Bella meletakkan pantatnya pada ranjang yang ada dalam kamar tersebut. Ia mendesah pelan saat matanya tak sengaja melihat Stev yang masuk. Pria itu berjalan ke arahnya seperti biasa. Tanpa ekspresi. "Kau sedang apa?" tanya Stev. Pria itu berdiri tepat di hadapan Bella yang kini membuka sedikit mulutnya memandang pria itu. "Tidak ada yang bisa kulakukan di sini, kan? Aku sedang bersantai," ucap Bella. Wanita itu mengangkat kedua kakinya untuk naik ke atas ranjang. Meluruskannya dengan badan yang bersandar pada kepala ranjang agar lebih rileks. "Kau pikir kau seorang putri?" sindir Stev. Pria itu mendencih pelan sembari meletakkan ponselnya di atas meja. "Turun," perintah Stev. Menyuruh agar wanita itu turun dari ranjang. Entah karena apa.Hal itu membuat Bella mau tak mau harus berkata pada diri sendiri untuk sabar. Ia sudah biasa menghadapi pria dengan karakteristik yang sama seperti Stev. Pria yang hanya mementingkan diri sendiri dan sama sekali tidak mempedulikan orang lain. "
Jennie mengangkat wajahnya saat pintu ruangannya terbuka tanpa diketuk terlebih dahulu. Ia dapat melihat wajah tampan kekasihnya muncul dari balik sana."Jack, kau datang lagi?" sapa Jennie sembari mengulas senyum manis. Wanita itu tampak bahagia dengan kehadiran Jack ke Jenjay. Pria itu balas tersenyum dan berjalan mendekati wanita itu. "Aku sangat merindukanmu, bagaimana ini?" ucap Jack sembari terkekeh pelan. Ia memeluk Jennie yang begitu dirindukannya dengan erat. Seolah tidak ingin jika wanita itu sedikit pun berada jauh darinya. Ia tidak bisa hidup tanpa Jennie, dia adalah satu-satunya wanita yang dapat mengubah kehidupannya dulu yang begitu gelap."Aku juga merindukanmu," ucap Jennie sembari membalas pelukan pria itu sama eratnya.Jennie melepaskan pelukannya. Wanita itu menangkup wajah Jack dengan kedua telapak tangannya yang bersih. Ia kemudian mengecup bibir pria itu dengan cepat."Aku akan menyuruh Freya memesankan kau kopi," ucap Jennie. Wanita itu sudah akan melangkah
Bella menyipitkan kedua matanya pada Stev yang saat ini duduk di depannya dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada. "Aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang kau pikirkan, Stev," ucap Bella sembari menghela napas pelan. Sementara Stev hanya menatapnya datar tanpa minat. "Kau terlalu banyak bicara," ucap pria itu sembari mendengus pelan. Membiarkan Bella menatap sebal padanya. "Kau aneh," ucap Bella lagi. "Kita pulang.""Tidak!" ucap wanita itu sembari menahan Stev yang akan beranjak dari tempat duduknya. Pria itu mendengus sebelum akhirnya menuruti Bella. Ia kembali mendudukkan diri pada kursi yang ada di tempat itu.Bella terkekeh pelan. Wanita itu lantas menatap meja yang ada di hadapannya penuh dengan berbagai makanan yang tersaji. Ya. Mereka berdua kini ada pada salah satu restoran di kota ini. Stev tidak bilang pada Bella lebih dulu jika pria itu akan membawa dirinya mencari makanan. Pria itu tadi berucap tidak saat dirinya bertanya apakah Stev akan mengajakny
"Jangan banyak tanya," balas Stev. Membuat Bella yang sedang memperhatikan pria itu mendengus pelan. Ia dapat melihat Stev menutup buku tersebut setelah mengambil beberapa gambar. "Ayo," ucap pria itu sembari berdiri. "Ke mana?" "Pulang," balas Stev dengan singkat. "Pulang?" ulang Bella sekali lagi. Wanita itu menatap pria yang kini berdiri di hadapannya dengan tatapan tidak percaya. Yang benar saja! Bella menggeram pelan. Wanita itu serasa ingin memukul kepala Stev saat ini juga. Pria itu benar-benar keterlaluan dan tidak masuk akal. Padahal dia sendiri yang membawa dirinya kemari dengan tujuan untuk membaca buku. Dan Saat Stev telah menemukan buku yang ia cari, pria itu ingin pulang begitu saja setelah semua urusannya selesai? Padahal Bella bahkan belum membaca seperempat dari buku yang ia baca. Benar-benar pria yang menjengkelkan. "Tapi, aku belum selesai membaca, Stev," ucap Bella mencoba memelas. Wanita itu meletakkan dagunya di atas meja dan menghela napas panjang. Mer
Stev menggulirkan matanya pada salah satu buku yang ada di perpustakaan itu. Tangan besarnya terulur untuk mengambil buku yang ada pada rak paling atas. Tidak terlalu sulit untuknya, karena badannya yang tinggi ia dapat meraih buku tersebut dengan mudah tanpa harus susah payah untuk berjinjit. Stev menarik salah satu sudut bibirnya ke atas saat pria itu berhasil membawa buku tersebut ke dalam genggamannya. Buku bersampul cokelat sedikit usang dengan halaman yang tebal. Terlihat berbeda dari yang lain, namun hal itu yang membuat buku tersebut menarik di mata pria itu. Buku yang paling berbeda dengan lainnya. Tidak begitu menarik perhatian mata. Membuat siapa pun yang melihat buku tersebut tanpa pikir panjang pasti akan langsung melewatinya. Stev menatap buku itu dengan tatapan datar. Ia kemudian berjalan dari tempat itu dan berniat untuk mencari Bella yang kini sedang membaca buku sendirian. "Apakah aku boleh duduk di sini?" tanya seorang pria berwajah manis pada Bella. Ia menunjuk
Motor melaju dengan kecepatan sedang. Dan Bella tampak menikmati perjalanan ini. Tiba-tiba saja Stev menghentikan motornya dengan gerakan pelan. Membuat Bella menatap aneh pada pria itu. Saat melihat banyak kendaraan di sebelahnya yang juga ikut berhenti. Bella akhirnya tahu, jika saat ini lampu merah sedang menyala."Psst ... Hei!"Bella menoleh pada orang yang ada di sebelah kanan agak sedikit di belakang dari motor Stev. Ia mendapati seorang anak laki-laki yang duduk di atas motor tanpa helm sedang melempar senyum padanya.Berani sekali dia berkendara di jalan yang ramai ini tanpa helm. Pikir Bella.Bella mengernyit. Ia menatap pada pria itu dengan tatapan bertanya. "Aku suka lengan kecilmu," ucapnya pelan sembari mengulirkan matanya pada pada lengan Bella yang terekspos. Bella menganga. Ia baru pertama kali ini bertemu dengan seseorang yang mengatakan jika suka dengan lengannya. Padahal jika Bella lihat, lengan miliknya sama sekali tidak menarik. Terlihat kecil seperti anak rem