Share

BAB 3

Melihat kejadian itu, Hans merasa geram dan menatap wajah keponakannya itu. Ia pun hendak menampar pipi Lucas dan dengan cepat Lucas mencekalnya.

 "Kau jangan mencampuri urusan orang lain. Dasar pengkhianat!" gertak Lucas tersulut emosi.

 "Jangan banyak bicara, Lucas! Aku melakukan ini atas perintah Nyonya Grace. Seharusnya kau juga tidak perlu menceraikannya. Jika bukan karena Grace, adikmu tidak akan selamat!" tegas Hans tak kalah lantang.

 "Dasar! Ini urusan rumah tanggaku. Jangan membawa-bawa dengan kecelakaan adikku. Sebaiknya kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu itu,"

 "Kau jangan asal bicara, aku tidak pernah berbuat apapun atas kematian bibinya Grace, kau sendirilah yang membunuhnya."

Hans begitu marah dan masih terus menatap tajam wajah Lucas. Sementara, Lucas tak mau kalah ia merasa dirinya begitu hina atas tuduhan pamannya. Ia pun meninju wajah Hans membuat pria itu merasa kesakitan.

 "Sial! Kau berani membuatku celaka. Kau juga harus merasakan ini."

Hans mulai tersulut emosi dan hendak menampar pipi Lucas. Namun, seketika seorang wanita tampak menahannya. Lucas merasa bingung dan menatap wajah wanita itu. Ia pun terkejut.

 "Lunar ...." lirih Lucas saat menyadari kehadiran Lunar. Gadis itu menatap wajah Hans dengan tajam.

 "Sebaiknya anda harus menjaga sopan santun. Dia ini Direktur di hotel ini, kau harus menghormatinya," ucap Lunar meleraikan.

Seketika semua pengunjung dan karyawan hotel tampak menatap mereka bertiga. Ada yang saling berbisik ada pula yang acuh tak acuh.

 "Jadi ini alasanmu tidak menginginkan Grace kembali? Dasar tidak tau diuntung! Tunggu saja pembalasanku." Hans tampak kecewa dan bergegas pergi dari tempat tersebut.

Usai kepergian Hans, Lunar membawa Lucas menuju kamarnya. Di sana ia menatap wajah Lucas dengan seksama. Dari raut wajahnya terlihat begitu banyak beban masalah yang dideritanya.

 "Ada masalah apa denganmu, Tuan Lucas?" tanya Lunar saat mereka tiba di kamar hotel.

 "Tidak. Hanya masalah kecil saja," jawab Lucas tak mau membeberkannya.

 "Jangan berbohong, Tuan. Aku dapat melihat dengan jelas bahwa kau sedang memikul beban berat,"

 "Tidak. Ini hanya masalah kecil saja, kau tak perlu mencampuri urusanku, mengerti tidak?!"

 "Maafkan saya Tuan, saya tidak ingin Tuan terluka."

Lunar bergegas pergi menuju meja, di sana ia mengambil beberapa makanan dan segelas air minum. Lalu ia memberikannya pada Lucas.

 "Sebaiknya Tuan makan dulu," pinta Lunar dengan tatapan memohon.

 "Aku tidak lapar." sahut Lucas memalingkan wajahnya.

 "Tuan, jangan menyiksa diri seperti ini. Meskipun Tuan sedang dalam masalah, Tuan jangan sampai melupakan makan. Kesehatan itu penting, Tuan, makanlah, aku mohon,"

Lucas seketika menoleh ke arah Lunar. Ia melihat tatapan memohon yang amat dalam di wajah gadis itu.

 "Baiklah, aku akan makan. Terima kasih sudah peduli padaku,"

 "Sama-sama Tuan. Jika ingin menambah saya ingin meminta pada bibi Zhang,"

 "Tidak perlu. Kau temani aku saja di sini, apa kau sudah makan?"

 "Belum. Aku menunggu Tuan supaya makan terlebih dahulu,"

 "Lunar, aku akan menjadikanmu istriku. Jadi kau harus makan bersamaku, anggap aku ini suamimu,"

 "Tapi, Tuan,"

 "Tidak ada tapi-tapian. Kau harus menurut padaku, jika tidak ...."

 "I-iya, Tuan. Aku akan menurut,"

 "Baiklah, makanlah. Setelah ini aku akan membawamu ke mall,"

 "Untuk apa Tuan membawaku ke mall?"

 "Lihatlah pakaianmu itu. Apa kau tidak malu?"

 "Astaga! Aku baru menyadarinya, Tuan,"

 "Yasudah, makanlah. Kita tidak punya banyak waktu,"

 "Baik, Tuan."

***

 "Kurang ajar! Berani-beraninya dia bermain denganku! Apa dia tidak tau siapa aku sebenarnya?" gertak Grace di ruang tengah yang begitu mewah.

 "Saya juga tidak tau, Nyonya Grace. Lucas begitu keras kepala. Nyonya tau sendiri kan, Lucas itu pria yang keras?" ucap Hans dengan penuh sesal.

 "Aku tidak mau tau. Pokoknya kau harus membuat surat pernyataan yang baru. Kau buat dengan jelas bahwa dia tidak akan menceraikanku seumur hidup,"

 "Tapi, Nyonya. Bagaimana jika Lucas menolaknya kembali?"

 "Jangan pikirkan itu, aku tau cara untuk mengatasinya,"

 "Baik, Nyonya."

Grace pun tertawa memperlihatkan barisan giginya yang rapi dan putih. Wanita berusia 28 tahun itu merasa tidak terima dengan keputusan suaminya. Meski ia suaminya tak pernah menyentuhnya, setidaknya Grace merasa bersyukur bisa menikmati hidup dengan bergelimang harta.

***

 "Kau pilih saja mana yang kau suka, biar aku yang membayarnya," pinta Lucas sambil berjalan mengikuti Lunar.

 "Tapi, ini sangat mahal, Tuan," balas Lunar saat menyentuh benda berbentuk bulat menyerupai buah dada.

 "Tidak apa-apa, kau harus membelinya. Aku rasa itu cocok untukmu,"

 "Benarkah?"

 "Ya, lalu kau mau ini?" Lucas tampak menyodorkan sebuah lingerie berwarna hitam kepada Lunar.

 "Astaga! Itu sangat menjijikan. Untuk apa aku memakainya?"

 "Tapi, ini sangat menggiurkan. Kau harus memakainya nanti malam,"

 "Apa?! Aku tidak mau,"

 "Ssstt," Lucas tampak menutup bibir Lunar dengan telunjuknya. "Kau tau ini tempat umum. Sebaiknya kau bicara sewajarnya, jangan terlalu keras,"

 "M-maaf, Tuan,"

 "Yasudah, kau harus membeli ini ... ini ... ini ... dan itu. Mbak, saya mau lingerie satu lusin, celana dalam dua lusin dan juga bra dua lusin,"

 "Baik, Tuan."

Setelah selesai berbelanja, Lucas dan Lunar kembali dan keluar dari pusat perbelanjaan itu. Lunar tak habis pikir jika Lucas melakukannya dengan baik. Selama ini yang ia tau, Lucas adalah pria arrogan dan juga angkuh. Tapi kenapa dia begitu peduli pada Lunar?

 "Tuan, apa Tuan belum pernah menikah?" pertanyaan itu membuat Lucas menghentikan mobilnya. Ia menatap Lunar dan kemudian melanjutkan menyetirnya.

 "Maaf, Tuan, jika saya lancang," ucap Lunar merasa bersalah.

 "Tidak apa-apa."

Seketika suasana tampak hening tak ada percakapan di antara mereka. Lunar mengambil headseat dan mencoba untuk mendengarkan musik. Namun, Lucas merampasnya dan menyimpannya.

 "Kenapa, Tuan? Aku hanya ingin mendengarkan musik,"

 "Aku tau. Tapi, kau tak menghargaiku yang ada di sampingmu. Apa kau tau, kau itu sudah kubeli dengan harga yang cukup mahal. Jadi kau harus menuruti setiap keinginanku." sergah Lucas terbawa emosi.

 Lunar hanya terdiam dan menundukkan wajahnya. Entah mengapa ia merasa pria di hadapannya ini bersikap semaunya dan banyak menentangnya. Yang membuat Lunar merasa aneh, terkadang pria itu bersikap peduli dan baik padanya. Tapi, kadang pula pria itu bersikap kasar dan arrogan.

 "Maafkan aku," ucap Lucas meminta maaf.

 "Kenapa Tuan meminta maaf?" tanya Lunar tak mengerti.

 "Maafkan aku jika menyakiti perasaanmu,"

 "Ah, itu. Tidak apa-apa, aku baik-baik saja," Lunar tampak memperlihatkan bahwa dirinya benar baik-baik saja.

 "Syukurlah."

Lunar mendehem pelan. Sesaat ingatannya kembali kepada Doris, suaminya. Sebetulnya ia ingin menanyakan pada Lucas tentang keberadaan Doris. Walau sejujurnya ia telah kecewa kepada suaminya, setidaknya ia bisa tau alasan apa suaminya tega menjualnya?

 "Lunar. Bagaimana perasaanmu saat kita first kissing?" tanya Lucas membuat Lunar terbelalak.

 "Aku tidak tau. Aku tidak ingin membahasnya lagi," tukas Lunar.

 "Bagaimana kalau aku ingin membahasnya?"

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status