perlindungan

    Peluru masih berdenting di telinga Aurora. Kaca pecah, serpihan melayang seperti hujan pisau. Tubuhnya nyaris tak bisa bergerak ketika Damian meraih pinggangnya dan menariknya brutal ke arahnya.“Jangan lepaskan aku!” Aurora menggenggam jasnya erat. Nafasnya terputus-putus, jantungnya seakan melompat keluar.“Diam.” Suara Damian dingin, tapi tubuhnya membungkus Aurora seperti perisai manusia. Dua peluru lagi menghantam dinding marmer, hanya beberapa inci dari kepala mereka.“Damian…”“Jangan bicara!”Dalam satu gerakan cepat, Damian menghantam pintu belakang dengan bahu, menyeret Aurora ke lorong servis. Nafasnya berat, tapi langkahnya mantap. Tangannya tak pernah lepas dari pinggang Aurora.Lorong remang, bau debu dan oli bercampur darah dari pelipis Damian yang terluka. Aurora melihatnya garis merah yang menetes di pipinya dan hatinya seperti diremas.Mereka melewati pintu darurat. Udara malam menyambut dengan dingin m

  • Tawanan Mafia Blackwood   Bab 30 - Kebenaran

    Pagi itu, matahari hanya sebatas lukisan samar di balik awan tebal. Mobil Damian melaju tenang di jalan beraspal, tapi ketenangan itu hanya ilusi. Di dalam kabin, udara menegang seperti senar biola yang ditarik terlalu kencang. Aurora duduk di kursi penumpang, gaun putihnya jatuh anggun, wajahnya rias tipis. Tapi jemarinya menggenggam erat clutch di pangkuan, seolah benda kecil itu bisa menahan badai yang akan datang. “Apa kau yakin ingin ini?” Damian bertanya tanpa menoleh. Aurora mengangguk pelan. “Dia ayahku, Damian. Aku… butuh jawaban.” Damian mengepal setir, rahangnya mengeras. “Jawaban kadang lebih beracun daripada kebohongan.” Aurora menatapnya, matanya lembut tapi tegas. “Aku ingin racun itu.” Damian tidak menjawab. Ia menekan gas sedikit lebih dalam. --- Rumah Valente menjulang seperti istana marmer yang menelan sejarah dalam setiap dindingnya. Pilar-pilar tinggi, h

  • Tawanan Mafia Blackwood   BAB 29 - Pengakuan

    Pagi itu, Mansion Blackwood Sinar matahari menembus tirai tipis, jatuh di atas seprai putih yang masih berantakan. Aurora mengerjap pelan, tubuhnya terasa berat… tapi bukan karena lelah semata. Lebih karena sesuatu yang membekas semalam. Napasnya tertahan sejenak saat memandang sisi ranjang yang kosong. Damian tidak ada. Aurora duduk perlahan, helaian rambutnya jatuh ke pipi. Rasa asing menjalar di dadanya rindu yang terlalu cepat datang. Ia melangkah turun, mengenakan satin robe yang semalam Damian lepaskan dengan begitu… ganas. Langkahnya terhenti di ambang pintu dapur. Damian berdiri di sana, kemeja hitamnya digulung sampai siku, apron menempel di tubuh kekarnya. Pemandangan yang terlalu kontras dengan ingatan Aurora semalam pria yang sama, tapi dengan sisi berbeda. Damian menoleh. Tatapannya langsung mengunci mata Aurora, seperti magnet. Senyum tipis, nyaris tak terlihat, melintas di bibirnya. “

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status