Pintu suite menutup di belakang mereka, memutus Aurora dari dunia luar. Ruangan itu mewah, dengan tirai tebal dan cahaya lampu yang redup, tapi bagi Aurora, semua itu terasa seperti jeruji emas.Damian melepaskan jasnya, gerakannya tenang namun penuh kuasa. Tatapannya tidak pernah lepas dari Aurora, seperti seekor serigala yang mengunci mangsanya.Aurora berdiri kaku di dekat pintu, jarinya mencengkeram gaun pengantinnya. Napasnya pendek, jantungnya berdetak liar. “Kalau ini bagian dari permainanmu, Damian… aku tidak akan ikut.”Damian tertawa pelan, rendah, nyaris seperti bisikan maut. Ia melangkah mendekat, setiap langkahnya membuat Aurora mundur hingga punggungnya menempel di dinding.“Kau pikir ini permainan?” Damian menahan kedua tangannya di sisi tubuh Aurora, mengurungnya tanpa menyentuh. Matanya dalam, hitam, menyala oleh sesuatu yang Aurora tidak bisa pahami apa ini obsesi, kemarahan, dan… luka?“Lima tahun aku menunggu ini,” ucapnya pelan, nadanya penuh intensitas. “Lima tah
Huling Na-update : 2025-07-16 Magbasa pa