Share

Chapter 3

Galaksi menghentikan mobilnya sesuai dengan aba-aba yang diberikan oleh Ibell. Mbok Darmi telah berdiri di teras. Menunggu kepulangan Ibell. Wajah tuanya penuh dengan kecemasan akan nasib mereka ke depannya.

"Neng, kita sebaiknya mulai  nyari kontrakan baru. Mbok takut besok-besok mereka bakalan ngerusuhin si Eneng lagi. Mbok khawatir Eneng nanti diapa-apain sama mereka. Eneng sekarang udah besar. Bahaya kalau dekat-dekat mereka." Dalam kecemasan Mbok Darmi mengajak Ibell duduk di kursi plastik teras. Kebingungan harus berbuat apa. Mbok Darmi bahkan melupakan kehadiran teman Ibell. Ia sangat cemas.

Dalam kebingungan yang sama, Ibell menatap Mbok Darmi dengan pandangan penuh kengerian. Satu-persatu ingatan tentang masa lalu, berdesakan keluar. Mereka yang diseret keluar dari rumah, dibentak-bentak sepanjang jalan agar melunasi hutang-hutang ibunya kembali memasuki benaknya. Ibell ketakutan dan mulai gemetaran tidak terkendali.

Ibell mempunyai kebiasaan gemetaran hebat, kalau sedang dalam keadaan panik luar biasa atau pun ketakutan. Karena di saat itu benaknya seakan diserbu oleh ratusan monster yang keluar dari kolong tempat tidurnya. Mereka seakan-akan berlomba memakannya. Itu semua bermula saat mommynya selalu menakut-nakutinya apabila ia tidak bisa tidur. Sementara mommynya sudah tidak sabar ingin dugem bersama teman-temannya yang telah menunggu di mobil.

Mommynya mengarang cerita, bahwa di bawah kolong tempat tidurnya, ada segerombolan monster yang tinggal di sana. Apabila ia nakal dan tidak mau tidur, maka mereka semua akan keluar dan beramai-ramai menyantapnya sebagai menu makan malam. Sewaktu kecil biasanya Ibell akan langsung berkeringat dingin dan ketakutan. Akibatnya ia malah semakin tidak bisa tidur.

"Neng... Neng... udah nggak apa-apa, Neng. Nggak ada monster di sini. Monsternya sudah pergi. Udah Neng!Udah ya? Lihat Mbok Neng, Lihat Mbok!" Mbok Darmi memeluk anak majikannya sambil terus berusaha mengarahkan wajah Ibell agar menghadap padanya.

"Ampun... Ampun! Tolong jangan makan Ibell. Ampun!" Ibell yang masih saja terbawa ilusi masa lalu, terus berjongkok sambil membenamkan wajah di antara lututnya. Mencoba meredam kengerian yang mulai merasuki jiwanya. Dia takut!

Galaksi Andromeda sejenak terpana memandang keadaan Ibell. Dia bukanlah orang yang gampang baper terhadap sesuatu ataupun seseorang. Teman-teman kampusnya malah menjulukinya raja tega. Karena berkali-kali menolak pernyataan cinta dari rekan-rekan maupun adik kelasnya. Tetapi kalau sekedar ena ena just for fun dengan mereka semua, Galaksi oke-oke saja. Asalkan sesuai dengan seleranya. Lo dapet enaknya, gue juga dapat mengosongkan kantong sperma. Juga dengan satu syarat, no commitment. Ya, ia memang sebejat itu!

Tapi entah kenapa kali ini ia  ingin memeluk seorang perempuan tanpa modus untuk menidurinya. Pelukan yang ingin diberikannya kali ini adalah murni pelukan untuk, apa ya? Ia sendiri pun susah untuk menjabarkannya. Sedikit rasa nyaman mungkin.

"Neng, sadar Neng! Lihat Mbok Neng. Ini Mbok Darminya Eneng."

"Oh, Mbok Darmi. Maaf ya tadi Ibell agak kacau pikirannya. Hehehe... Mbok gini cantik mana mungkin jadi monster ya, Mbok ya? Kalau Mbok jadi monster nanti Ibell sama siapa?" Ibell yang mulai tersadar, segera memeluk erat si mboknya seakan-akan takut ditinggal.

"Ibell hanya punya si mbok. Ibell cuma punya si mbok." Ibell berguman berulang-ulang. Mencoba meyakinkan dirinya sendiri kalau si mboknya tetap bersamanya.

"Bagaimana kalau Ibell dan Mbok Darmi sementara tinggal di rumah saya saja dulu. Mau?" Galaksi berjongkok di samping Ibell yang masih memeluk erat mboknya di teras rumah.

"Aden ini siapa ya? Kok rasa-rasanya Mbok pernah lihat. Tapi di mana ya? Sek... sek... sek... ini Den Galaksi majikan kecilnya Mang Dadang toh? Yang dulu suka beli kue-kuenya si Mbok?" Mbok Darmi tertawa gembira. Ia ingin raut wajah tengih si bocah yang kini telah dewasa.

"Hahahah... iya, Mbok. Wah si Mbok langsung inget. Nggak kayak seseorang. Harus dikasih clue berkali-kali dulu baru inget." Galaksi melirik Ibell yang terlihat malu dan serba salah. Ibell tidak nyaman karena telah memperlihatkan kelemahannya tanpa sengaja.

"Hehehe. Den Galaksi sudah dewasa sekarang ya? Nguanteng lagi. Apa kabar Mang Dadang, Den? Masih jadi supirnya Den Galaksi ndak?"

"Mang Dadang sudah pensiun sekarang, Mbok. Kasihan sudah tua masak disuruh kerja terus? Sekarang beliau sudah kembali ke desa. Berkumpul dengan anak cucunya. Tawaran saya bagaimana Mbok? Mau tinggal sementara di rumah saya, sebelum kita mencari rumah kontrakan yang baru?" Mbok Darmi memandang Ibell. Meminta pertimbangan tanpa suara. Ibell menggeleng tegas.

"Terima kasih tawarannya, Kak. Tapi Ibell rasa tidak perlu. Ibell sudah capek terus melarikan diri dari mereka. Ibell akan mencoba menyelesaikannya sendiri satu persatu. Entah dengan cara mencicil atau apa. Ibell capek hidup seperti buronan, Kak. Sekarang Ibell masuk dulu ya, Kak? Mau menyelesaikan tugas untuk besok. Kalau tidak selesai,  bisa kena hukum nanti satu kelompok." Ibell mengalihkan pembicaraan.

"Kamu kelihatannya sangat capek, Ibell. Ayo kita masuk. Kakak bantu menyelesaikan tugasmu." Ibell mengiyakan. Galaksi sudah berbaik hati mengantarnya pulang. Tidak ada salahnya membiarkannya singgah sebentar.

Saat mengerjakan tugas, Ibell sudah sangat lelah. Ia hanya sempat menulis tugasnya separuh. Karena ia telah tertidur pulas dalam posisi duduk. Kepalanya terkulai di meja belajar.

Alhasil Galaksi lah yang menyelesaikan salinan tugas Ibell, yang rangkumannya  mencapai dua lembar halaman double folio. Galaksi merasa tangannya mulai kram karena kelamaan menulis.

Semua demi putri ompongnya. Tidak apa-apalah. Tanam budi saja dulu, biar metik hasilnya nanti lebih gampang. Di dunia ini tidak ada yang gratis. Masuk ke toilet saja bayar kan?

Galaksi tidak tahu, bahwa yang namanya cinta itu bisa menyamar dalam bentuk apapun. Bisa dalam bentuk kasihan, simpati, suka bahkan benci. Dia tinggal masuk diam-diam. Menelusup perlahan melalui kisi-kisi relung hati, dan selanjutnya menguasai benaknya dengan bayangannya. Untuk selanjutnya merajai hatinya untuk selamanya.

***

Ibell turun dari angkot dengan dua keranjang kue ditangan kanan dan kirinya. Bu Manan, Ibu kantin kampus ternyata jadi memesan kue-kue basah dari Ibell. Rupanya saat Ibell ketiduran semalam, Mbok Darmi lah yang mengangkat teleponnya dan sekaligus bangun lebih pagi untuk membuat kue-kue pesanan Ibu kantin tersebut. Ibell juga kaget sekaligus lega, saat tahu bahwa tugas kelompoknya telah diselesaikan dengan baik oleh Galaksi. Jujur, setelah sekian lama terbiasa hidup mandiri tanpa pernah merasa dimanja dan didukung oleh siapapun, sudut hatinya sedikit tersanjung saat menerima perhatian dari seseorang, apalagi itu dalam bentuk lawan jenis yang semenawan Galaksi. Ayolah, bagaimana pun Ibell adalah seorang gadis remaja belasaan tahun yang hatinya mulai merasakan debar-debar aneh saat berdekatan dengan lawan jenisnya.

Bunyi bel panjang menandakan bahwa semua kelompok MABA wajib apel pagi dan mulai berkumpul dilapangan. Ibell dan ke tujuh temannya dalam satu kelompok pun mulai berbaris memanjang kebelakang dan Ibell lah yang berdiri paling depan sebagai ketua kelompok. Sebenarnya kemarin Ibell sudah menolak pengangkatannya sebagai ketua kelompok secara sepihak itu. Karena rata-rata kelompok yang lain ketuanya 99% adalah laki-laki. Hanya Ibell dan Rosni saja yang perempuan. Itu jika kita diperbolehkan untuk melihat KTP Rosni, sehingga kita bisa membaca kolom jenis kelamin yang ternyata ditulis perempuan. Coba kalau tidak, pasti semua orang akan mengira kalau Rosni itu laki-laki. Dia terlihat ganteng alih-alih cantik.

"Ayo semua ketua kelompok mulai mengumpulkan tugas-tugas yang kemarin diberikan. Setelah itu kita akan mengadakan sesi permainan ketangkasan. Setiap kelompok yang kalah, wajib mendapatkan hukuman yang akan dibacakan sesuai dengan nomor yang mereka di pilih dalam amplop ini. Jadi hukumannya sifatnya random. Ayo sekarang kalian silahkan mempersiapkan diri, sementara kami memeriksa tugas kalian semua." Ranti senior wanita cantik dan baik hati mulai memberikan perintah.

"Saya sama sekali tidak menyangka, kalau dalam tugas pertama saja, kalian sudah berani bertindak curang. KAMI SANGAT KECEWA SEKALI!!!"

Arjuna Wigunatra, salah seorang senior yang paling sadis mulutnya memandang beringas pada Ibell.

"Kelompok Ayam Sayur, maju depan semua!!!" Ibell, Armita, Lea, Annisa, Reno, Panca, Malik dan Galih dengan wajah pias mulai melangkah cepat kedepan.

"Siapa yang bertanggung jawab untuk menyalin resume ini?"

"Saya Pak."

"Nama?"

"Isabelle, Kak."

"Isabelle, kamu punya hubungan apa dengan Galaksi Abdromeda?" Pertanyaan yang sangat ambigu itu membuat semua kepala menoleh penasaran pada Ibell. Berbagai ekspresi wajah pun tampak disana. Ada yang kaget, heran  tapi sepertinya lebih banyak yang mencemooh.

"Saya tidak punya hubungan apa-apa dengan kak Galaksi, Kak?"

"Kalau begitu mengapa bisa Galaksi yang menulis resume ini? Saya sangat hafal dengan tulisan tangannya. Kamu masih mau menyangkal? Saya bahkan melihat dengan mata kepala Saya sendiri kalau kamu semalam diantar pulang olehnya dan dia juga baru keluar dari rumahmu pada pukul sebelas malam. Bisa kamu jelaskan semua ini pada Saya?

Manusia mental penipu seperti kamu ini cocoknya balik ke negri asal mu saja sana. Sepertinya disana para penipu dan tukang KKN lebih bisa diterima, kulit pucat." Decih Arjuna seolah-olah Ibell adalah orang yang paling hina sedunia.

"Dengan tidak mengurangi rasa hormat dan cinta Saya kepada negeri ini, Saya ingin mengatakan bahwa, negeri yang anda sebut sebagai negeri para penipu dan KKN itu 90% menghukum oknum pelaku nya dengan hukuman mati, setelah sebelumnya mereka wajib meminta maaf pada public atas perbuatan mereka yang merugikan bangsa dan negaranya. Bukannya malah senyum-senyum sambil dadah-dadah manjah di teve, dan setelahnya masih bisa mencalonkan diri sebagai anggota legislatif. Coba katakan kepada saya, negara yang mana yang bersikap lebih permisif terhadap penipuan dan KKN?

Lagi pula menurut UU No.3 tahun 1946 tentang Kewarga Negaraan Indonesia, UU No.2 tahun 1958 Tentang penyelesaian Kewarga Negaraan Indonesia, bahkan sampai UU No.12 tahun 2006 Tentang Kewarga Negaraan Republik Indonesia. Semua poin-poin nya mengindikasikan bahwa Saya adalah WARGA NEGARA INDONESIA. Dan itu VALID. Bukan warga negara negeri yang Kakak sebutkan tadi, yang saya bahkan tidak pernah menginjakkan kaki kesana!" Suasana dilapangan menjadi begitu sunyi saat Ibell dengan berani membalikkan semua argumen dengan cerdas, dan lugas. Arjuna tampak merah padam wajahnya menahan malu karena ditelanjangi begitu rupa oleh anak kemarin sore. Sementara Ibell, mata coklat brandy nya tampak menyala-nyala saat seniornya ini berniat membantai nya dengan hal-hal yang berbau SARA. Tidak seorang didunia ini bisa memilih dimana dia akan dilahirkan dan RAS apa yang akan dia dapatkan. Kesemuanya itu memang sudah diatur sedemikian rupa oleh semesta bukan?Satu yang pasti, semuanya adalah makhluk ciptaan Tuhan.

"Memang benar kak Galaksi kemarin mengantar Saya pulang. Benar juga kak Galaksi yang menyalin resume tugas kami. Saya ketiduran saat mengerjakannya semalam. Jadi mungkin kak Galaksi yang melanjutkannya. Saya bersalah Kak Juna. Saya minta maaf, Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi dan Saya bersedia dihukum."

"Sebagai warga negara yang baik, tentu kelompok Ayam Sayur ini tidak keberatan dihukum menghormat bendera sampai tiba saat sesi berikutnya bukan?" Arjuna pun mengeluarkan senyum manisnya yang sepertinya malah terlihat seringai dimata Ibell dan kelompok Ayam Sayurnya.

Ternyata otak kamu memang berisi, gadis kecil. Sayang sekali orang secerdas kamu harus habis pelan-pelan ditangan Saya karena dosa warisan ibumu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status