Share

45. Nasya yang Aneh

Nasya tidak juga mau membuka pintu kamarnya, walau sudah berulang kali kuketuk. Bahkan sampai matahari condong ke arah barat, gadis itu tidak juga menampakkan diri. Sebagai seorang kakak tentu saja aku merasa khawatir. 

Nasya tidak pernah sesedih ini. Dia anak yang selalu ceria dan ceplas-ceplos. Karena sejak kecil selalu dimanja Ayah dan Ibunya. Berbeda denganku yang dulu kerap kali mendapat perlakuan yang berbeda.

Nasya baru mau memperlihatkan batang hidungnya, setelah adzan magrib berkumandang. Itu pun cuma sebentar untuk membersihkan badan. Setelah itu dia kembali mengurung diri di kamar. 

"Sya, ke luarlah! Kita makan malam bersama!" ajakku saat malam kian beranjak. Tanganku tidak henti mengetuk pintu kamarnya.

"Aku gak ikut makan malam, Kak. Gak lapar." Suara Nasya terdengar serak dari dalam kamarnya. Bertanda dia habis menangis lama.

 
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status