Share

Chapter 17

Baik Rafa dan Mao keduanya masih sama sama terdiam. Deru tangis sang gadis menjadi alunan malam yang terdengar memilukan. 

Mao juga belum memberi penjelasan apa apa. Padahal Rafa sangat menantikan itu dan sengaja menekan sisi egoisnya untuk tidak pulang dan memilih mendengarkan alasan. Ia ingin sekali merengkuh Mao dan menenangkan tangisnya. Tapi, seakan ada yang menahan dan membiarkan begitu saja Mao dipeluk kehampaan. 

"Apa kamu hanya ingin menangis? Aku pulang saja kalau begitu,kasian Adam ditinggal seharian" 

Rafa menyerah. Detik ke menit yang sudah disediakan terbuang begitu saja. Ia butuh istirahat. Badannya butuh sandaran. Hatinya pun sama. Lelah. 

"Raf.. " Cicit Mao disela senggukan tangisnya. Ia merasa sangat bersalah. 

Mao terkesan menyepelekan sebuah hubungan. 

"Jangan per..pergi. Aaku mmau je..jelasin"

"Oke"

Keduanya sedang mempersiapkan diri. Mao yang bersiap untuk menuntaskan kesal

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status