"Jangan banyak tanya," balas Stev. Membuat Bella yang sedang memperhatikan pria itu mendengus pelan. Ia dapat melihat Stev menutup buku tersebut setelah mengambil beberapa gambar. "Ayo," ucap pria itu sembari berdiri. "Ke mana?" "Pulang," balas Stev dengan singkat. "Pulang?" ulang Bella sekali lagi. Wanita itu menatap pria yang kini berdiri di hadapannya dengan tatapan tidak percaya. Yang benar saja! Bella menggeram pelan. Wanita itu serasa ingin memukul kepala Stev saat ini juga. Pria itu benar-benar keterlaluan dan tidak masuk akal. Padahal dia sendiri yang membawa dirinya kemari dengan tujuan untuk membaca buku. Dan Saat Stev telah menemukan buku yang ia cari, pria itu ingin pulang begitu saja setelah semua urusannya selesai? Padahal Bella bahkan belum membaca seperempat dari buku yang ia baca. Benar-benar pria yang menjengkelkan. "Tapi, aku belum selesai membaca, Stev," ucap Bella mencoba memelas. Wanita itu meletakkan dagunya di atas meja dan menghela napas panjang. Mer
Stev menggulirkan matanya pada salah satu buku yang ada di perpustakaan itu. Tangan besarnya terulur untuk mengambil buku yang ada pada rak paling atas. Tidak terlalu sulit untuknya, karena badannya yang tinggi ia dapat meraih buku tersebut dengan mudah tanpa harus susah payah untuk berjinjit. Stev menarik salah satu sudut bibirnya ke atas saat pria itu berhasil membawa buku tersebut ke dalam genggamannya. Buku bersampul cokelat sedikit usang dengan halaman yang tebal. Terlihat berbeda dari yang lain, namun hal itu yang membuat buku tersebut menarik di mata pria itu. Buku yang paling berbeda dengan lainnya. Tidak begitu menarik perhatian mata. Membuat siapa pun yang melihat buku tersebut tanpa pikir panjang pasti akan langsung melewatinya. Stev menatap buku itu dengan tatapan datar. Ia kemudian berjalan dari tempat itu dan berniat untuk mencari Bella yang kini sedang membaca buku sendirian. "Apakah aku boleh duduk di sini?" tanya seorang pria berwajah manis pada Bella. Ia menunjuk
Motor melaju dengan kecepatan sedang. Dan Bella tampak menikmati perjalanan ini. Tiba-tiba saja Stev menghentikan motornya dengan gerakan pelan. Membuat Bella menatap aneh pada pria itu. Saat melihat banyak kendaraan di sebelahnya yang juga ikut berhenti. Bella akhirnya tahu, jika saat ini lampu merah sedang menyala."Psst ... Hei!"Bella menoleh pada orang yang ada di sebelah kanan agak sedikit di belakang dari motor Stev. Ia mendapati seorang anak laki-laki yang duduk di atas motor tanpa helm sedang melempar senyum padanya.Berani sekali dia berkendara di jalan yang ramai ini tanpa helm. Pikir Bella.Bella mengernyit. Ia menatap pada pria itu dengan tatapan bertanya. "Aku suka lengan kecilmu," ucapnya pelan sembari mengulirkan matanya pada pada lengan Bella yang terekspos. Bella menganga. Ia baru pertama kali ini bertemu dengan seseorang yang mengatakan jika suka dengan lengannya. Padahal jika Bella lihat, lengan miliknya sama sekali tidak menarik. Terlihat kecil seperti anak rem
Bella terengah-engah. Napasnya tidak beraturan dengan badan yang terus bergetar. "Keluarkan aku dari sini, Stev," pinta wanita itu. Ia terus merangkul leher pria itu karena khawatir jika ia akan tenggelam dan berakhir dengan tragis di sini. "Kau tidak akan mati di sini," ucap Stev dengan kekehan pelan. Pria itu seperti sedang menenangkan sekaligus mengejek Bella. Stev dapat melihat ketakutan yang terpancar jelas dari kedua bola mata indah yang sedang ditatapnya itu. "Kau tidak akan melepaskanku, kan?" tanya wanita itu. Dan Stev hanya mengangguk sembari menghela napas pelan. Stev membawa Bella kembali ke daratan. Ia mendudukkan wanita itu pada sebuah kayu panjang yang kuat yang terdapat pada dasar danau.Dan Bella hanya bernapas lega saat ia selamat dari apa yang menjadi kekhawatirannya."Terima kasih, Stev." Bella juga merasa aneh dengan dirinya sendiri. Padahal pria itu yang membawa dirinya untuk terjun ke danau, namun malah ia sendirilah yang berterima kasih pada pria itu. "Ak
Bella dengan cepat menjauhkan dirinya dari Stev. Wanita itu memandang pria itu dengan waspada. Kalau-kalau pria ini berani berbuat macam-macam padanya. "Apa-apaan kau," ucap Bella dengan sebal. Wanita itu mengambil gelas yang tadi di hidangkan oleh salah satu pelayan di sini."Kau belum menjawab pertanyaanku," ucap Stev. Membuat Bella yang sedang minum itu menatap Stev dengan tatapan bertanya. "Apa?" tanya wanita itu. Dan Stev hanya mendesah pelan. Ia terlalu malas untuk mengulang perkataannya. Namun kali ini sepertinya ia harus kembali mengatakannya pada Bella. Pikiran wanita itu berjalan seperti siput, lambat sekali. "Kau tidak ingin bertanya mengapa aku membawamu kemari?" tanya Stev. Dan Bella yang menyadari jika Stev tadi juga berkata seperti itu hanya mendesah pelan. "Apakah aku harus bertanya seperti itu?" Wanita itu tidak membalas ucapan Stev dan malah balik bertanya.Stev tidak percaya jika Bella akan berkata seperti itu. Padahal wanita itu selalu ingin ikut campur urusan
..."Wow! Ini menakjubkan, kurasa mansion ini lebih indah dari yang saat ini kau tinggali Stev," ucap Bella. Wanita itu menatap bangunan besar yang ada di hadapannya. Di setiap sisi mansion itu terlihat beberapa pohon besar tumbuh dengan taman di depan mansion tersebut, terlihat rindang dan menyejukkan mata.Tampak lebih hidup daripada mansion yang juga digunakan sebagai tempat tinggalnya. "Kau suka?" tanya pria itu masih dengan wajah datarnya yang membuat Bella mendengus pelan. "Tentu saja aku suka. Siapa yang tidak akan suka tinggal di tempat cantik seperti ini? Ini seperti sebuah cerita dalam novel. Hanya saja ini nyata dan bukan fiksi," balas Bella. "Kalau begitu ayo masuk," ucap Stev sembari berjalan. Membiarkan Bella mengikutinya dari belakang. "Apa di sini ada orang?" tanya Bella pada pria yang berjalan di sebelahnya itu. Akhirnya Bella berhasil mensejajarkan langkahnya dengan Stev. "Ada." Pria itu membalas singkat. "Apa mereka keluargamu?" tanya Bella lagi. Dan pria it