Share

Rumah Baru

Author: Agura Senja
last update Last Updated: 2023-06-27 18:58:51

Setelah memastikan pintu dan seluruh jendela terkunci, Zoya langsung membawa putranya ke kamar. Senyumnya terpatri melihat tikar yang sudah digelar dengan posisi yang cukup berantakan. Wanita itu membenarkan posisi tikar sebelum melapisinya dengan bedcover.

Zoya menepuk bantal dan memberi isyarat agar Elvio mendekat. Meski hanya sempat membawa satu bantal dan satu selimut, nyatanya itu cukup untuk mereka gunakan bersama.

"Untung saja El tadi sudah sikat gigi, jadi kita bisa langsung tidur," ucap Zoya sembari mengecup lembut kening putranya. "Mau langsung tidur atau mau diceritakan dongeng dulu?" tanyanya lagi.

"Kalau aku tidur sekarang, Mama janji nggak akan nangis lagi, kan?"

Pertanyaan yang diajukan Elvio membuat Zoya tersenyum kecut. Dia sudah menahan air matanya sejak tadi karena tidak mau membuat khawatir putranya, tapi malah anak itu yang sekarang mengkhawatirkan kondisinya.

"Mama tidak akan menangis selama kamu di sini, Sayang. El janji untuk selalu sama Mama, kan?" Zoya menjawir pelan hidung mancung putranya, terkekeh ketika Elvio mengerutkan hidungnya.

"Iya, dong! Kalau bukan sama Mama, El mau ke mana lagi? Aku cuma punya Mama," ucap Elvio sembari mengelus pelan wajah ibunya yang menurutnya jauh lebih cantik dari siapa pun yang pernah ia lihat.

Zoya tersenyum lebar sebelum memberikan kecupan bertubi di pipi putranya. Elvio sungguh anak yang manis dan pengertian. Terkadang Zoya merasa putranya lebih dewasa dan bisa bersikap bijak dibanding dirinya.

Elvio segera memejamkan matanya yang memang sudah sangat berat setelah Zoya berjanji sekali lagi kalau tidak akan menangis sendirian. Meski kedatangan mantan suaminya membuat hati Zoya terusik, tapi wanita itu bisa tidur nyenyak karena memeluk seorang malaikat di sisinya.

Zoya terbangun tepat pukul lima pagi, tersenyum lembut pada wajah polos Elvio sebelum mengecup keningnya pelan. Setelah membisikkan kalimat selamat pagi, Zoya memutuskan untuk langsung mandi.

Untungnya air di kamar mandi sudah langsung berfungsi. Selesai dengan aktivitas mandinya, wanita itu berkutat di dapur, memasak nasi dan menyiapkan sarapan.

Hari ini Zoya memang sudah meminta izin dari pemilik mini market untuk libur karena kepindahannya. Meski begitu, keberadaan Elvio membuatnya tetap bangun pagi dan beraktivitas seperti biasa.

"Mama?"

Zoya segera menoleh saat mendengar putranya memanggil. Melirik pada jam di ponsel, Zoya terkekeh pada angka enam tepat yang tertera. Putranya selalu bangun tepat waktu tanpa perlu ia bangunkan.

"Ya, Sayang!" sahut Zoya kemudian, senyumnya melebar melihat Elvio datang dengan wajah kusut khas bangun tidur, rambutnya tampak mencuat ke sana ke mari.

Zoya yang sudah selesai berkutat dengan sarapan buatannya langsung menghampiri Elvio dan mengangkat tubuh anak itu ke dalam gendongan.

"Bagaimana tidurmu? Nyenyak? Ada yang sakit?" tanya Zoya lembut, tangannya mengusap punggung Elvio yang semalam hanya tidur di atas tikar dan bedcover.

Elvio menggeleng beberapa kali. "Aku tidur nyenyak, kok. Trus nggak mimpi apa-apa juga! Badan El nggak sakit sama sekali," ucapnya riang, senyum polos terukir di wajahnya.

Zoya terkekeh melihat keceriaan yang ditunjukkan putranya, itu adalah satu-satunya kekuatan yang ia miliki.

Selesai membantu Elvio mandi dan bersiap dengan pakaian santai, pasangan ibu dan anak itu langsung duduk di atas tikar yang semalam digunakan untuk tidur.

Meski sarapan hari ini dilalui dengan cara lesehan, untungnya Elvio tidak banyak bertanya dan menuntut. Pun ketika harus membantu Zoya menyapu setelahnya, anak itu tidak pernah mengeluarkan keluhan.

Barang-barang yang Zoya beli secara pribadi selama tinggal di tempat sebelumnya datang ketika wanita itu baru selesai mengeringkan seluruh lantai yang sudah di pel.

"Ma, nggak ada makanan, ya?" Elvio bertanya setelah orang-orang yang menurunkan dan membantu meletakkan barang sudah pergi.

Zoya segera melihat jam di ponselnya dan menghela napas ketika waktu sudah menunjukkan pukul dua siang. Wajar saja mereka kelaparan.

"Kita makan di luar, yuk! Kayanya Mama terlalu lemas untuk masak," ucap Zoya seraya terkekeh pelan.

Meski ada beberapa barang yang belum dibereskan, belum lagi mainan-mainan Elvio yang membuat Zoya sedikit bingung ingin diletakkan di mana, juga pakaian-pakaian serta buku-buku, Zoya memilih meninggalkan semuanya dulu untuk mencari makan.

"Kita makan pecel ayam di dekat sekolah El, tidak apa-apa, kan?" Zoya bertanya setelah keluar dari rumah, berjalan beriringan dengan tangan kecil Elvio di genggamannya.

Elvio segera mengangguk. "Di mana saja boleh, Ma!" ujarnya sedikit tidak sabar.

Zoya terkekeh melihat reaksi putranya, sudah pasti anak itu kelaparan karena jadwal makan siangnya terlambat. Sayangnya, kebahagiaan kecil itu harus kembali tertelan saat sebuah mobil mewah datang dan berhenti di hadapan Zoya dan putranya.

Zoya menghela napas jengkel saat mantan suaminya keluar dari mobil.

"Aku ke mini market tempatmu bekerja, tapi katanya kamu cuti. Jadi ... kalian mau ke mana sekarang? Aku berencana mengajak kalian makan siang," ucap Arvin to the point, tidak memedulikan dengusan mantan istrinya yang jelas menunjukkan permusuhan.

"Kami bisa mencari makan sendiri!"

"Aku tahu kalian bisa mencari makan sendiri, tapi aku ingin makan bersama." Arvin mulai membukakan pintu penumpang di belakang, memberi isyarat pada bocah yang juga sedang menatap galak padanya untuk segera masuk.

Elvio merengut, mengeratkan genggamannya pada sang ibu. Dia memang masih kecil, usianya belum genap enam tahun, tapi sedikitnya dia mengerti tentang hak asuh anak dan rasa takut kehilangan sosok yang dicintainya.

Zoya yang segera menyadari ekspresi tidak menyenangkan putranya langsung menghela napas pelan. Dia tidak bisa menunjukkan ketidaksukaannya pada Arvin secara terang-terangan.

"Kita akan makan siang bersama Papa, tidak apa-apa, kan?" Zoya bertanya sembari berjongkok, mengusak lembut surai kelam Elvio.

Tampak keraguan di netra malam Elvio. "Aku mau sama Mama," ucapnya pelan.

Zoya tersenyum. "Tentu saja bersama Mama juga," ucapnya seraya mengecup singkat pipi gembil putranya.

Wanita menghela napas panjang setelah memastikan Elvio masuk ke dalam mobil tanpa melayangkan protes karena harus duduk sendiri di belakang.

"Untukku mana?"

Zoya mengernyit mendengar pertanyaan yang dilayangkan mantan suaminya. "Apanya?!" tanyanya agak jengkel.

Arvin segera menarik pinggang Zoya mendekat, membuat wanita itu berjengit kaget.

"Ciumanku ... mana?" tanya Arvin seraya menatap bibir mantan istrinya terang-terangan.

"Dasar gila!" umpat Zoya sembari menginjak kaki Arvin dengan kuat hingga membuat pemuda itu meringis.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
bagus Zoya kalau bisa injak juga kakibsatunya lagi .........
goodnovel comment avatar
Rahma Wati
gak usah balik lah k mantan yg banyak memberi luka...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tawaran Pernikahan Kontrak Mantan Suami   Beyond The Story 1

    Gelap. Arvin menyadari jika matanya ditutup oleh sesuatu ketika ia tidak bisa membuka kedua matanya meski kesadarannya perlahan pulih. Pria itu menggeliat pelan, hanya untuk menyadari bahwa tubuhnya terikat. Meski tidak tahu pasti posisinya, Arvin yakin saat ini ia diikat pada sebuah kursi, tangan dan kakinya tidak bisa bergerak. “Sepertinya kau mulai sadar.”Suara itu membuat Arvin menegakkan tubuh siaga. Meski baru sekali mendengar suaranya, tapi Arvin yakin itu milik pria yang sama dengan yang menodongkan pistol pada Arvin, seseorang yang dipanggil Zayn. Sial, apa Arvin terjebak di sarang musuh?!‘Bagaimana bisa aku masih diculik di usia segini?’ Arvin membatin jengkel, menyalahkan dirinya yang masih lemah dan tidak ada bedanya dengan masa kecilnya dulu. Hanya saja, dulu tidak ada yang Arvin pedulikan, karena ia percaya anak buah kakeknya akan segera datang menyelamatkan.Tapi, situasinya berbeda saat ini! Arvin memiliki orang-orang yang ingin ia lindungi. Kalau ia terjebak di tem

  • Tawaran Pernikahan Kontrak Mantan Suami   Always With You

    "Kalian sengaja melakukan ini, kan? Katakan padaku, sejak kapan kalian merencanakan pengkhianatan seperti ini?" Kaindra menatap galak pada wanita yang tengah duduk dengan tenang. "Kamu bahkan tidak punya rasa bersalah, Lova! Bagaimana kamu tega melakukan ini pada adikmu?" Kaindra kembali mengejar dengan pertanyaan, kaki yang sebelumnya sempat terhenti hanya untuk menatap penuh permusuhan pada Zoya, kembali melangkah gusar mengelilingi ruangan."Jangan mengerutkan keningmu," ucap salah satu wanita di hadapan Zoya.Hari ini adalah hari pernikahan Zoya dan Arvin dilaksanakan, jaraknya hanya satu minggu dari pernikahan Kaindra dan Mia.Zoya yang sejak seminggu terakhir terus mendengar omelan Kaindra tentang pengkhianatan hanya bisa menghela napas dan mengabaikan tingkah kekanakkan saudara kembarnya.Hari ini adalah hari di mana Zoya akan menikah dengan seseorang yang dicintai dan mencintainya. Dalam pernikahannya kali ini, Zoya tidak sendirian. Meski tidak dimulai dengan mengucap janji su

  • Tawaran Pernikahan Kontrak Mantan Suami   Marry Me Again

    "Dia memang sudah agak besar, tapi-- kenapa senyummu terlihat mencurigakan, Tuan Kalandra? Jangan bilang kamu belum pamit pada El?!" Zoya mengerutkan kening sejak pemuda di sisinya tampak tersenyum kikuk."Aku tidak melakukan kesalahan sama sekali," ucap Arvin membela diri, tapi jawabannya justru membuat kening Zoya semakin berkerut dalam. "Ma-maksudku ... yah, aku lupa. Tapi, bisakah sekarang kamu fokus saja ke depan?" pintanya seraya mengusap punggung wanitanya.Zoya memilih mengikuti apa yang diminta Arvin, menelan kembali kata-katanya untuk mendebat pemuda itu."Wah!" Zoya tidak bisa menahan rasa kagum melihat pemandangan di hadapannya. Lampu-lampu yang berasal dari seluruh kota di bawah sana, dipadukan dengan gemerlap bintang di langit serta keheningan di sekitarnya membuat Zoya tersenyum cerah.Dia tidak tahu apa yang Arvin persiapkan, tapi sudah bisa menebak beberapa hal. Bukankah adegan seperti ini sudah sangat biasa di akhir sebuah novel? Zoya mengulum bibir, menahan senyum h

  • Tawaran Pernikahan Kontrak Mantan Suami   Berdua

    Arvin terkekeh saat Zoya memukul bahunya. Arvin meletakkan bunga di atas meja sebelum meraih Zoya ke dalam pelukan."Bisa ditahan dulu tidak menangisnya? Kita pindah ke tempat di mana tidak ada orang lain, setelah itu kamu boleh menangis lagi." Arvin berucap lembut, tangannya mengusap punggung istrinya dengan perlahan. Arvin berhasil membawa Zoya menjauh dari tempat pesta setelah wanita itu lebih tenang. Meski sempat dipelototi Kaindra dan Narendra, pemuda itu akhirnya bisa membawa wanitanya ke tempat lebih privat."Kita mau ke mana?" Zoya bertanya ketika Arvin terus menuntunnya keluar dari gedung. Pestanya belum selesai dan Zoya belum sempat berpamitan pada ibunya atau Elvio."Ke tempat di mana kita bisa bicara berdua tanpa gangguan," ucap Arvin sembari membukakan pintu mobil, senyumnya tidak pernah lepas.Zoya memasuki mobil tanpa bertanya lagi. Mereka mungkin memang perlu bicara berdua di tempat yang tenang. Sepanjang perjalanan, Zoya hanya diam, menahan diri untuk membicarakan b

  • Tawaran Pernikahan Kontrak Mantan Suami   Pria dari Masa Lalu

    "Apa kau keberatan kalau aku duduk di sini?"Zoya menoleh saat seseorang mendekat, pria yang menjadi topik hangat karena menjadi best man hari ini tampak tersenyum, bertanya dengan suara lembut pada Zoya. "Ah ya, silakan, tidak apa-apa." Zoya menggeser sedikit kursinya, memberi jarak pada kursi kosong di sampingnya. "Terima kasih. Ngomong-ngomong, bagaimana kabarmu?"Hm? Zoya sedikit mengernyit saat pria di sisinya, aktor yang mendapat julukan sebagai pria tertampan di dunia, bertanya santai seolah mereka sudah saling mengenal cukup lama."Aku ... baik," ucap Zoya tidak yakin. "Anda sendiri ... Tuan Ragava, bagaimana bisa mengenal Kaindra?" Pria yang dipanggil Ragava menaikkan satu alis sebelum bibirnya naik, tawanya terdengar renyah dan sedikit menggelitik di telinga Zoya. Untuk sesaat wanita itu terpesona, sedikitnya mengerti alasan pria di sampingnya disebut sebagai yang tertampan dan terseksi. "Yah, hanya kebetulan bertemu saat kami sedang di luar negeri. Tapi, kau benar-benar

  • Tawaran Pernikahan Kontrak Mantan Suami   Janji Suci

    "Memangnya saat kamu dan Tuan Arvin menikah, kalian tidak melempar bunga?" Grace bertanya dengan kening berkerut, setahunya pernikahan di mana-mana sama. Sayang sekali ia tidak bisa datang ke resepsi pernikahan Zoya dan Arvin karena harus menyiapkan banyak hal di kediaman utama Kalandra untuk menyambut nyonya baru.Zoya memiringkan kepala saat mengingat kembali hari pernikahannya. "Kami juga melakukannya, tapi aku tidak ingat siapa yang dapat bunga itu. Yah, waktu itu pikiranku sedikit kacau."Pernikahan pertama Zoya tidak dihadiri oleh orang tuanya, Kaindra juga tidak ada. Saat itu Zoya juga tidak punya seseorang yang bisa disebut teman selain Mia.Grace meletakkan karangan bunga lili ke atas meja kaca di sampingnya. "Maaf, seharusnya saat itu aku berusaha lebih keras untuk lebih dekat denganmu."Zoya tersenyum saat Grace menggenggam tangannya. Perasaan tulus sosok di sampingnya membuat Zoya merasa cukup. "Tidak apa-apa, semuanya sudah jadi masa lalu. Jangan memasang wajah seperti it

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status