Share

Makan Siang Bersama

Penulis: Agura Senja
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-27 19:04:11

Zoya segera menjauh sebelum membuka pintu mobil dan masuk, mengabaikan kekehan mantan suami yang sepertinya memang harus mendekam di rumah sakit jiwa.

Arvin membuka pintu kemudi, menoleh ke belakang untuk memastikan putranya duduk dengan benar sebelum mengalihkan atensi pada Zoya yang sedang kesulitan memasang sabuk pengaman.

"Coba jangan menariknya sambil marah-marah," ucap Arvin sembari mendekat, membuat pergerakan Zoya yang sedang berkutat dengan sabuk pengaman harus terhenti.

Wanita itu menahan napas saat Arvin berada terlalu dekat dengannya, dia bahkan bisa mencium perpaduan citrus dan kopi dari tubuh lelaki itu.

'Sangat berbeda denganku yang baru saja berkeringat banyak,' batin Zoya sebelum mengernyit jengkel. Kenapa sempat-sempatnya dia merasa rendah diri?!

Mereka tidak memiliki hubungan apa pun lagi selain sebagai orang tua kandung Elvio, jadi tidak ada alasan Zoya harus merasa lebih rendah dari Arvin yang bukan siapa-siapa.

Kening wanita itu mengerut semakin dalam saat Arvin tidak segera menyingkir meski telah menyelesaikan pekerjaannya memasang sabuk pengaman. Tatapan intens yang diberikan lelaki itu pada bibirnya membuat Zoya menahan napas.

'Dia tidak akan berbuat macam-macam di depan Elvio, kan?!' Zoya membatin gelisah. Tubuhnya memanas hanya dengan menerima tatapan segelap arang milik Arvin, sebagian kewarasannya mungkin akan hilang jika pemuda itu menciumnya sekarang.

Untungnya Arvin segera menyingkir, membuat Zoya segera mengembuskan napas perlahan, lega dengan kemampuan dirinya dalam menahan godaan.

Tidak ada obrolan apa pun selama perjalanan. Hanya terdengar suara Zoya yang sesekali menoleh ke belakang dan bertanya apa ada yang tidak nyaman pada Elvio.

"Kenapa ke sini?!" Zoya bertanya saat mobil yang dikemudikan mantan suaminya memasuki sebuah area. Tempat ini terlalu mahal untuk Zoya sekarang. Bagaimana dia akan membayar makanannya nanti?

"Memangnya mau mau makan di mana lagi? Aku belum tahu restaurant lain di sekitar selain tempat ini," ucap Arvin sembari mematikan mesin dan melepas sabuk pengaman.

Zoya yang melihat gerakan mencurigakan mantan suaminya langsung membuka sabuk pengamannya juga dan segera keluar mobil, meninggalkan Arvin yang terkekeh di dalam.

Zoya membukakan pintu untuk putranya, tersenyum lembut ketika mata Elvio tampak berbinar. Bagaimana pun restaurant ini tidak pernah menjadi tempat makan darurat saat Zoya tidak memasak. Makanan paling mewah yang akan mereka beli adalah pecel ayam di warung dekat sekolah Elvio.

'Sepertinya aku harus menggunakan tabunganku,' batin Zoya, sedikit merasa nelangsa.

"Ayo!" Arvin mendekat dan meraih tangan Elvio untuk dituntun, membuat anak itu terkesiap, apalagi setelah Zoya memegang tangannya yang lain.

Memasuki sebuah restaurant bagus dengan keberadaan ayah dan ibu di sisinya. Elvio menggigit bibir, menahan tangis karena akhirnya dia mengerti perasaan teman-temannya ketika memamerkan agenda liburan mereka.

Zoya mengernyit ketika Arvin menarikkan kursi untuknya, sekelebat kenangan memenuhi kepalanya sebelum wanita itu menggeleng pelan. Tidak ada gunanya mengingat apa yang terjadi di masa lalu.

Meski selalu bersikap dingin dan tidak berkata apa-apa, nyatanya Arvin adalah orang yang seperti itu. Dia memperhatikan Zoya dengan hal-hal kecil yang menurutnya mungkin tidak berarti apa-apa, tanpa tahu jika sikapnya membuat setiap wanita yang diperlakukan seperti itu merasa dicintai.

'Dan aku menjadi salah satu dari wanita bodoh yang pernah berpikir begitu.' Zoya menghela napas.

"Kamu boleh memesan apa pun selama makanan itu tidak membuatmu alergi," ucap Arvin sembari membuka buku menu dan menyodorkannya pada Elvio.

"Dia alergi strawberi," ucap Zoya memberi tahu.

Satu alis Arvin naik. "Sama denganku?" tanyanya sembari mengerjap pelan, agak bangga dengan gen yang diberikan pada putranya.

"Ya, bahkan alerginya." Zoya menjawab acuh tak acuh, sedikit jengkel dengan fakta bahwa putranya tidak mirip dengannya sama sekali.

"Mama?" Elvio memanggil, membuat ibunya langsung memberikan atensi penuh padanya.

"Kenapa, Sayang? Mau pesan apa? Kamu boleh makan apa pun, kok, Papa yang bayar," ucap Zoya seraya terkekeh pelan, mengusak gemas surai putranya ketika anak itu merengut. "Mama yang akan membayarnya, jadi tidak apa-apa."

Kening Arvin mengerut tidak suka mendengar penuturan Zoya, tapi memilih diam dan memanggil pelayan. Makanan disajikan lima belas menit kemudian. Untungnya tidak terlalu banyak pengunjung hingga mereka tidak perlu menunggu terlalu lama.

"Biar aku yang bayar," ucap Arvin setelah melihat Zoya berdiri. Wanita itu bahkan belum menghabiskan makanannya.

"Aku mau ke toilet," ucap Zoya berbohong.

Arvin mengangguk sebelum ikut berdiri. "Kalau begitu tunggu sebentar, jangan meninggalkan Gavin sendiri. Aku akan membayar makanannya dulu," ucapnya tegas, meninggalkan Zoya yang tidak bisa berkata-kata.

Zoya menghela napas. Dia tidak mau berhutang pada mantan suaminya, tapi sebenarnya dia tidak yakin bisa membayar makanannya. Uang di ATM wanita itu mungkin hanya tersisa lima juta setelah membayar sewa rumah untuk tiga bulan ke depan, juga biaya pindahan yang tidak sedikit. Dia juga baru melunasi pembayaran sekolah Elvio.

'Ah, aku benar-benar miskin sekarang,' batin Zoya merana.

"Mama nggak punya uang, ya?" Elvio yang melihat kegelisahan ibunya bertanya. Gerakannya yang sedang menyendok makanan terhenti. "Harusnya El nggak pesan apa-apa. Maaf ya, Ma?"

Zoya segera menggeleng. "Tidak, Sayang, Mama punya uang. Tapi kamu lihat kan, Papa yang memaksa untuk membayarnya. Tidak apa-apa untuk satu kali ini kita ditraktir seseorang," ucapnya lembut.

Setelah Elvio menghabiskan makanan penutupnya, ponsel Arvin berdering. Zoya menghela napas lega saat menyadari jika pemuda itu harus segera pergi.

"Aku akan mengantar kalian pulang dulu," ucap Arvin tegas ketika melihat harapan di mata mantan istrinya. Apa sesulit itu berada satu mobil dengannya?!

Zoya tidak punya pilihan selain membiarkan Arvin mengantarkannya pulang kembali. Sama seperti sebelumnya, tidak ada obrolan apa pun selama perjalanan. Zoya memilih untuk menatap ke luar jendela dan bersikap seolah sedang menaiki taksi.

Mobil yang dikendarai Arvin akhirnya sampai di pekarangan kecil kontrakan Zoya. Wanita itu baru melepas sabuk pengaman dan akan segera turun sebelum Arvin mencekal tangannya.

"Ada yang ingin kubicarakan dengan ibumu," ucap Arvin seraya menoleh ke bangku belakang. "Kamu bisa turun lebih dulu dan tunggu di dalam," lanjutnya memberi instruksi.

Zoya mengernyit jengkel, tidak tahu lagi harus bagaimana agar Arvin mengerti dan segera menghilang dari hadapannya.

'Padahal dulu dia tidak banyak bicara, kenapa sekarang cerewet sekali?!' Zoya berdecak malas, ingin mengumpat, tapi statusnya sebagai seorang ibu membuatnya harus berhati-hati.

Zoya menoleh ke belakang dan tersenyum pada Elvio. "El turun duluan, ya? Mama janji tidak akan terlalu lama!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
sedewasa apapun El tetaplah anak kecil.yg mengharapkan kasih sayang kedua ortunya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Tawaran Pernikahan Kontrak Mantan Suami   Beyond The Story 1

    Gelap. Arvin menyadari jika matanya ditutup oleh sesuatu ketika ia tidak bisa membuka kedua matanya meski kesadarannya perlahan pulih. Pria itu menggeliat pelan, hanya untuk menyadari bahwa tubuhnya terikat. Meski tidak tahu pasti posisinya, Arvin yakin saat ini ia diikat pada sebuah kursi, tangan dan kakinya tidak bisa bergerak. “Sepertinya kau mulai sadar.”Suara itu membuat Arvin menegakkan tubuh siaga. Meski baru sekali mendengar suaranya, tapi Arvin yakin itu milik pria yang sama dengan yang menodongkan pistol pada Arvin, seseorang yang dipanggil Zayn. Sial, apa Arvin terjebak di sarang musuh?!‘Bagaimana bisa aku masih diculik di usia segini?’ Arvin membatin jengkel, menyalahkan dirinya yang masih lemah dan tidak ada bedanya dengan masa kecilnya dulu. Hanya saja, dulu tidak ada yang Arvin pedulikan, karena ia percaya anak buah kakeknya akan segera datang menyelamatkan.Tapi, situasinya berbeda saat ini! Arvin memiliki orang-orang yang ingin ia lindungi. Kalau ia terjebak di tem

  • Tawaran Pernikahan Kontrak Mantan Suami   Always With You

    "Kalian sengaja melakukan ini, kan? Katakan padaku, sejak kapan kalian merencanakan pengkhianatan seperti ini?" Kaindra menatap galak pada wanita yang tengah duduk dengan tenang. "Kamu bahkan tidak punya rasa bersalah, Lova! Bagaimana kamu tega melakukan ini pada adikmu?" Kaindra kembali mengejar dengan pertanyaan, kaki yang sebelumnya sempat terhenti hanya untuk menatap penuh permusuhan pada Zoya, kembali melangkah gusar mengelilingi ruangan."Jangan mengerutkan keningmu," ucap salah satu wanita di hadapan Zoya.Hari ini adalah hari pernikahan Zoya dan Arvin dilaksanakan, jaraknya hanya satu minggu dari pernikahan Kaindra dan Mia.Zoya yang sejak seminggu terakhir terus mendengar omelan Kaindra tentang pengkhianatan hanya bisa menghela napas dan mengabaikan tingkah kekanakkan saudara kembarnya.Hari ini adalah hari di mana Zoya akan menikah dengan seseorang yang dicintai dan mencintainya. Dalam pernikahannya kali ini, Zoya tidak sendirian. Meski tidak dimulai dengan mengucap janji su

  • Tawaran Pernikahan Kontrak Mantan Suami   Marry Me Again

    "Dia memang sudah agak besar, tapi-- kenapa senyummu terlihat mencurigakan, Tuan Kalandra? Jangan bilang kamu belum pamit pada El?!" Zoya mengerutkan kening sejak pemuda di sisinya tampak tersenyum kikuk."Aku tidak melakukan kesalahan sama sekali," ucap Arvin membela diri, tapi jawabannya justru membuat kening Zoya semakin berkerut dalam. "Ma-maksudku ... yah, aku lupa. Tapi, bisakah sekarang kamu fokus saja ke depan?" pintanya seraya mengusap punggung wanitanya.Zoya memilih mengikuti apa yang diminta Arvin, menelan kembali kata-katanya untuk mendebat pemuda itu."Wah!" Zoya tidak bisa menahan rasa kagum melihat pemandangan di hadapannya. Lampu-lampu yang berasal dari seluruh kota di bawah sana, dipadukan dengan gemerlap bintang di langit serta keheningan di sekitarnya membuat Zoya tersenyum cerah.Dia tidak tahu apa yang Arvin persiapkan, tapi sudah bisa menebak beberapa hal. Bukankah adegan seperti ini sudah sangat biasa di akhir sebuah novel? Zoya mengulum bibir, menahan senyum h

  • Tawaran Pernikahan Kontrak Mantan Suami   Berdua

    Arvin terkekeh saat Zoya memukul bahunya. Arvin meletakkan bunga di atas meja sebelum meraih Zoya ke dalam pelukan."Bisa ditahan dulu tidak menangisnya? Kita pindah ke tempat di mana tidak ada orang lain, setelah itu kamu boleh menangis lagi." Arvin berucap lembut, tangannya mengusap punggung istrinya dengan perlahan. Arvin berhasil membawa Zoya menjauh dari tempat pesta setelah wanita itu lebih tenang. Meski sempat dipelototi Kaindra dan Narendra, pemuda itu akhirnya bisa membawa wanitanya ke tempat lebih privat."Kita mau ke mana?" Zoya bertanya ketika Arvin terus menuntunnya keluar dari gedung. Pestanya belum selesai dan Zoya belum sempat berpamitan pada ibunya atau Elvio."Ke tempat di mana kita bisa bicara berdua tanpa gangguan," ucap Arvin sembari membukakan pintu mobil, senyumnya tidak pernah lepas.Zoya memasuki mobil tanpa bertanya lagi. Mereka mungkin memang perlu bicara berdua di tempat yang tenang. Sepanjang perjalanan, Zoya hanya diam, menahan diri untuk membicarakan b

  • Tawaran Pernikahan Kontrak Mantan Suami   Pria dari Masa Lalu

    "Apa kau keberatan kalau aku duduk di sini?"Zoya menoleh saat seseorang mendekat, pria yang menjadi topik hangat karena menjadi best man hari ini tampak tersenyum, bertanya dengan suara lembut pada Zoya. "Ah ya, silakan, tidak apa-apa." Zoya menggeser sedikit kursinya, memberi jarak pada kursi kosong di sampingnya. "Terima kasih. Ngomong-ngomong, bagaimana kabarmu?"Hm? Zoya sedikit mengernyit saat pria di sisinya, aktor yang mendapat julukan sebagai pria tertampan di dunia, bertanya santai seolah mereka sudah saling mengenal cukup lama."Aku ... baik," ucap Zoya tidak yakin. "Anda sendiri ... Tuan Ragava, bagaimana bisa mengenal Kaindra?" Pria yang dipanggil Ragava menaikkan satu alis sebelum bibirnya naik, tawanya terdengar renyah dan sedikit menggelitik di telinga Zoya. Untuk sesaat wanita itu terpesona, sedikitnya mengerti alasan pria di sampingnya disebut sebagai yang tertampan dan terseksi. "Yah, hanya kebetulan bertemu saat kami sedang di luar negeri. Tapi, kau benar-benar

  • Tawaran Pernikahan Kontrak Mantan Suami   Janji Suci

    "Memangnya saat kamu dan Tuan Arvin menikah, kalian tidak melempar bunga?" Grace bertanya dengan kening berkerut, setahunya pernikahan di mana-mana sama. Sayang sekali ia tidak bisa datang ke resepsi pernikahan Zoya dan Arvin karena harus menyiapkan banyak hal di kediaman utama Kalandra untuk menyambut nyonya baru.Zoya memiringkan kepala saat mengingat kembali hari pernikahannya. "Kami juga melakukannya, tapi aku tidak ingat siapa yang dapat bunga itu. Yah, waktu itu pikiranku sedikit kacau."Pernikahan pertama Zoya tidak dihadiri oleh orang tuanya, Kaindra juga tidak ada. Saat itu Zoya juga tidak punya seseorang yang bisa disebut teman selain Mia.Grace meletakkan karangan bunga lili ke atas meja kaca di sampingnya. "Maaf, seharusnya saat itu aku berusaha lebih keras untuk lebih dekat denganmu."Zoya tersenyum saat Grace menggenggam tangannya. Perasaan tulus sosok di sampingnya membuat Zoya merasa cukup. "Tidak apa-apa, semuanya sudah jadi masa lalu. Jangan memasang wajah seperti it

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status