Share

BAB 2

Penulis: Hikma Abdillah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-11 00:04:04

"Ah, Tuan. Jangan lakukan itu, aku takut ...." ucap Lunar sambil menutup kedua matanya.

 "Apa yang kau takutkan? Bukankah kau juga menginginkannya?" goda Lucas membuat Lunar membuka matanya.

Mereka kini sama-sama saling menatap, Lucas mendekatkan wajahnya ke arah bibir Lunar. Wanita itu mencoba menyangkalnya.

 "Apa yang akan kau lakukan, Tuan?"

 "Kau milikku sekarang. Jadi, aku bebas mau melakukan apa saja semauku,"

 "Tapi ... aku masih virgin, Tuan. Aku tak mungkin menyerahkan keperawananku begitu saja,"

 "Aku tidak peduli. Justru itu yang kumau."

Lucas tampak mengambil remote di sampingnya dan memadamkan lampu di kamar itu. Suasana malam itu sangat senyap. Dalam remang-remang malam itu, hasrat Lucas semakin melonjak. Tatkala ia melihat dan menyaksikan dengan jelas postur tubuh Lunar yang amat menggiurkan. Lucas segera mendekatkan bibirnya dengan bibir Lunar. First kissing pun dimulai. Lunar tampak tercengang dan sesaat ia memejamkan matanya sembari menikmati permainan lidah Lucas. Keduanya sama-sama terbawa hasrat hingga birahi mereka kian melonjak tak karuan.

 "Ahmmp." desah Lunar membuat Lucas semakin beringas.

Lucas melepas ciuman itu dan menatap wajah Lunar. Tampak wanita itu terkulai lemah dengan keringat yang mulai membasahi tubuhnya.

 "Lunar, apa kau sebelumnya pernah berciuman?" tanya Lucas membuat mata Lunar membulat hebat.

 "Belum. Aku belum pernah melakukannya," jawab Lunar.

 "Benarkah?"

 "Ya, tentu saja. Dan kau satu-satunya orang yang telah merenggut first kissing itu,"

 "Oh, jadi kau belum pernah melakukannya dengan suamimu itu?"

 "Dia bukan suamiku. Dia hanyalah seorang pecundang sekaligus pengkhianat! Aku tidak mau membahasnya!"

 "Tapi, aku ingin tau alasan apa yang membuatmu menolak Doris untuk melakukan hubungan intim?"

Tidak! Lunar seketika terdiam. Ia tak segera menjawab pertanyaan Lucas. Justru ia malah terbuai oleh lamunan dan ingatannya mengenai Doris.

 "Hey! Kenapa kau malah diam. Seharusnya kau menjawab pertanyaanku itu," sergah Lucas menyadarkan Lunar.

 "Tidak ada yang perlu dijawab. Aku tidak mau membahasnya."

Lunar menarik selimutnya dan mulai memejamkan matanya. Sementara Lucas masih diliputi oleh rasa penasaran tentang wanita itu.

 "Lunar, tolong jangan tidur dulu. Kau belum melakukan tugasmu," ucap Lucas.

 "Bukankah tadi sudah,"

 "Itu bukan kau yang melakukannya, tapi aku sendiri yang memulainya,"

 "Sama saja. Kita berdua sama-sama yang melakukannya,"

 "Kau ingat perjanjian kita?"

 "Ya,"

 "Jika kau menolak, aku akan ...."

 "Stop! Jangan lakukan itu. Aku tidak ingin kehilangan ibu satu-satunya,"

 "Kalau begitu lakukanlah,"

 "Jangan sekarang, Tuan. Aku lagi datang bulan,"

 "Omong kosong! Jangan jadi wanita kedua yang membantah keinginanku!"

 "Apa maksudmu?"

 "Ah, sudahlah. Lupakan saja. Aku muak berurusan dengan wanita lemah."

Setelah itu Lucas bangkit dari ranjang dan bergegas ke kamar mandi. Di sana ia menghabiskan waktunya untuk menumpahkan segala hasratnya. Sudah tidak heran lagi baginya melakukan hal itu sendirian. Maka dari itu ia sangat membenci wanita yang selalu menolaknya.

***

 "Doris, kau benar-benar pria setia. Kau tega menjual istrimu itu demi memilihku," seorang gadis cantik tampak bergelayut manja memeluk tubuh Doris. Laki-laki itu tersenyum dan membelai rambut gadis di depannya.

 "Itu karena aku benar-benar mencintaimu, Lin," balas Doris kembali merangkul gadis yang bernama Aline.

 "Benarkah? Lalu apa kau yakin besok kita akan kembali ke Indonesia?"

 "Ya, aku sudah memikirkannya. Di sana aku telah membeli satu rumah untuk kita, jadi kau tenang saja. Aku yakin kita akan bahagia setelah ini,"

 "Astaga! Itu sangat menarik! Kenapa aku tidak pernah memikirkannya selama ini?"

 "Kau itu tidak perlu memikirkannya. Cukup jaga buah hati kita saat ini, ya?"

Doris tampak mengelus perut Aline. Gadis itu tersenyum dan mengecup bibir pria di depannya. Rupanya mereka telah menjalin hubungan gelap selama 2 tahun lamanya. Sementara hal itu tidak diketahui oleh Lunar yang masih menyandang status istri sah, Doris.

 "Kapan kau akan menceraikannya?" tanya Aline penuh harap.

 "Tunggu setelah kita kembali ke Indonesia,"

 "Apakah lama?"

 "Tidak. Kemungkinan kita perlu menunggu beberapa bulan saja,"

 "Baiklah,"

 "Kau mau makan apa? Biar aku masakan untukmu,"

 "Seperti biasa,"

 "Ah, baiklah. Kau tunggu di sini, ya? Aku akan kembali."

***

 "K-kau ...." pekik Lunar saat melihat Lucas berjalan ke arahnya hanya dengan handuk yang melilit di bagian tubuhnya.

Tampak Lucas menatap Lunar dengan senang. Dengan begitu, ia berharap bahwa gadis itu akan tergoda dengan tubuhnya yang kekar. Lunar menutup mata saat Lucas telah berada di dekatnya.

 "Kau mau apa?! Jangan mendekat!" perintah Lunar membuat Lucas menaikan satu alisnya.

 "Kau lupa, perjanjian itu?"

 "Ah, tidak. Jangan mengancamku,"

 "Aku tidak mengancammu. Aku hanya berkata sesuai dengan perjanjian kita. Kau jangan coba menghindar dariku,"

 "Astaga! Dasar pria arrogan! Beraninya cuma mengancam. Apa istrimu itu tidak mampu memberikanmu kenikmatan, ha?"

 "Sial! Aku tidak mempunyai istri. Bukankah kita sudah melakukan first kissing. Tidak ada salahnya jika aku menginginkanmu,"

 "Atas dasar apa kau mau menikmati tubuhku ini?"

 "Hah? Lelucon apa? Kau lupa, kau itu gadis satu milyar yang telah kubeli."

Lunar menepuk jidat kesal. Ia benar-benar kehabisan kata-kata. Entah apa yang harus dilakukan nantinya? Mungkinkah ia harus menuruti segala keinginan Lucas?

 "Tunggu apa lagi? Ayo buka pakaianmu itu?" perintah Lucas dengan lantangnya. Ia sudah tak sabar menunggu gadis di depannya untuk memperlihatkan tubuh mulusnya.

 "T-tidak," balas Lunar terbata.

 "Oh? Kau tidak bisa membukanya? Apa perlu aku yang membukakan untukmu?"

 "Jangan! Aku bisa melakukannya sendiri,"

 "Bagus! Cepat lakukanlah!"

Saat Lunar hendak membuka pakaiannya. Terdengar pintu kamar di ketuk. Lunar menghentikan niatnya dan menghela napas lega. Lain dengan Lucas, ia tampak kecewa dan bergegas mengganti pakaian, setelahnya bergegas membuka pintu.

 "Tuan Lucas, ada seseorang yang mencari anda. Dia sedang menunggu Tuan di bawah," ucap salah seorang petugas hotel.

 "Baiklah, aku akan menemuinya," balas Lucas.

 "Baik, Tuan."

Lucas tampak kecewa dan menatap Lunar sebelum keluar dari kamarnya. Ia pun mengunci pintu kamar agar Lunar tidak dapat kabur darinya. Tapi, ia tampak bertanya-tanya siapa yang ingin bertemu dengannya itu? Mungkinkah Grace yang ingin menemuinya kembali? Atau mungkin, wanita itu telah mengambil keputusan untuk bercerai dengan Lucas.

 "Selamat datang Tuan Lucas, apa kabarmu?" sapa seorang pria dengan senyum menyeringai.

Lucas tampak bungkam saat menyadari kehadiran pria itu. Siapa lagi kalau bukan Hans, pamannya sendiri. Lucas terlihat mengepalkan tangannya, ia begitu sangat membenci pria yang tak bertanggung jawab itu.

 "Tuan Lucas. Bisakah kita berbicara sebentar? Tapi, sebelumnya saya minta maaf telah mengganggu waktumu," ucapnya seraya mempersilahkan Lucas untuk duduk.

Lucas pun dengan terpaksa duduk di depannya. Matanya sedari tadi menaruh rasa kebencian terhadap Hans.

 "Apa maumu?!" sahut Lucas tak mau basa basi lagi.

 "Jangan marah dulu. Kedatangan saya ke sini hanya untuk menyampaikan pesan dari Nyonya Grace, terimalah surat ini." ucapnya sambil menyerahkan sebuah surat kepada Lucas.

Lucas menerima surat itu dan membaca dengan teliti. Seketika matanya melotot saat mengerti apa maksud dan tujuan surat yang ditulis oleh Grace.

 "Saya tidak akan pernah menandatangani surat pernyataan ini!" gertak Lucas, seraya merobek dan melempar surat itu di depan Hans.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tawanan Sang Billionaire   Bab 29

    "Mari kita bicara, ada apa sebenarnya tadi?" ​​Setelah memasuki ruang kerja, Lana menatap langsung ke arah Erza. "Ini, Lana, sekarang aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya padamu." Erza kebingungan. "Kamu tidak tahu bagaimana menjelaskannya? Apa yang kamu lakukan dengan Wina tadi di dalam kamar?" Emosi Lana membuncah. Pada saat ini, Lana merasa akan pingsan. "Erza, apakah itu tidak berlebihan?" Lana tidak tahan. Perasaan ini membuat hati Lana sangat tidak nyaman. "Lana, aku sebenarnya seorang dokter, tapi penyakit Wina agak aneh. Ditambah lagi, aku hanya mendengar sedikit tentang penyakit itu, jadi aku tidak bisa menjelaskannya padamu." Erza melihat langsung ke mata Lana. Lana membuka mulutnya lebar-lebar dan memandang Erza di depannya. Dia tidak percaya apa yang dikatakan Erza. "Bahkan jika kamu tidak ingin memberitahuku, jangan berbohong padaku!" bentak Lana. "Lana, aku benar-benar seorang dokter. Jika kamu tidak mempercayaiku, aku akan menunjukkannya padam

  • Tawanan Sang Billionaire   Bab 28

    Tetapi begitu Erza pergi, banyak orang mulai berbicara dengan nada tidak senang. Tentu saja itu wajar. Mereka harus bekerja delapan jam setiap hari, bahkan kadang-kadang bekerja lembur. Tapi, Erza justru sering pergi begitu saja, datang begitu saja seenaknya sendiri. Erza tidak peduli, dia langsung meluncur untuk menuju ke restoran berkecepatan tinggi yang dimaksud Farina. Dia memutuskan untuk tidak mengajak Wina karena akan memakan waktu Selama makan, mereka berdua bisa berbicara, tapi Farina terus minum. "Jangan minum terlalu banyak." Melihat Farina ingin minum lagi, Erza segera mencegahnya. "Aku masih kuat minum!" teriak Farina dengan lantang. Teriakan ini menarik perhatian banyak orang, namun saat melihat Farina mengenakan seragam polisi, banyak dari mereka yang berpura-pura tidak menyadarinya. Bisa dikatakan mereka semua tahu bahwa itu adalah Farina. "Jangan minum!" bentak Erza. Gadis itu tidak menghiraukannya. Selanjutnya, Erza tidak tahu berapa banyak yang d

  • Tawanan Sang Billionaire   Bab 27

    "Orangtuamu berasal dari Jakarta dan setelah kamu lahir, mereka tetap tinggal di sana. Artinya, tempat lahirmu adalah Jakarta, bukan Semarang," jelas Farina. "Apa?" Erza terdiam sejenak. Tempat kelahirannya adalah Jakarta? "Ya, menurut informasi, orang tuamu sepertinya terburu-buru saat itu, jadi semua informasi tentang kepindahan mereka ke Semarang tidak ditemukan. Sepertinya ada yang sengaja menyembunyikannya, dan aku tidak bisa muncul sekeras apa pun aku memeriksanya." Di akhir pembicaraan, Farina juga sedikit tidak berdaya. Entah itu kakek Erza, atau orang tua Erza, ada banyak hal aneh tentang keluarganya. “Mungkinkah kakekku yang melakukannya?” tanya Erza setelah beberapa saat. "Ya, namun juga, orang tuamu hanyalah profesor di sebuah universitas. Mereka seharusnya tidak memiliki kemampuan seperti itu. Sepertinya kakekmu sekarang ada di Jakarta, dan dia memiliki kekuasaan di sana." Farina merasa ini adalah penjelasan yang paling masuk akal. Ketika mendenga

  • Tawanan Sang Billionaire   BAB 26

    "Kamu di mana?" Ketika dia dengan cepat berlari ke bawah, Erza menyadari bahwa dia bahkan tidak menanyakan alamat Farina. "Aku di polres sekarang," jawab Farina. "Aku akan segera ke sana." Setelah menutup telepon, Erza dengan cepat mengambil mobilnya dan menuju ke Polres Semarang. Dalam perjalanan, adegan peristiwa masa lalu terus-menerus teringat di benak Erza. Dia awalnya memiliki masa kecil yang bahagia, tetapi sepuluh tahun yang lalu, orangtuanya tiba-tiba menghilang. Para polisi juga menyelidiki kasus ini, tetapi tidak ada hasil. Erza akhirnya menjadi yatim piatu. Kemudian, dia bertemu dengan seorang tentara yang membawanya ke markas. Melalui usahanya sendiri, Erza akhirnya menjadi prajurit dan mendapatkan banyak gelar kehormatan atas jasanya. Dia sangat senang saat berada di medan perang bersama rekan seperjuangannya. Namun, saat dia mendapat suatu misi yang sangat sulit dan rekan-rekannya itu harus menjadi korban, air mata Erza mengalir hampir tak terkendali.

  • Tawanan Sang Billionaire   BAB 25

    "Aku mau ke toilet dulu," kata Sanca seraya berdiri. Sejujurnya saat ini, Sanca sedikit pusing. Bagaimana tidak? Dia harus mengeluarkan uang berpuluh-puluh juta dalam semalam. Setelah berada di toilet, Sanca mulai menelepon kemana-mana untuk meminjam uang karena dia tidak punya cukup uang. Meski dia adalah anak walikota, tapi dia sama sekali tidak mungkin untuk memesan semua menu premium. Di sisi lain Lana bertanya, "Erza, apakah ini tidak terlalu berlebihan? Apakah kita harus melakukan ini?" "Apa yang berlebihan? Dia awalnya berniat buruk padamu, jadi kita harus memberinya sedikit pelajaran sekarang," kata Erza sambil mulai makan. "Sial! Ke mana semua teman-teman brengsek ini? Mereka biasanya menggunakan segala macam alasan untuk meminjam uang dariku, tapi saat aku meminjamnya mereka malah tidak menggubris sama sekali," gertak Sanca. Di toilet, setelah lama menelpon, Sanca tidak tahu berapa orang yang sudah dia hubungi. Untungnya, dia akhirnya mendapatkan pinjaman

  • Tawanan Sang Billionaire   BAB 24

    "Karena Erza juga ada di sini, ayo makan bersama saja," kata Lana. Melihat Lana berbalik dan masuk, Sanca juga dengan cepat mengejarnya. Bahkan jika dia tidak dapat melakukan apa-apa dengan Lana hari ini, tetapi setidaknya sesi makan malam ini dapat memberi kesan baik untuk dirinya. Sejak Sanca kembali dari belajar di luar negeri, orangtuanya selalu mendukung dirinya untuk berkencan dengan Lana. Jika Sanca bisa menikah dengan Lana, maka perusahaan Lana juga akan menjadi miliknya. Untuk mendapatkan hati Lana, orangtua Sanca memberikan berbagai macam fasilitas padanya untuk menarik perhatian gadis itu. "Ayo, pesan apa saja yang ingin kamu makan," kata Sanca dengan sombong setelah mereka masuk ke ruangan VIP di restoran hotel itu. "Saya tahu bahwa Tuan Sanca sangat murah hati," ucap Erza terkekeh. Sanca hanya tersenyum dan mengangguk sambil mengutuk pria itu di dalam hati. Lana melihat menu dulu, lalu memesan steak dan sebotol anggur merah. Harganya sekitar 5

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status