Share

Part 10

Ingatan terakhirnya hanyalah mobil yang melaju tak terkendali, bunyi klakson yang memekakakkan telinga, kepalanya yang terdorong ke jendela mobil karena ia tak mengenakan sabuk pengaman, dan mobil yang berguling-guling menuruni jurang. Sungguh keajaiban ia bisa selamat dari kecelakaan menggenaskan itu.

Lalu, seakan ingatan di kepalanya direset dan diganti ingatan baru yang dijejalkan Saga di kepalanya. Bukan hanya itu, Saga sengaja membuatnya terombang-ambing dengan kegelisahan akan jati dirinya yang sebenarnya. Ia tidak berselingkuh dengan Dirga, melainkan Sagalah yang membuat Dirga berpikiran bahwa ia berselingkuh dengan Saga.

Suara pintu yang diketuk, sesaat menghentikan tangisan Sesil. Ia tak ingin terlihat menyedihkan di hadapan pengurus rumah tangga, karena tak mungkin Saga mengetuk pintu untuk masuk ke kamar pria itu sendiri. Segera Sesil bangkit terduduk, berusaha menutupi tubuh polosnya dengan selimut ketika pintu terbuka. Seorang pelayan masuk dengan nampan berisi makan siang dan meletakkannya di meja. Sungguh pekerjaan yang sia-sia, batin Sesil ketika pelayan itu menutup kembali pintu kamar. Ia sama sekali tak berminat untuk melirik dua kali atau menyantap makanan itu. Namun, setidaknya ia ingin membersihkan diri dari semua kotoran-kotoran Saga yang menempel di sekujur tubuhnya. Dress yang ia kenakan kini tergeletak menggenaskan dengan untaian-untaian benang yang menjulur sepanjang robekan di bagian tengahnya. Terpaksa ia mengenakan kaos lengan pendek Saga yang ada di ujung ranjang dengan jijik. Karena hanya itu satu-satunya penutup yang bisa ia gunakan untuk berjalan ke kamar mandi.

Sesil kembali menangis ketika tak tahu harus memakai pakaian apa setelah menyesaikan mandinya. Ia benci dengan semua isi yang ada di lemari pakaian Saga, dan ia lebih benci dengan pakaian yang dibelikan Saga untuknya. Saat itulah ia baru menyadari, bahwa semua pakaian yang terpajang di lemari khusus untuknya, kesemuanya masih terpasang tag harganya. Seharusnya ia mengenali pakaian baru itu sejak mengenakannya untuk pertama kalinya meskipun ingatannya belum kembali. Tak menyangka bahwa ia cukup bodoh untuk tidak menyadari kebohongan Saga sejak awal.

Ia harus melarikan diri dari tempat ini! Sumpah Sesil dalam hati meskipun tubuhnya merinding dengan ketakutan yang menyeruak. Gosip dan kabar burung tentang kekejaman Saga lebih buruk dari yang sebenarnya. Terbukti dengan tindakan kasar Saga padanya beberapa saat yang lalu. Jambakan pria itu masih terasa nyeri di kulit kepalanya. Begitu pun cekalan pria itu yang menimbulkan bekas memerah di pergelangan tangannya. Dan di seluruh tubuhnya. Pria itu tak segan-segan menyakiti seorang wanita lemah.

Dengan tekad yang kuat, ia menanggalkan rasa jijik dan memilih kaos longgar celana karet di lemari Saga. Membuat tubuhnya tenggelam dengan ukuran besar tubuh Saga. Lebih baik daripada ia harus memamerkan dada, paha, atau punggungnya dengan dress-dress sialan itu.

“Pakaian apa yang kau pakai itu?” gertak Saga begitu Sesil keluar dari walk in closet dan tersentak melihat pria itu duduk bersilang kaki di sofa.

Sesil membeku. Berusaha berdiri dengan tegak meskipun tubuhnya ingin beringsut karena tatapan tajam Saga dengan penampilan dirinya. Selama beberapa hari hidup dengan kebohongan Saga, satu hal yang ia kenali dari pria itu. Saga sangat memperhatikan penampilan. Bahkan pria itu tak segan memperingatkan pelayan yang dasinya miring dan mengancam akan memecatnya jika kesalahan itu terulang.

“Pakai pakaianmu sendiri.”

Sesil sedikit mengangkat dagunya. “Itu bukan pakaianku.”

“Aku membeli semua pakaian itu untukmu.”

“Aku tak memintamu.” Suara Sesil sedikit lebih tinggi.

Cukup sudah wanita itu menguji kesabarannya hanya dengan masalah kecil seperti ini. “Turuti perintahku selagi aku bisa menahan kesabaranku, Sesil. Atau kau lebih memilih aku yang memakaikan pakaian itu untukmu?”

Dua detik keduanya saling bertatapan dan melemparkan tatapan menusuk. Dan dengan kesal, Sesil menyadari bahwa demi kebaikan dirinya sendiri, akhirnya ia memilih mengalah dan berbalik.

Setelah menjatuhkan pilihan pada dress berwarna putih dengan potongan selutut dan dada tertutup tapi punggung terbuka bebas, Sesil melangkah ke set sofa saat Saga bergumam puas dan memintanya duduk untuk menghabiskan makan siang bersama. Sesil ingin muntah, tapi bersikap baik dan tak memancing kecurigaan sebelum melarikan diri adalah satu-satunya pilihan yang ia miliki.

Tepat ketika Saga menandaskan jus jeruknya, ponsel di meja bergetar. Pria itu mengecup bibirnya sebelum beranjak dari duduknya dan kembali keluar kamar. Sesil bisa melihat dua pengawal yang berjaga di depan pintu sebelum Saga menutup pintu sepenuhnya. Bahkan pria itu sudah mengantisipasi tindakannya sebelum pemikiran itu muncul di kepalanya. Sesil mengusap bibirnya dengan kasar, benci dengan sentuhan Saga. Lalu ia berjalan ke pintu balkon, melongok ke halaman depan. Dari sana ia bisa melihat Saga menuruni anak tangga di depan pintu utama dan masuk ke dalam mobil.

Ini saat yang tepat untuk melarikan diri. Sesil masuk ke dalam kamar. Berjalan mondar-mandir memikirkan cara keluar dari rumah ini. Semua pelayan di rumah ini berjumlah sepuluh orang, sibuk dengan urusan dalam rumah. Pekerja kebun juga pasti sudah menyelesaikan pekerjaan. Ia tak mungkin melewati pintu kamar, karena Saga memastikan dirinya tak keluar kamar pada penjaga di depan pintu kamar.

Sesil kembali ke balkon. Mengedarkan pandangan ke sekitar halaman depan dan samping rumah. Tak ada siapa pun kecuali penjaga di gerbang dan beberapa yang berjaga di depan pintu utama. Ia hanya perlu mencari sudut yang pas dari sisi balkon yang lain karena penjaga Saga tak menjaga bagian belakang rumah. Cctv rumah ini sangat lengkap, tak butuh banyak tenaga untuk berjaga di setiap sudutnya.

Namun, ia tak mungkin melompat dari balkon setinggi ini. Sesil masuk ke dalam, membongkar laci atau apa pun untuk menemukan tali. Tetapi, untuk apa Saga menyimpan tali di kamar. Akhirnya ia menarik sprei di kasur dan akan menggunakannya untuk turun dari balkon.

****

Praanggg ...

Bunyi benda pecah dari arah dalam kamar membuat kedua penjaga saling bertatapan. Salah satu memberi isyarat mata menyuruh temannya masuk.

“Sial!”

Umpatan temannya membuat pengawal yang masih berjaga di depan pintu ikut masuk. “Ada apa?”

“Tuan Saga akan memenggal kepala kita. Nyonya berhasil kabur.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status