Share

Unexpected Night

Author: Deedein
last update Last Updated: 2022-05-11 07:52:19

“KAU MERASA GERAH, ABIGAIL?” tanya Victor dengan bibir yang sejengkal lagi menyentuh bibir Abigail.

"Ya, ya, Victor. Rasanya sakit, aku merasa pusing, dan ini sangat panas. Bisakah kau mengantarku pulang? Kurasa, aku butuh istirahat."

"Yang kau perlukan saat ini bukan istirahat, Abigail. Aku bisa membantumu sekarang juga di sini."

Abigail mengernyit, bingung di setiap kata yang dilontarkan Victor. "Apa maksudmu?"

"Bercintalah denganku."

Mata Abigail membola, sontak menghadiahi tamparan keras di pipi Victor. "Kau gila! Lepaskan aku!"

"Tidak malam ini, Abigail. Kau milikku malam ini." Victor dengan kasar menarik gaun Abigail ke atas melewati kepala perempuan itu.

Abigail memberontak, mencakar, bahkan menendang apa pun untuk menghentikan Victor. "Bloody bastard, lepaskan aku! Kau berengsek, Victor! Aku tidak mau menjadi kekasihmu!"

"Kenapa mendadak marah sekali? Aku hanya mencoba membantumu melepas panas." Tatapan mata Victor turun ke dada Abigail.

Abigail memukul dada Victor sambil berteriak, "Kau sialan gila! Kau menjebakku! Lepaskan!"

Sebelum Victor melepas pengait bra Abigail, pintu kamar mandi terbuka dengan keras. Abigail tidak dapat melihat pelakunya karena terhalang dada Victor.

"Don’t touch her!" seru seseorang yang mendobrak pintu dengan suara rendah, tapi tajam di setiap katanya.

Suara itu berat dan seksi. Abigail tidak akan pernah melupakan suara Benjamin Marchetti.

Dengan langkah lebar Benjamin menghampiri Victor, menarik pria itu untuk menjauh dari Abigail. Lalu, satu pukulan mendarat di pelipisnya sebagai awal pertikaian. Pukulan-pukulan lain dari Benjamin terdengar lebih keras setelahnya. Tidak tinggal diam, Victor pun melawan, ia meninju wajah Benjamin hingga sudut bibir pria itu berdarah membuat Benjamin mendesis merasakan perih di sana.

"Kau pikir kau siapa berani menyentuh wajahku?!" Benjamin membentak sambil menyeka darah di sudut bibirnya.

Semakin marah, Benjamin mendaratkan tinjunya yang lain di pelipis Victor dan menendang perut pria itu hingga terkulai lemas di lantai.

“Putain (Fuck),” decak Victor.

"Jangan dekati Abigail lagi."

Benjamin langsung berlari ke arah Abigail yang terduduk lemas di lantai. Ia membantu Abigail memakai pakaiannya, lalu membopong perempuan itu ala bridal style keluar dari kapal pesiar yang mulai sepi.

"Benjamin," panggil Abigail, suaranya rendah, tetapi indah seperti lagu lark saat Benjamin menurunkannya di kursi penumpang Bugatti biru milik pria itu. "Terima kasih."

Benjamin mengangguk samar. Dia menutup pintu di sebelah Abigail, lalu duduk di sebelah Abigail sebelum menghidupkan mesin mobil.

***

Benjamin dengan hati-hati menurunkan Abigail ke ranjang. Perempuan itu masih setengah sadar saat memberikan cardlock pada pria itu, tetapi ia terlihat cukup tertekan karena menahan panas dan sesuatu yang ingin diledakkan dalam tubuhnya.

"Selamat tidur, Abigail-girl." Benjamin mengecup puncak kepala istrinya, menghirup dalam-dalam aroma kayu manis dari sampo perempuan itu. Setelahnya, ia menarik selimut untuk istrinya sampai dagu.

Abigail menahan pergelangan tangan Benjamin sebelum pria itu pergi. Matanya sayu sambil sibuk mengatur napas dan susah payah duduk di kepala ranjang. "Tetaplah tinggal. Kenapa hobi sekali pergi?"

Abigail mulai berbicara ngelantur karena efek kelebihan minuman beralkohol.

Benjamin menautkan alis, lalu duduk di tepi ranjang dan baru menyadari aroma alkohol dari istrinya.

"Kau mabuk." Benjamin mengusap lembut pipi Abigail dengan hati-hati seolah itu sesuatu yang mudah rapuh.

"Kenapa kau tidak pernah menjadi suami yang baik? Apa Monica Jaquetta memuaskanmu?" Abigail mencebikkan bibir, lalu bersandar di dada bidang Benjamin menghirup aroma musky cologne dari tubuh pria itu. "Aku merindukanmu, Ben. Aku selalu menunggumu setiap hari di rumah, bertanya-tanya kapan kau pulang atau kapan aku bisa memarahimu karena tidak pernah menanyakan kabarku. Kenapa kau berengsek? Kenapa aku mau menikahi pria brengsek sepertimu?"

Benjamin tertawa kecil mendengarnya. Dia mengelus rambut Abigail dan berbisik, "Tidurlah. Kau tampak lelah. Aku akan di sini menemanimu sampai kau tidur."

Abigail menurut, ia mulai membaringkan punggung. Melihat tingkah menggemaskan Abigail, Benjamin tidak tahan lagi mengabaikan bibir Abigail yang menawarkan sentuhan sensual di sana. Jadi, ia mengecup bibir istrinya, lalu berubah menjadi ciuman yang menuntut.

"You taste like a strawberry." Bibir Benjamin turun ke leher Abigail.

"Jangan lepaskan aku." Abigail menarik dasi Benjamin untuk semakin rapat padanya. "Miliki aku, Benjamin."

Benjamin menegakkan tulang ekornya, lalu menarik dagu Abigail dan menekannya kuat. "Tell me, bagian mana saja yang bajingan tadi sentuh darimu, Abigail?"

"Dia menciumku." Dengan tatapan sayu, Abigail membalas tatapan mata biru Benjamin yang terlihat seperti amukan badai.

Rahang Benjamin mengeras, mengingat bagaimana ia melihat Abigail setengah telanjang. Lalu, ia kembali mencium bibir Abigail. Sementara itu, Abigail merespons tindakan Benjamin dengan melepaskan tuksedo dan kancing kemeja pria itu.

"Bagian mana lagi, Abigail-girl?" Benjamin menunduk melihat Abigail di bawahnya tanpa melepaskan pandangan saat melepaskan tuksedo dan kemeja di lantai.

"Dia hanya mencium bibir," jawab Abigail, tapi perhatiannya tertuju pada otot-otot di perut Benjamin yang terdiri dari enam kotak. Jujur, Abigail tertarik untuk menjilatinya seperti menikmati gelato.

Benjamin menautkan alis, tatapannya serius, tapi lembut di saat yang bersamaan. Dia menekan bibir Abigail dengan ibu jarinya. Ia ingin berhenti, tetapi bibir itu seolah memanggilnya.

"Kau sudah dewasa, Abigail-girl. Berapa usiamu sekarang?"

"Dua puluh. Dua puluh tahun," jawab Abigail cepat.

Benjamin tersenyum kecil hampir tidak terlihat. "Happy birthday, Abigail-girl. Aku tahu itu terlambat."

"Aku … ingin hadiah. Apa kau bisa memenuhinya?" Abigail menggigit kelembutan bibir bawahnya.

"Katakan, Abigail-girl."

"M-miliki aku seutuhnya. Sentuh aku dibagian mana pun kau suka. I'm yours, aku istrimu, berikan aku hak yang seharusnya aku terima." Abigail mengangkat tangannya yang gemetar, memberanikan diri menyentuh rahang Benjamin.

Beberapa saat Benjamin menatap Abigail dengan rasa tak percaya, lalu termenung beberapa detik mencerna setiap kata yang keluar dari bibir perempuan itu. Kemudian, ia menemukan keinginan yang besar di mata perempuan itu dalam setiap kata yang diucapkan beberapa detik lalu.

Setelah beberapa detik tergelincir dalam kebisuan, Benjamin mulai berpindah posisi ke atas perut Abigail.

"Hadiahmu segera datang, Abigail-girl."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Teman Sekamar Selebriti (Indonesia)   Road Trip

    Abigail terbangun. Dia pun segera mengecek ponselnya untuk melihat jam. Itu pukul sepuluh pagi. “Kau tidur selama satu jam lebih.”“Masih tiga jam lagi.” Abigail mengucek mata. “Apa kau merasa lelah? Biarkan aku yang menyetir sekarang.”Benjamin terkekeh kecil saat dia menggeleng. “Aku tidak lelah. Lagipula, membiarkanmu menyetir sama saja masuk ke lubang buaya.”“Apa maksudmu?” Abigail mengangkat kedua alisnya menatap Benjamin karena merasa bingung dengan perumpamaan kata yang pria itu lontarkan.“Perempuan kurang piawai dalam berkendara. Buktinya sudah banyak terjadi di mana-mana.”Abigail setuju dengan itu. Selain payah dalam memasak, ia juga payah dalam hal berkendara. Ketika mobil yang Abigail tumpangi mulai masuk ke jalanan jauh dari pemukiman warga, perutnya mulai keroncongan, alhasil itu membuat suara yang mampu di dengar Benjamin.Benjamin menoleh, lalu tertawa kecil. “Kau lapar, Abby? Bertahanlah, kita akan makan tiga puluh menit lagi.”Abigail hanya mengedikkan bahu, wak

  • Teman Sekamar Selebriti (Indonesia)   Trip to Chianti and Love

    “Aku sudah siap.”Saat Benjamin sedang berbicara dengan penjaga rumah untuk memperketat keamanan mansion, dia menoleh saat mendengar suara istrinya di balik punggung. Sekarang, dia menatap secara terang-terangan Abigail yang tampak anggun di balik gaun selutut merah muda bermotif floral dengan simpul pita di sekitar leher. Okay, Benjamin mungkin terlihat konyol karena menatap istrinya tanpa berkedip karena demi Tuhan, dia seolah melihat sosok Dewi turun. Sebenarnya, Benjamin sudah tahu bahwa istri kecilnya memang cantik, tetapi Benjamin tidak akan pernah cukup mengakui itu sekali. Dia akan mengatakan itu berulang kali setiap kali menjumpai Abigail.Sejak dua tahun tidak berjumpa, sekarang waktunya Benjamin menebus semua waktu yang ia lewatkan dengan berlama-lama memandangi perempuan itu.Abigail mencebikkan bibir sambil berjalan menuju tempat di mana Benjamin berdiri. “Kenapa malah diam saja? Aku bilang, aku sudah siap.”Benjamin mengerjap, lalu membuang muka ke arah Bugatti-nya. “Y-y

  • Teman Sekamar Selebriti (Indonesia)   Dinner with Authoritarian Husband

    Abigail merasakan jantungnya berpacu tiba-tiba. Dia menatap Benjamin yang tertawa kecil duduk di atas sana sambil mengamati Abigail dengan tatapan nakalnya. Seharusnya, Abigail menyadari bahwa Jeremiah memiliki tato dengan gambar bunga teratai di tulang rusuknya, sedangkan yang berada di depan Abigail tidak memiliki tato apa pun di tubuhnya yang terbentuk dengan otot-otot di perutnya.Abigail merasa malu dengan penampilannya sekarang, sebab pakaian renangnya terasa terlalu ketat dan itu mampu menampilkan lekuk tubuhnya. Benjamin turun dan ikut bergabung di dalam air bersama Abigail saat berkata, “Yes, it's me, your husband.” Abigail tidak tahu dia harus apa, dia tidak pernah menyangka bahwa Benjamin akan pulang setelah dua tahun. Namun, sekarang di sinilah pria itu. Berjalan dengan perlahan, tapi pasti ke arah Abigail tanpa melepaskan pandangan dari wajah istrinya. Abigail tidak ingin melihat Benjamin, tetapi dia juga sangat menginginkan pria itu pulang. “Kenapa kau pulang? Kupikir

  • Teman Sekamar Selebriti (Indonesia)   Husband's House

    Nada frustrasi terdengar jelas saat Abigail hampir mencapai ganggang pintu, tetapi di detik berikutnya ia membelalakkan mata melihat seseorang di balik pintu tersebut. Abigail menguatkan diri saat memanggil namanya. “Benjamin.” Tidak angin, tidak ada hujan, tidak ada badai, tiba-tiba Benjamin Marchetti pulang setelah dua tahun lamanya. Abigail memandang suaminya, terlalu bingung dan terkejut sehingga ia tidak mampu menangis. Sakit hati kembali memenuhi dada Abigail mengingat kepingan-kepingan kejadian yang dia lihat saat Benjamin dan Monica memasuki hotel paling ternama di Napoli. “Aku tahu kau merindukan Benjamin, tapi aku Jeremiah, Kakak Ipar.” Suara tawa yang renyah keluar dari bibir pria tinggi berkaos singlet, yang memiliki kulit sewarna tembaga hasil dari sentuhan sinar matahari. Mendengar suaranya dia memang Jeremiah Marchetti. Suaranya rendah dan berat, itu ciri khas dari Jeremiah, saudara kembar Benjamin Marchetti yang bekerja sebagai penjaga pantai. Dia sebenarnya berpot

  • Teman Sekamar Selebriti (Indonesia)   Back to Reality

    Abigail membenci fakta bahwa hari liburnya telah berkahir, sampai-sampai ia tidak bersemangat untuk pergi bekerja. Sayangnya, Abigail masih membutuhkan pekerjaannya untuk membiayai kebutuhan hidupnya, apalagi sisa beberapa bulan lagi dia dan Benjamin Marchetti akan bercerai. Itu artinya, Benjamin sudah tidak mempunyai kewajiban memberi nafkah pada Abigail. Begitu sampai di bilik meja kerjanya, Abigail sudah disuguhi gosip yang dibicarakan teman kantornya, Clara dan Sylvie. Mereka berdua penyebar gosip di penjuru Italy Press Agency. Abigail tidak pernah suka mereka, tetapi itu bukan berarti Abigail akan menjaga jarak dari mereka karena mereka juga yang mengisi hari-harinya selama di kantor.“Astaga, lihatlah foto ini. Benjamin dan MJ ada di Paris!” pekik Clara sambil memperlihatkan foto Benjamin dan MJ atau Monica Jaquetta di kelab Palais Maillot Paris yang tersebar di seluruh Instagram. “Apa yang kau pikirkan? Mungkin mereka sedang mencari tempat untuk seks yang panas?”Clara, perem

  • Teman Sekamar Selebriti (Indonesia)   Flower for Flawless Wife

    "MEMILIKI TIDUR yang menyenangkan, Abigail-girl?" Abigail terkesiap, sontak ia menarik selimut tebal ke atas hingga menutupi dada telanjangnya. Ia menggosok mata merusak riasan yang ia buat selama hampir satu jam hanya untuk memastikan apa yang ia lihat bukan halusinasi. Namun, senyum menyebalkan yang mengisi bibir pria itu jelas nyata. Artinya, Benjamin Marchetti memang sedang berdiri di depan sana sambil mengancingkan kemeja putih yang dengan tidak senonoh memamerkan otot-otot hasil olahraga pria itu. Ya Tuhan, semoga Abigail tidak bermimpi melihat seorang Benjamin Marchetti memakai pakaiannya sendiri mengingat reputasi gemilang pria itu sebagai aktor. "Berengsek, kau memperkosaku?!" "Kenapa dari semua kosa kata yang ada kau memilih kata memperkosa? Aku jelas masih suamimu, Abigail Marchetti." Benjamin tersenyum seakan ia memenangkan lotre, tetapi jauh lebih dari itu ia memang berhasil mengambil sesuatu yang Abigail pertahankan sejak 20 tahun lamanya dan hanya diperuntukkan untu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status