"May, abis ini ada acara nggak? Temenin aku fitting gaun yuk!" Ajak Marissa begitu jam kerja kantor berakhir.
"Pengen sih, tapi nggak bisa. Aku ada acara lain.""Eh? Tumben-tumbenan ada acara lain, malem-malem lagi! Wah! Jangan-jangan kamu sudah punya pawang ya?""Apaan sih Kaksa? Nggak jelas!""Yahhh kirain kan... Ya sudah deh, selamat bersenang-senang Mayleen-ku yang cantik!" Marissa mencubit kedua pipi Mayleen gemas, dan berlalu pergi begitu saja.Mayleen masih punya waktu sekitar 2 jam lagi sebelum pertemuan itu berlangsung. Mayleen akan menggunakan waktu yang tersisa itu untuk mempersiapkan dirinya sebaik mungkin, dan membuat rencana papanya gagal.Intinya, Mayleen tidak siap dengan pernikahan yang selalu diusulkan oleh papanya. Dan ini hanyalah satu-satunya kesempatan baginya untuk bisa menggagalkan rencana itu.Mayleen mengunjungi beberapa toko baju terpopuler di dekat kantornya.Dia mencoba satu per satu pakaian yang ada di tempat itu. Kemudian memilih satu yang menurutnya paling cocok untuk dia kenakan di pertemuan pertama itu.Mayleen memilih dress dengan potongan asimetris berwarna silver yang minim dan sangat ketat. Bahkan lekuk tubuhnya bisa terlihat dengan jelas."Orang itu nggak akan suka penampilan seperti ini. Aku yakin soal itu! Lagipula siapa yang bakal tertarik dengan wanita yang berdandan seperti jalang?" Desis Mayleen saat menatap dirinya sendiri di pantulan cermin. Terkekeh dengan ide konyolnya sendiri.Untuk sementara, Mayleen akan mengenakan blazer panjang dan menutupi bagian terbuka dari tubuhnya. Dia tidak mungkin berjalan dengan pakaian seminim itu dijalanan, bisa-bisa dia diganggu dan dibawa oleh para preman yang biasa nongkrong dijalanan!Tak lupa, dia juga datang ke salon untuk memoles riasannya.Ring... Ring... Ring....Ponselnya berbunyi tepat setelah Mayleen menyelesaikan make up flawlessnya. Mayleen memilih tipe make-up bold dan mebubuhi bibirnya dengan lipstik red-wine yang menggoda.Lagi, Mayleen berencana untuk menciptakan kesan 'nakal dan gila' pada pertemuan ini."Jangan lupa datang! Papa akan kirimkan alamatnya." Kata David dari seberang telepon."Iya, Alen berangkat sekarang."***Mayleen celingak-celinguk mencari reservasi mejanya. Berdasarkan pesan dari papanya, pertemuan ini akan dilangsungkan di meja nomor 2."Permisi, meja nomor 2 ada dimana ya?" Mayleen yang sudah putus asa dengan pencariannya sendiri pun memutuskan untuk bertanya pada waiter yang ada disana."Ada diujung sana, mari saya antar." Dengan ramah, waiter tadi mengantarkan Mayleen ke tempat tujuannya.Mayleen dibuat terkejut dengan figur yang tertangkap oleh matanya."Papa pasti sudah gila!" Tubuh Mayleen melemas hanya karena melihat sosok itu.Maksudnya, seputus asa apapun David, tidak seharusnya dia menjodohkan putrinya sendiri dengan seorang pria yang sudah berumur!Dari penampilannya, mungkin pria itu sudah mencapai usia 70an tahun!Tapi karena sudah terlanjur sampai sini, Mayleen akan melunasi kewajibannya untuk menemui pria itu.Mayleen kemudian duduk di depan pria itu sambil merasa canggung. Dia juga terus berusaha menutupi bagian-bagian tubuhnya yang banyak terekspos dengan memanfaatkan blazernya.Untung saja tadi Mayleen terpikir mengenakan blazer panjang, jika tidak, apa yang akan orang lain katakan tentang dirinya?Sudah berpakaian seksi, bertemu dengan pria tua pula!Saat ini, Mayleen berada dalam restoran mewah dengan pria tua yang sudah beruban. Semua orang pasti akan menganggapnya sebagai perempuan selingkuhan, atau wanita simpanan.Mayleen memijat pelipisnya karena merasa frustasi dengan situasinya sendiri."Mayleen, kan?" Pria itu mulai membuka percakapan. "Saya Monrow Magistra."Mau tidak mau, Mayleen menyambut uluran tangan itu, "Mayleen."Segera setelah itu, dia langsung melepaskan tangannya."Eemmm... Mungkin Anda tahu, papa saya memang mengirim saya kesini, tapi bukan berarti saya bakal langsung setuju dengan rencana pernikahan itu." Mayleen blak-blakan mengungkapkan keinginannya."Sepertinya ada salah pah---"Belum rampung pria itu mengucapkan kalimatnya, Mayleen buru-buru memotongnya. "Dari awal saya tidak berencana untuk menikah. Apalagi kan gap usia kita terlalu jauh ya, jadi saya hanya akan menunaikan kewajiban saya pada papa saya untuk menemui Anda.""Oh, dan jangan salah paham, saya bersikap seperti ini karena ingin menegaskan segalanya di awal. Mungkin akan terdengar kasar, tapi saya ingin melindungi keinginan saya sendiri." Lanjut Mayleen.Pria 3/4 abad yang duduk di hadapannya itu malah tertawa dengan sikap yang Mayleen tunjukkan padanya.Tidak ada tatapan tak suka sama sekali. Malahan, dia terlihat sangat tertarik dengan Mayleen.Astagah! Usia mereka terpaut sangat jauh! Bahkan, pria bernama Monrow itu lebih tua 10 tahun dibandingkan dengan David. Bagaimana bisa David menjodohkan putri semata wayangnya dengan pria yang usianya bahkan lebih senior daripada dirinya?Sudah jelas, David pasti sudah gila!Mayleen tak henti-hentinya mencaci papanya di dalam hatinya. Sampai detik ini, dia masih tidak percaya dengan apa yang direncanakan oleh papa kandungnya sendiri.Menjodohkan katanya? Masih mending jika pria yang dijodohkan dengannya tampan dan kaya raya.Bukan, akan jauh lebih baik jika usianya lebih muda dari ini.Otak Mayleen tak bisa memproses situasinya sendiri!"Duh, gimana ya? Saya dan papa kamu sudah sepakat untuk mengadakan pernikahan minggu depan. Sepertinya kamu tidak punya pilihan lain." Kata Monrow yang berusaha menyembunyikan sudut senyuman di bibirnya.Rupanya Monrow senang menghadapi lawan bicaranya kali ini. Di mata Monrow, Mayleen terlihat sangat atraktif. Itu karena Mayleen berbeda dari perempuan manapun. Semua orang yang pernah ditemui Monrow selalu mengincar harta kekayaannya yang tak akan habis dalam 7 turunan!Tak peduli meski usia mereka jauh, wanita-wanita lain akan tetap menerima lamaran Monrow apapun kondisinya. Yang pasti, mereka semua mengejar harta milik Monrow.Namun Mayleen, dia sudah langsung menolaknya di pertemuan pertama. Dan lagi, Mayleen sangat berani menantang apa yang bukan menjadi keinginannya."Jangan bicara sembarangan. Meski jika kalian sudah bersepakat soal itu, saya akan menolaknya." Tegas Mayleen.Sungguh, dia tidak ingin menghabiskan sisa hidupnya menjadi istri pria kaya namun tua bangka seperti Monrow!"Hahaha! Lucu sekali!" Reaksi Monrow sangat berbeda dengan apa yang dibayangkan oleh Mayleen.Sebelumnya, Mayleen berpikir jika sikapnya itu akan langsung membuat lawan bicaranya malas karena terlalu kasar."Apanya yang lucu?" Wajah Mayleen berubah serius. Tidak pernah sekalipun dalam hidupnya, sikap kasar yang dia tunjukkan memperoleh predikat lucu dari orang lain.Memang, lawan bicaranya kali ini benar-benar unik! Mungkin karena sudah menjalani hidup lebih dari setengah abad, makanya dia bisa begitu santai menghadapi wanita seperti Mayleen?"Jangan salah sangka dulu. Yang harusnya bertemu dengan kamu itu bukan saya, tapi putra saya. Saya hanya sedikit mengikuti permainan kamu, karena saya pikir kamu lucu."Apa itu tadi? Mayleen kembali dibuat terperangah di sana. Dia sudah sangat bingung dengan situasi yang terjadi padanya. Pertama, papanya memaksanya untuk menemui seorang pria pilihannya. Kedua, orang yang ditemuinya itu ternyata adalah pria yang sudah berumur. Dan terakhir, kejutan lain dikatakan oleh pria ini secara langsung, jika orang yang perlu Mayleen temui saat ini bukanlah dirinya, melainkan putranya.Ini bahkan terjadi di hari yang sama!"Oh itu dia datang!" Monrow menunjuk ke arah pintu masuk. Mayleen secara otomatis membalikkan badannya agar bisa melihat sosok yang katanya harus ditemuinya itu.Matanya kembali dibuat tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Dari semua orang, kenapa harus dia?!"Devin! Disini!" Monrow berteriak memanggil sosok yang masih berdiri kebingungan di depan pintu."Oh... Aku nggak tahu kalau aku se-brengsek itu..." Keluh Devin atas umpatan Mayleen. Dia memang tidak mengambil hati atas perkataan yang Mayleen ucapkan. Mau dibilang brengsek, kurang ajar, atau yang lainnya, dia tidak sakit hati kalau yang mengatakannya adalah Mayleen. Karena dia tahu betul, jika Mayleen tidak benar-benar mengatakannya dari hati. Devin sekadar menanggapinya sebagai guyonan untuk menenangkan Mayleen."Kenapa mesti selingkuh sih? Sama cowok lagi! Ah sialan!" Cerocos Mayleen."Ummm.... Kamu suka cewek?" Tanya Devin dengan konyolnya."Dih! Apaan sih nggak jelas!""Tadi bilangnya selingkuh sama cowok?""Ah bodoh banget!" Mayleen kembali merutuki kesialannya. Betapa bodohnya dia yang sudah menyukai pria seperti itu. "Kenapa bodoh banget sih!""Mau cerita lebih jauh?" Tanya Devin menenangkan. Barangkali Mayleen butuh teman cerita, pikirnya."Kenapa gitu loh?! Padahal hari sebelumnya bilang suka, terus di hari yang lain bilang sukanya ke
Mayleen tidak sanggup melihatnya lagi. Hubungan mereka semakin intens dan itu membuat mata Mayleen merasa kotor untuk sekadar menontonnya. Dia merasa seperti sedang melihat adegan dewasa yang tidak senonoh.Di saat seperti ini Mayleen bingung harus bereaksi seperti apa. Apakah dia harus marah karena secara tidak langsung Farel sudah berselingkuh darinya. Atau harus merasa lega karena tak perlu memberikan jawaban atas ungkapan perasaan pria itu.Rasanya campur aduk. Kecewa, marah, juga bingung.Walaupun ini tergolong sebagai bentuk perselingkuhan, tapi tetap saja dia tidak bisa berbuat apa-apa.Andai saja selingkuhan Farel adalah seorang wanita, dia pasti sudah nyelonong masuk ke dalam sana tanpa berpikir panjang. Melabrak, niatnya.Tapi situasinya lain.Untuk saat ini, Mayleen hanya bisa menjauh pergi dari tempat kejadian.Dengan pikiran yang kosong, tubuhnya bergerak sendiri ke arah lift untuk turun ke lantai 1. Pokoknya, dia harus menjauh dari area kantor. Itu adalah perintah yang o
Rampung dengan kegiatannya merapikan meja kerjanya, Mayleen bersiap pulang ke rumahnya. Tentu setelah ia mengantarkan kunci loker itu dan mengambil kembali mobilnya di bengkel.Huft….Mayleen menarik nafasnya panjang. Berharap tidak ada hal yang terjadi padanya saat dia menemui Farel nanti.Perusahaan ini cukup ketat dengan jam kerja karyawannya. Begitu jam kerja usai, semua karyawan bisa langsung pulang ke tempatnya masing-masing. Kalaupun lembur, itu hanya untuk proyek besar yang perlu penanganan khusus.Tidak heran jika di jam kerja seperti ini, cukup banyak ruangan yang sudah ditinggalkan penghuninya.Mayleen menyusuri koridor di lantai 4 untuk mencapai ruang kerja milik Fajar. Jaraknya dari meja kerjanya tidak terlalu jauh. Hanya butuh sekitar 2-3 menit untuk berjalan kaki.Namun langkah kakinya terhenti di depan toilet pria. Dia mendengar sesuatu yang sangat mengejutkannya, tak pernah dia sangka sebelumnya.“Gimana? Katanya sudah nembak Mayleen dari Departemen sebelah kan? Diter
“Okay, karena kamu juga panggil aku pakai nama, jadi aku bisa bersikap lebih santai kan?”Mayleen memutar bola matanya kesal. Rasanya tak ada sedetikpun dalam hidupnya yang terasa tenang setelah dia bertemu dengan Devin waktu itu.Selalu saja ada hal yang mengesalkan dan membuatnya frustasi.“Bisa nggak sih, nggak harus ganggu aku? Masalah panggilan aja dibikin ribet!” Mayleen mengutarakan apa yang ada di dalam hatinya.Berbeda halnya saat berada di suatu tempat dengan orang lain, Mayleen cenderung mudah untuk mengeluarkan uneg-unegnya pada mereka. Mayleen adalah tipe orang yang ceplas-ceplos saat berbicara dengan orang lain.tapi entah bagaimana, jika orang itu adalah Devin, dia selalu merasa kesulitan untuk melakukan hal itu. Seakan ada sesuatu d
Setibanya di lantai 4, Mayleen buru-buru melakukan absen. Dia benar-benar melakukannya tepat waktu! Meski cukup mepet, hanya kurang beberapa detik lagi sebelum alat itu tidak bisa menerima scan sidik jarinya.Untuk situasi ini, Mayleen merasa bersyukur telah menerima bantuan dari Devin. Walaupun dia tidak mengharapkannya.“Ayo Kaksa, duduk sebentar.” ajaknya kemudian.Marissa mengikutinya di belakangnya tanpa menjawab apapun.“Duh! Tahu nggak? Sejak Kaksa cuti, kerjaanku jadi makin banyak tahu! Apalagi aku yang mesti setor kerjaan ke ruangan si onoh! Bener-bener kayak di neraka rasanya!”“Hush! Jangan ngomong sembarangan!” peringat Marissa.Mayleen ini memang tipe-tipe orang yang asal ceplos sesuai dengan isi hatinya. Kerap kali dia tidak bisa mengontrol mulutnya sendiri untuk tidak berkata hal yang buruk tentang orang lain, tidak peduli bagaimana situasi dan tempatnya.“Aduh tapi gimana ya, May?” Marissa mendahului jalan Mayleen, ia lantas menarik salah satu kursi kerja di dekatnya d
"Padahal awalnya kamu usil banget, pake segala ngusulin Bed Date. Eh.... Sekarang jadi ketus gitu," pernyataan Devin sontak membuat mata Mayleen membulat.Mayleen sudah sangat malu untuk mengingat kecerobohannya waktu itu. Sok-sok an ini jadi wanita jalang agar dibenci oleh lawan kencan butanya, tapi malah berdampak sebaliknya.Apalagi saat Devin menyinggungnya seperti ini, rasa malu yang dia rasakan menjadi berkali-kali lipat!Ingin sekali Mayleen menghilang saja dari bumi ini, saking malunya saat ini.Tapi Mayleen akan bersikap acuh terhadap pernyataan itu. Gengsi lah kalau dia ciut setelah semua yang terjadi."Oh! Itu cuma tes aja." Jawab Mayleen sedikit gugup. Mau sekeras apapun dia berusaha menutupinya, rasa gugup itu tidak bisa menghilang begitu saja."Tes buat apa?""Ya..." Mayleen berusaha keras mencari alasan yang paling masuk akal untuk situasinya, hingga akhirnya dia mengatakan, "tes buat cek aja, cowok yang papa kenalin itu brengsek apa enggak. Main cewek atau enggak.""Te