Share

Bab 50

Bab 50

Matahari bersinar sangat terik. Panasnya menyengat menghanguskan kulit. Ajeng berjalan lamban di tepi jalan, memaksa kakinya tetap melangkah meski dengkulnya gemetar sejak dua jam lalu.

Peluh bergerombol memenuhi kening Ajeng dan beratus kali ia menyekanya. Panas matahari dan capai tak sanggup ia tahan lagi. Fisiknya semakin lemah, kepalanya pening dan terasa mau pingsan.

Ajeng memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon Trembesi. Ia duduk berselonjor dan membuka botol minum lalu menghabiskan isinya yang tinggal seteguk. Mata wanita itu menerawang menembus batas cakrawala.

Rumahnya masih 2 km lagi dan ia tak sanggup meneruskan…

__________

“Jangan ngomong ngawur kamu Pak. Bagaimanapun Ajeng itu anakmu. Kalau dia mati kamu juga yang sedih!” dengus Ibu Amina. Mukanya menekuk menahan kesal.

Bapak tertawa sinis. “Jikalau pun Ajeng mati. Aku gak bakalan sedih! Aku masih punya Amina dan Ayang cucuku yang cantik. Mereka perhatian dan sayang sama kita. Coba Ibu pikir siapa yang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status