Share

3. Cantik Berkilau

Dini datang ke rumah sesaat setelah sarapan selesai. Rosaline mendengus melihat temannya datang ke rumahnya sepagi ini.

“Masih jam delapan. Emang kamu mau berangkat ke kantor?!” ketus Rosaline. Ia menatap sebal Dini seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

“Ya kan kita juga butuh banyak waktu, Rose.” Tanpa dipersilakan masuk, Dini sudah memasuki rumah.

“Hai, Kak Dini,” sapa Jasmine. Sifatnya yang ceria dan humble membuat ia cepat kenal dengan orang. Apalagi dengan Dini yang sering datang ke rumahnya.

“Hai, Jas. Kamu mau ikut ke salon sama kita nggak?” tawar Dini.

“Jangan panggil aku jas dong. Emangnya aku jas hujan,” dengus Jasmine membuat Dini dan Rosaline tertawa.

“Iya deh iya, nanti aku manggil kamu Jasmine. Btw kamu mau ikut kita berdua ke salon nggak?” tanya Dini sekali lagi.

“Mau dong. Apalagi kalau dibayarin,” sahut Jasmine dengan wajah yang berseri-seri.

“Ya udah sana kalian berdua aja yang pergi. Aku mau di rumah aja. Lagian ngapain pakai ke salon segala, orang cuma mau pergi ke acara reuni kok,” ucap Rosaline.

“Yaahh kok gitu sih, Rose. Aku udah jauh-jauh ke sini lhoh,” ucap Dini.

“Siapa suruh kamu datang ke sini,” dengus Rosaline.

“Ayolah, Kak. Ikut yuk, aku juga pengen ke salon.” Jasmine memohon dengan wajah memelasnya seraya bergelayut manja di tangan Rosaline. “Ayo, Kak.”

“Iya ... iya!” seru Rosaline.                               

“Yes!” seru Jasmine.

“Mama dikasih tahu dulu, Mama diajak sekalian. Sana siap-siap, setelah itu turun sama bawain tas sama dompetku sekalian,” ucap Rosaline.

“Iya.” Jasmine langsung berlari menuju ke lantai atas.

“Jasmine, sudah berapa kali mama bilang kan, jangan lari-lari di dalam rumah!” seru Mardina.

“Iya, Ma!” seru Jasmine yang kini sudah berlalu pergi.

“Mama, kebetulan Mama ada di sini. Dini mau ajak aku sama Jasmine ke salon, Mama ikut juga yuk,” ajak Rosaline.

“Enggak ah, mama di rumah saja,” sahut Mardina.

“Ikut juga nggak pa-pa, Ma. Sekali-sekali Mama kan juga butuh ke salon untuk memanjakan diri. Selama ini kan Mama sibuk di dapur dan mengurus kita semua di rumah,” timpal Benjamin yang kini sudah berdiri di belakang Mardina.

“Engak ah, Pa. Mama kan udah tua,” sahut Mardina.

“Ayolah, Tante ...,” ucap Dini.

“Ya udah deh. Mama siap-siap dulu kalau begitu.” Mardina tersenyum lalu berjalan memasuki kamarnya.

“Duduk dulu, Din. Biar Bik Lastri bikinkan kamu minum,” ucap Benjamin.

“Iya, Om,” sahut Dini.

“Ayo, Kak. Aku udah siap,” seru Jasmine.

“Bentar tunggu Mama dulu.”

“Mama udah siap kok. Ayo kalau gitu,” ajak Mardina.

“Pa, mama pergi dulu. Papa di rumah sendiri nggak pa-pa kan?” tanya Mardina pada suamnya itu.

“Iya, Mama santai saja di sana. Nikmati hari Mama,” sahut Benjamin.

“Pakai mobil aku aja dari pada kamu harus keluarin mobil sendiri.” Ucap Dini saat mereka sudah berjalan ke luar rumah.

“Iya.”

***

Sampai salon Rosaline begitu kuwalahan dengan permintaan Dini yang menginginkan dirinya melakukan perawatan ini dan itu. Temannya ini seolah sedang mengerjai dirinya karena ia merasa canggung melakukan perawatan di salon kecantikan seperti ini. Bukan ia tak mampu membayar tagihan salon kecantikan tapi karena ia memang tak ingin ribet dan tak ingin membuang waktu berharganya untuk hal yang menurutnya sepele seperti itu. Padahal tanpa ia sadari mempercantik diri itu salah satu hal yang penting bagi seorang perempuan. Apalagi bagi perempuan lajang seperti dirinya ini.

“Lihat wajah kamu, cantik kan?!” seru Dini saat mengajak Rosaline berdiri di depan cermin.

Rosaline takjub melihat pantulan dirinya di depan cermin. Ia tak menyangka bila hasilnya akan semenakjubkan ini. Wajahnya tampak bersih berseri dan ia juga melihat semakin cantik.

“Adhi nanti pasti terpesona lihat kamu cantik berkilau kayak gini,” ucap Dini tersenyum di sebelah Rosaline.

“Udah ah, ayo pulang,” ajak Rosaline.

Keempat perempuan itu pulang saat hari sudah mulai sore. Karena Rosaline dan Dini harus segera bersiap untuk menghadiri acara reuni pukul lima sore nanti.

“Jas, nanti-“

“Jasmine, Kak. Panggil kau Jasmine,” Jasmine memotong cepat ucapan Dini.

“Iya sorry. Jasmine, nanti aku pasrahin Rosaline sama kamu ya. Kamu harus dandanin dia supaya dia terlihat cantik dan mempesona,” ucap Dini.

“Ohh ... oke, Kak. Aku bakal dandanin Kak Rose seperti putri raja,” sahut Jasmine.

“Apaan sih kalian. Udah deh nggak usah pada lebay. Lagian nanti kan cuma acara reuni biasa,” sahut Rosaline dengan nada sebalnya.

“Mau biasa mau enggak, Kakak harus terlihat mempesona,” sahut Jasmine.

Rosaline hanya mendengus sebal mendengar percakapan antara adik dan temannya itu.

Dini menurunkan ketiga penumpangnya tepat di depan pintu gerbang rumah mereka, lalu setelah itu Dini kembali menjalankan mobilnya.

***

Meski Rosaline takjub dengan  pantulan dirinya di depan cermin tapi Rosaline merasa ragu dengan penampilannya saat ini. Apakah yang ia kenakan saat ini sudah pas ataukah malah terlihat berlebihan.

“Udah deh, Kak. Nggak usah ditarik-tarik gitu nanti gaun aku jadi sobek,” ucap Jasmine. Ia berkata demikian karena gaun yang dipakai kakaknya saat ini adalah gaun miliknya. Tadi saat sedang memilih gaun Jasmine merasa pusing karena ternyata kakaknya ini tak memiliki gaun yang pantas untuk menghadiri acara. Hanya ada beberapa gaun yang sudah sering dipakai kakaknya. Semua isi lemari kakaknya hanya ada pakaian kerja saja.

“Tapi pantes nggak sih aku pakai ini?” tanya Rosaline.

“Pantes Kak, pantes banget malah.”

“Udah cantik anak mama.” Mardina berdiri di ambang pintu yang kebetulan pintunya tidak tertutup.

“Beneran cantik, Ma?” tanya Rosaline.

“Iya. Udah sana turun, Adhi udah nunggu kamu di bawah,” ucap Mardina.

“Iya.” Rosaline berjalan menuruni anak tangga. Dengan hati berdebar ia berjalan menghampiri Adhikari.

“Adhi.”

Adhi mendongakkan kepalanya begitu ia mendengar suara Rosaline yang memanggil namanya. Adhi sampai membuka mulutnya lebar saat melihat penampilan Rosaline yang begitu berbeda dari biasanya. Biasanya ia hanya bisa melihat Rosaline dengan pakaian sederhana dan juga riasan yang tak terlihat karena hanya bedak tipis dan pelembab bibir yang kekasihnya itu pakai.

“Adhi, kamu kenapa kok malah lihatin aku kayak gitu? Kenapa, aku aneh ya?” tanya Rosaline malu-malu.

“Rose, kamu ... kamu sangat cantik. Aku bahkan sampai pangling dan nggak ngenalin kamu kalau saja kamu tadi nggak manggil namaku,” ucap Adhi dengan senyumannya yang mengembang.

“Ciee Kak Adhi sampai ngiler gitu lihat Kak Rose,” ucap Jasmine yang kini tiba-tiba berdiri di belakang Rosaline.

Adhikari tersenyum mendengar godaan yang keluar dari bibir Jasmine.

“Ayo berangkat,” ajak Rosaline.

“Jasmine, kita pergi dulu ya,” pamit Adhikari.

“Sudah mau pergi?” Tanya Benjamin yang kini berjalan beriringan bersama Mardina menuju ke arahnya.

“Iya, Om, Tante. Kita berangkat dulu,” pamit Adhikari.

“Hati-hati di jalan. Nikmati acaranya ya,” ucap Benjamin.

“Ma, Pa, kita pergi dulu,” pamit Rosaline.

“Ayo.” Adhi berdiri dari duduknya lalu berjalan mendahului Rosaline keluar dari rumah. Ingin rasanya ia menggandeng tangan kekasihnya ini, tapi sebisa mungkin ia menahan keinginannya itu karena ia tak banyak memiliki nyali untuk melakukan keinginannya di hadapan keluarga Rosaline.

Rosaline dan Adhikari berdiri di depan motor milik Adhikari. Rosaline bingung bagaimana cara menaiki motor dengan menggunakan gaunnya seperti ini.

“Adhi, aku nggak bisa naik dengan gaunku yang sempit ini,” ucap Rosaline.

“Iya, kamu benar juga.”

“Gimana kalau naik mobil aku aja?” ucap Rosaline ragu.

“Yaa udah. Ayo,” sahut Adhi.

“Aku ambil kunci mobilnya dulu.” Rosaline berbalik memasuki rumah. Ia mengambil kunci mobil setelah itu ia serahkan pada Adhikari.

Adhikari berjalan menuju mobil terparkir untuk mulai mengendarainya. Sedangkan Rosaline duduk di sebelah Adhikari. Adhikari menjalankan mobil menuju ke tempat di mana acara diadakan.

Sesekali Adhi menolehkan kepalanya melihat ke arah Rosaline. Penampilan Rosaline seakan membiusnya untuk tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari Rosaline.

“Kamu kenapa lihatin aku terus gitu? Jujur deh, aku kelihatan aneh ya?” tanya Rosaline.

“Enggak kok, Sayang. Kamu cantik banget. Bahkan kalau boleh aku mau menghentikan mobil ini saja dan hanya akan fokus melihat ke arah kamu. Dan aku juga rela kalau seandainya aku terkurung di sini selamanya sama kamu,” ucap Adhikari.

Rosaline menundukkan wajahnya seraya tersenyum malu-malu mendengar ucapan Adhikari yang penuh dengan rayuan gombal itu. Ditambah lagi kali ini Adhi memanggilnya dengan sebutan sayang.

***

                                                   

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status