Share

3. Bukan Anak Kecil Lagi!

Penulis: VAD_27
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-18 23:07:51

Pukul empat pagi, Ruby sudah beranjak dari ranjang dan membersihkan diri ke kamar mandi. Hari pertama yang dia jalani tanpa orang tua dengan tempat yang baru akan segera dimulai. Ruby menuruni tangga menuju lantai pertama untuk menyapu seluruh rumah sebelum mengepelnya.

Rumah Andra memiliki dua lantai, lantai pertama terdapat kamar tidur Hani, dapur, toilet serta ruang tamu. Sementara lantai dua hanya terdapat dua kamar tidur yang ditempati Andra dan satunya mejadi kamar Ruby yang akan menjadi tempat istirahat dan pulangnya.

Ketika waktu menujukan pukul enam tepat, Ruby selesai mengepel seluruh lantai rumah. Dia hanya perlu waktu sepuluh menit untuk istirahat duduk, minum air dan melamun sebelum kembali berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan.

"Nak, biar Nenek aja yang masak. Setelah ini kamu kerja, kan?"

Ruby menoleh ketika Hani datang dengan tergopoh-gopoh. Ruby menyimpan mangkuk di meja makan sebelum merangkul lengan Hani untuk duduk.

"Gapapa, Nek. Lagipula sarapannya sudah selesai." Ujar Ruby tersenyum kecil.

"Kamu bangun jam berapa, Nak? Kenapa rumahnya sudah bersih?" Tanya Hani.

"Aku bersihkan sebelum masak. Gapapa, Nek. Aku udah terbiasa. Aku panggil Pak Andra dulu, ya? Agar kalian bisa sarapan juga."

"Kamu gak sarapan?"

Ruby menggeleng, "Aku harus berangkat pagi, Nek. Kalau nggak nanti macet."

"Hati-hati saat pergi maupun bekerja, Nak. Nenek selalu mendoakan kesehatanmu!" Ujar Hani membuat Ruby tersenyum haru sebelum mengangguk dan beranjak ke lantai atas.

Tangan Ruby terulur untuk mengetuk pintu kamar Andra sebelum badannya berjengit kaget karena pintu terbuka dan muncul Andra dengan kemeja biru polos dibalut jas biru dongker dengan celana bahan hitam. Rambutnya ditata rapi dan harum jeruk lemon menguar menusuk indra penciuman Ruby ketika Andra melangkah mendekat.

Andra sudah siap untuk bekerja.

"Bapak mau berangkat kerja? Sarapan dulu, Pak. Nenek udah nungguin di bawah."

"Kamu tidak sarapan?"

Ruby menggeleng sambil beranjak pergi dengan terburu-buru, "Saya sudah makan sedikit, dan bawa bekal."

"Mau saya antar sekalian?"

"Gak usah, terimakasih Pak. Lagipula kita beda arah!"

Andra menggeleng pelan menatap Ruby yang menghilang di balik pintu sebelum turun ke bawah. Setelah bersiap selama sepuluh menit, Ruby segera berangkat setelah berpamitan. Dia berlari keluar dari halaman dan untungnya ojek onlinenya sudah menunggu di depan.

Jantung Ruby berdegup kencang, hari ini merupakan hari pertamanya bekerja di Pabrik. Dia melamar sebagai posisi QC. Ruby memilih bekerja di pabrik karena gajinya UMR dan lumayan lebih besar daripada kerja serabutan.

Gajinya sepadan dengan lelahnya menjadi buruh pabrik yang berangkat pagi pulang petang.

Setelah pulang, Ruby masih tetap harus membantu Hani memasak makan malam meskipun badannya tidak ada tenaga sama sekali membuat Hani merasa prihatin karena Ruby terlalu memaksakan diri. Dia menolak ketika disuruh istirahat karena merasa segan dan harus berpartisipasi karena dirinya menumpang.

Sampai akhirnya dibantu Andra yang agak memaksa, akhirnya sepakat bahwa Ruby memasak sarapan sementara Hani yang memasak makan malam, atau terkadang Andra yang mengerjakan di saat senggang. Hari libur yang seharusnya dipakai untuk beristirahat adalah menjadi hari untuk Ruby mencuci pakaian dan membuat konten make-up sebelum istirahat sepenuhnya.

Dan keseharian itu terus berjalan sampai satu tahun. Bekerja di pabrik membuat tubuh Ruby menjadi kurus kering, wajahnya pun tidak terawat dan kusam.

Ruby mengetuk pintu Andra tiga kali sebelum beranjak masuk. Andra menaikan kacamatanya yang melorot, menatap Ruby sekilas sebelum kembali menunduk pada laptopnya.

"Ada apa?"

"Ini ... meskipun tidak banyak dan belum cukup mengganti biaya yang Bapak keluarkan untuk kebutuhan sehari-hari saya, tapi saya akan terus menyicilnya setiap bulan." Ujar Ruby menyerahkan amplop membuat Andra mengangkat alisnya.

Andra mengintip isi amplop tersebut sebelum menghembuskan napas kasar, melepas kacamatanya dan merebahkan punggung pada kursi kerjanya.

"Sebenarnya saya tidak berbuat banyak untuk biaya sehari-hari kamu, Ruby. Kamu bekerja keras dan membiayai hidup kamu sendiri."

Ruby menggeleng kuat. "Tentu saja Bapak berbuat banyak. Kalau bukan karena diijinkan tinggal di rumah ini, mungkin uang saya habis buat bayar kosan dan tidak akan punya tabungan."

"Kalau begitu bukankah lebih baik uang ini masuk tabungan kamu saja? Kamu ingin kuliah kan? Dan biayanya terbilang besar. Saya membantu kamu bukan tanpa mengharapkan balas budi." Ujar Andra menyimpan amplop di ujung meja.

"Saya cuman tahu diri, Pak. Saya kan numpang, setidaknya saya harus memberi uang saya kepada Bapak, kan? Apalagi saya sudah bekerja selama satu tahun." Jawab Ruby.

"Lagipula meskipun kamu menumpang, tapi kamu berkontribusi melakukan pekerjaan rumah tangga di sini."

"Bapak terima aja, ya? Saya mohon! Ini sebagai bentuk rasa terimakasih dan segannya saya." Pinta Ruby membuat Andra bergeming sebelum menghembuskan napas kasar, menarik kembali amplop tersebut.

Ruby tersenyum ceria, satu beban yang mengganggunya hilang.

"Meskipun sedikit, saya akan memberi setiap bulan, Pak." Ujar Ruby mengepalkan tangannya yang kurus dengan semangat.

"Hm. Gimana kerjaan kamu?" Tanya Andra sebelum menyesap kopinya.

"Saya resign." Andra mengernyitkan kening.

"Saya memutuskan untuk fokus jadi konten kreator di Tiktok, Pak. Bekerja di pabrik sambil ngonten itu mustahil. Saya gak bisa multitasking dan lagi, kerja di pabrik itu beneran nguras tenaga dan pikiran. Maka dari itu saya berhenti. Jadi konten kreator pun harus ada modalnya, Pak. Apalagi saya konten saya tentang make-up, dan sekarang modalnya sudah ada, saya tinggal menjalani saja." Ujar Ruby menjelaskan rencananya.

Andra bergeming sebelum mengangguk pelan, "Kalau itu keputusan kamu, saya hanya bisa memberikan dukungan."

"Terimakasih, Pak. Maaf menggangu waktunya, saya pamit dulu."

Itu adalah perbincangan pertama mereka setelah satu tahun. Percaya atau tidak, keduanya hampir tidak pernah bertukar obrolan panjang lebar, hanya sekedar bertegur sapa ketika bertemu saat sarapan dan makan malam.

Keduanya tidak ada di rumah saat hari biasa, dan hari libur pun, keduanya memilih mengunci diri di kamar. Separah itu hubungan keduanya, namun Ruby dengan Hani tidak begitu. Keduanya akrab dan lengket, bahkan Ruby sudah menganggap Hani sebagai neneknya sendiri.

**

Andra membuka kulkas sebelum mengambil jus mangga dan menenggaknya di tempat. Dia menoleh tatkala mendapati siluet Ruby yang akan masuk ke dapur.

"Pak Andra." Sapa Ruby membuat Andra mengangguk pelan.

Netra Andra tidak lepas dari Ruby yang sedang menuangkan air mineral. Andra mengerjap, baru tersadar bahwa Ruby banyak berubah setelah dua tahun ini. Badannya lebih berisi, dan kulitnya menjadi putih bening. Belum lagi, entah kenapa Andra baru menyadari bahwa Ruby berubah menjadi cantik.

Apa dia memang secantik ini? Kenapa Andra baru menyadarinya sekarang.

Ruby berbeda 180 derajat dengan dia dua tahun lalu. Setelah sukses menjadi tiktokers yang berbau make-up, Ruby menjadi lebih teratur dalam merawat diri dan wajah.

Netra Andra beralih pada kaos ketat berwarna abu yang mencetak bentuk tubuhnya dengan hot pants yang memperlihatkan pahanya yang mulus. Belum lagi Ruby menggerai surainya, menyelipkan anak rambutnya sebelum meneguk gelas minuman.

Andra sampai tidak berkedip ketika bibir merah itu menempel di bibir gelas meninggalkan bekas lipstik sebelum dia menggelengkan kepala dan meneguk minuman jusnya sampai tandas.

Andra mengipasi dirinya sendiri dengan kerah kaosnya, jadi gerah sendiri.

Ruby itu cuman anak kecil dan besok resmi akan menjadi mahasiswanya.

Dan lagi, kenapa dia bisa sampai teralihkan oleh Ruby?

"Seharusnya kamu berhenti pakai baju ketat seperti itu. Itu tidak cocok dengan usia kamu."

Sontak Ruby menatap tidak percaya. "Lah? Aku udah dua puluh satu tahun, loh! Udah gede, lah!"

"Iya kah? Tapi tetap masih kanak-kanak menurut saya!"

"Itu karena Bapak udah tua!" Celetuk Ruby sebelum menepuk bibirnya sendiri.

"Sebaiknya kamu bicara dengan sopan, Ruby." Peringat Andra membuat Ruby melengos pelan.

Mulai sebal karena Andra cerewet lagi.

"Emang kenapa kalau saya pake pakaian ketat? Bapak tergoda?" Tanya Ruby asal.

"Saya tidak akan tergoda dengan anak-anak!"

"Sayangnya anak-anak ini udah beranjak dewasa!"

"Dewasa itu bukan umur dan badannya saja yang tumbuh, tapi juga sikap." Ujar Andra meninggalkan Ruby yang memasang senyum masam.

"Bapak kenapa cerewet banget, sih?" Tanya Ruby heran. "Beneran tergoda sama saya?" Tanya Ruby dengan raut tidak percaya.

"Kalau iya?" Tantang Andra.

Ruby tersentak kecil, tidak percaya akan jawaban yang dilontarkan Andra atas pertanyaan konyolnya.

"Kalau iya, sayang sekali karena saya gak tertarik sama Pak Andra sama sekali." Jawab Ruby tersenyum manis.

Yakali dia jalan sama om-om! Bukan tipenya!

Andra melengos tidak percaya, meskipun jomblo tapi dia adalah lelaki yang disukai dan digemari banyak wanita karena parasnya yang tampan rupawan. Bahkan tidak sedikit mahasiswa yang memuji parasnya secara langsung. Terbiasa dikejar wanita membuat Andra syok dengan hati mencelos ketika ditolak terang-terangan.

Ruby tersentak dan termundur kecil ketika Andra berjalan mendekat sampai napas Andra yang berbau mint terasa di wajah Ruby. Netra Ruby membelalak ketika Andra mengikis jarak dan membelokan wajah ke samping, berbisik di telinganya.

"Sebaiknya hati-hati kalau bicara, karena sekalinya jatuh ke pelukan saya, kamu gak akan lepas."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   24. End

    Ruby menyandarkan punggung pada kursi taman, pandangannya menatap lurus pada orang-orang yang tengah melakukan kegiatan akhir pekan mereka, berpiknik dengan keluarga atau pacar, banyak anak-anak berlarian bermain gelembung sabun dan layangan juga permainan lain.Meskipun begitu, pikiran Ruby melanglang buana, ini sudah sebulan semenjak dirinya putus dengan Dika. Selama tiga hari, mantannya terus menghubungi dan beromong kosong soal permintaan maaf namun Ruby menutup hati.Sudah terlanjur kecewa karema dihianati, dan Ruby ini masuk golongan orang keras kepala, maka dari itu dia melancarkan penolakan keras pada Dika tanpa goyah.Dika sudah meninggalkan luka paling dalam di hatinya yang kini sudah berangsur-angsur sembuh, karena luka paling dalam tetap dipegang oleh kematian Ayahnya. Ruby jadi tersadar, bahwa Dika bukan segalanya dan kejadian perselingkuhan itu bukan akhir.Ruby juga sudah pindah dari kediaman Andra meskipun awalnya ditentang keras, tapi ternyata Ruby lebih keras kepala,

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   23. Peringatan

    "Ruby!"Gadis berambut panjang dengan dress lilac selutut itu menoleh, keningnya berkerut dengan raut wajah mengeras tatkala menemukan Dika berlari sepanjang koridor ke arahnya."Kamu kemana aja? Udah tiga hari gak ada kabar. Pak Andra juga gak bilang apa-apa. Kamu baik-baik aja, kan? Apa kamu sakit sampai gak masuk?" Tanya Dika dengan napas memburu, mencekal kedua bahu Ruby dan mengecek tubuhnya.Ruby menggeleng pelan, dalam hati dia memuji teknik make upnya sendiri karena berhasil mengelabui semua orang untuk menutup bengkak di matanya."Gue gak papa."Kening Dika berkerut. "Gue?" Padahal mereka sepakat untuk mengubah panggilan satu sama lain setelah menjalin hubungan."Kita harus ngobrol ... berdua."..."Kamu kenapa? Kalau kamu gak ngomong, aku gak akan tahu keadaan kamu, Ruby. Kenapa kamu tiba-tiba lari dari rumah aku?" Tanya Dika beruntun, duduk di sebrang.Ruby meneguk minumannya, dia menatap malas ke arah lain, jantungnya bergemuruh antara sakit hati, benci, kesal, muak dan ji

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   22. Jika Ruby sakit, maka Andra jauh lebih sakit.

    Netra Andra melebar dengan jantung mencelos tatkala mendapati untuk pertama kalinya Ruby menginginkan untuk menyentuh bahkan memeluk Andra dengan kesadarannya sendiri. Kening Andra mengernyit, hatinya ikut sakit saat mendapati pundak Ruby bergetar dengan tangisnya yang menyayat pilu. Andra segera membawanya ke pelukan lebih erat, mengusap punggungnya mencoba menenangkan sebelum menggendong Ruby tanpa mengubah posisinya dengan muda dan membawanya masuk ke mobil.Andra menempatkan Ruby di kursi samping kemudi sebelum dia beralih ke kursinya sendiri. Andra mengambil selimut, memakaikannya pada tubuh Ruby yang menggigil kedinginan baru Andra mendekat untuk membantu memasangkan sealt belt. Tangis Ruby tidak reda, namun bibirnya tetap bergetar dan terisak.Andra mengambil beberapa lembar tisu, melap wajahnya yang basah juga sisi wajahnya yang kotor karena tanah kuburan yang menempel di sana. Setelahnya Andra baru memberikan mug hangat berisi air hangat, memaksa kedua tel

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   21. Cinta tidak selalu berakhir baik

    Tangan Ruby bergetar, napasnya memberat dengan netra memburam karena air mata melesak berlomba agar keluar dan turun membasahi mata. Napasnya mulai memburu namun dengan cepat dia memfoto semua riwayat chat Dika dan wanita itu yang diberi nama 'Penjual Galon' oleh Dika. Setelah mendapatkan semua bukti, Ruby melempar ponsel Dika ke kursi, dia menyambar tasnya dan segera berlari keluar dari sana dengan kaki pincang dan menjeritkan tangis pilu. Ruby masih terus berlari menjauhi rumah Dika, dia membelah jalanan komplek sebelum berbelok ke gang sempit antar celah rumah setelah mendengar suara Dika meneriakan namanya keluar rumah. Ruby memaksa kakinya yang pincang untuk berlari keluar dari gang sempit, dia menginjak jalanan besar perumahan kembali sebelum berlari untuk keluar dari sana. Tangisnya tidak berhenti, malah semakin keras dan keras. Dia mematikan ponselnya agar Dika tidak bisa melacak keberadaannya lewat aplikasi track girlfriend. Air

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   20. Menjilat ludah sendiri

    "Kemana pacar kamu? Udah pulang?" Tanya Andra setelah menginjak anak tangga terakhir. Wajahnya sudah lebih segar setelah mandi, mengenakan kaos rumahan dan celana joger panjang.Ruby yang tengah duduk di sofa jadi menoleh. "Dika di toilet. Kita mau jalan sekarang."Andra bisa melihat Ruby tampil lebih segar dengan dress polkadot merah semata kaki dibalut kardigan berwarna tulang. Rambut panjang diikat kuda.'Cantik seperti biasa.' Puji Andra dalam benaknya."Jalan kemana? Mau kukuh padahal kaki kamu lagi sakit?" Tanya Andra tidak habis pikir."Mau kemana pun bukan urusan Bapak, kan? Lagipula saya cuman main ke rumah Dika. Itupun gak akan banyak gerak, karena dia bisa gendong saya kapanpu. Kita cuman mau nonton." Jawab Ruby agak kesal karena tidak mau dikekang oleh seseorang yang bahkan bukan siapa-siapanya.Andra jadi mengernyit, nonton film? Di rumah cowok? Berduaan?Andra jadi teringat pernah menggep Ruby dan Dika yang

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   19. Pendapat Brian tentang komitmen untuk pria tuwir

    "Kenapa? Lo ketemu pacarnya Ruby?" Tanya Brian, nadanya lebih tenang sambil menahan tawa geli. Ini pertama kalinya, sahabatnya Andra uring-uringan karena seorang wanita.Mungkin ini akan menjadi hal penting dalam pertumbuhan perasaannya, sepertinya Brian akan merecord percakapan ini dan menyebarkan ceritanya di grup chatting circle mereka. Hitung-hitung hiburan di tengah hiruk pikuknya dunia kerja. Dan Andra yang menjadi topik hiburannya.Andra menghela napas kotor, menyugar rambutnya frutasi sebelum menahan tubuhnya pada tembok. "Dia datang ke rumah, jemput Ruby buat date. Kaki Ruby lagi cedera, gue pikir itu bisa jadi alesan buat mereka gagal date. Sialannya, mereka malah mesra-mesraan depan gue, mana nyokap welcome dan nawarin sarapan bareng lagi."Brian sontak terbahak lebar, bisa dipastikan dia tengah menahan perutnya yang geli sambil memukuli pahanya sendiri berkali-kali sekarang."Udah ketawanya?" Tanya Andra jengah."Ha ha ha. Hab

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status