Home / Urban / Tentang Mao / Chapter 1

Share

Chapter 1

Author: _MamsFa
last update Last Updated: 2021-05-09 05:07:29

     Siulan itu bersua bersamaan jejakan kaki yang berirama merdu keluar dari bangunan apartemen mewah. Ia begitu bersuka cita saat deretan digit fantastis tertera masuk melalui notifikasi m-bangking.

Entah bergelar sultan apa kliennya itu atau konglomerat dari bidang usaha apa, entahlah dan sungguh ia tidak peduli. Tugasnya selesai, dompet aman dan hatinya riang begitulah suasana sisa harinya yang ia habiskan malam ini dengan duduk lesehan ditemani makanan angkringan mulai dari usus goreng, nasi kucing,dimsum mentai, berbagai olahan sate, nasi bakar, bakso iga sapi larva dan makanan lainnya yang mampu menggugah selera laparnya berkali kali lipat.

Suasananya yang sehabis hujan memang membuat pengujung angkringan ini sedikit lebih ramai dari biasanya. Jajaran payung berwarna warni menjadi hiasan dengan percikan air hujan yang masih menjuntai alami. 

Mao,wanita berhati suka cita itu tengah duduk di pinggir tenda yang memperlihatkan jalanan luar dimana orang lalu lalang berlindung atap payung atau menerobos beralas tas atau apapun itu untuk menghalau rintik itu turun menghujam.

Fokusnya masih disana sampai sebuah notifikasi berbunyi dua kali yang lagi membuat ia tersenyum. Mao merasa hangat seketika meski sekarang hawanya sedang berhembus dingin. 

*Pelanggan room 385

Terima kasih nona, pelayanan anda sungguh memuaskan.

Majikan saya sangat menyukai anda. Oiya, ada tambahan bonus akan saya transfer segera. 

YESSS, REKENINGKU KIAN GENDUTTT SELAMAAAAT SAYANG, Mao berteriak histeris dalam hati. 

*Rafz

Baca pesan. Kamu dimana? Kenapa gak ada dirumah? 

Plis, jgn buat aku marah sama kamu! !!! 

Sebelum menarikan jarinya, tiba tiba saja pikiran Mao melalang buana membayangkan sosok seorang Rafan Malik Zaidan yang sudah hampir 5 bulan ini mengisi hari harinya. Perasaan senang karena mendapat bonus yang tidak diduga dengan cepat terkikis oleh bayangan yang memaksanya untuk kembali diputar. Dimana Mao yang terlalu lelah menghadapi dunia. 

Bukan, bukan karena dirinya yang terlalu memandang buruk dunia atau tidak bersyukur atas karunia Tuhan sehingga memunculkan statement tersebut. Tapi, mungkin saat ini tidak hanya Mao yang mengutip kata 'lelah', diluaran sana bahkan sudah banyak manusia yang sudah atau sedang berdiri diambang 'menyerah'. 

Tepatnya, sudah satu tahun berlalu. Semua tatanan kehidupan seakan bergejolak paksa saat virus tak kasat mata hadir secara membabi buta memburu siapapun yang ia kehendaki dengan rakus.

Rontaan kepedihan serta kehilangan seakan memberi warna baru yang menutup cahaya pelangi pengharapan terhadap dunia. Banyak manusia yang terdampar hingga mengais pilu demi meraih asa memungut keping keping pendar uang hanya untuk bertahan hidup. 

Rafa begitu sapaan akrab itu biasa terdengar. Pria baik hati dan oh jangan lupakan bentuk rincian wajahnya yang tergurat hampir mendekati sempurna dan proposi badannya yang memiliki kotak kotak menggiurkan, persis seperti oppa oppa yang keberadaannya sedang digandrungi pecinta drama korea, tak terkecuali Mao yang sangat menggilai salah satu personil boyband bahkan hampir tak pernah absen nonton siaran langsungnya dan jiwa fangirl nya akan muncul secara mengejutkan. 

Rafa Malik yang sudah memiliki followers di i*******m nya yang hampir 1 juta pengikut itu memilih menjalin hubungan dengan seorang yang pesimis terhadap dunia dan kepasrahannya terhadap sesuatu dibanding menjalin hubungan dengan wanita lain yang jelas jelas begitu mengagumi sosoknya.

Bahkan, setiap hari dm i*******m nya tak pernah absen sapaan mesra yang terkadang langsung diblokir nya tanpa ampun.

Kejam memang, namun begitulah adanya. Sok ganteng, tapi emang gantenggggg BANGET. Sok kecakepan, emanggggg cakep bangetttt duuuuuh duuuuuh. Bingung netizen julid harus bully apaaa! 

Pilihan introvert sejatinya tidak pernah berkenalan dengan kepribadian seorang Maudy atau Mao sapaannya. Sosok gadis periang,humble dan selalu menumbuh kembangkan sifat optimis. 

Namun, sayangnya semua hal positif yang pernah menjadi tameng sosok dirinya perlahan terkikis saat embun air matanya mulai menggenangi muaranya kala itu. 

Kehilangan keluarga satu satunya yaitu ibu yang meninggal karena terpapar virus dan yang lebih memilukan ia tidak bisa mencium, memeluk atau bahkan melihat untuk terakhir kalinya wajah damai sang ibu. Adalah hal menyakitkan bagi dirinya.

Beliau seolah tak bisa terjamah sekalipun meski seluruh dunia tau bahwa Mao adalah anak kandung satu satunya. Tempat dahaga mereguk kasih dan sayang itu telah pergi jauh dan gadis 24 tahun itu kehilangan arah. 

Belum selesai rasa duka itu terobati dan sampai kapan pun tidak pernah sembuh. Mao harus dihadapkan bahwa tempat kerjanya yang sudah berhasil membiayai kebutuhan sehari hari dengan sang ibu selama kurang lebih 3 tahun harus rela gulung tikar dan semua karyawannya di PHK tak kenal senior atau junior tanpa pesangon.

Pondasi sisa serakan kepingan hati yang belum selesai ia bangun kembali setelah ditinggal orang yang amat berharga dalam hidupnya, membuat Mao makin kian terpuruk. 

Kehilangan, hampa, kesedihan melebur hancur menjadi satu. Terseok hingga pincang hidupnya, Mao berusaha bangkit meski tertatih untuk kembali menyebar berbagai kertas lamaran namun sayang semua seolah sedang disibukkan dengan cara bertahan hidup didalam sebuah virus yang semakin merajalela.

Mao tersenyum pilu mengingat itu semua dan segera mengalihkan pandang saat dering handponenya sudah merengek untuk diangkat.

"Yaaak Maudy Malik! Apa jarimu sedang amnesia sehingga lupa huruf abjad dan berakhir mengabaikan pesanku!”

Mao mengerlingkan matanya. Rafa selalu saja menyematkan nama belakangnya seolah mereka adalah sepasang suami istri dimana sang suami begitu menghawatirkan istrinya yang tampak tak kunjung pulang ke istana.

Helooowww, macam anak abg saja! 

Biasanya jika mereka sedang berada jarak yang dekat, Mao sigap protes dan berakhir dengan cubitan maut yang mampir di perut lemak milik ke kasihnya itu. Perut lemak? Tentu tidak. Mao hanya tidak pernah mengaku jika Rafa memiliki badan yang bagus. Itu saja. 

"Mohon maaf pak. Anda sepertinya salah sam.. "

"MAUDYYYY! ASTAGA. Share lock sekarang atau handpone kamu aku pasang chip untuk dilacak"

"Huhuhu.. Dasar manusia tidak sabaran. ANGKRINGAN MENTAI LANGGANANKU!!"

"JANGAN MEMBENT .."

Tut.. Tut.. 

Mao tertawa perlahan membayangkan wajah murka sang kekasih dan segera menghabiskan minuman setelah itu ia memakai kembali masker berwarna lilac menunggu dalam beberapa menit kedepan, pemilik nama Rafa Malik Zaidan itu akan segera sampai dengan wajahnya yang marah tapi menggemaskan.

Tidak percaya? Sini cepetan kamu datang deh! 

Tak peduli jarak dekat atau jauh bahkan kalau harus ditempuh ber mil mil, pria itu akan mampu mencapai waktu dalam beberapa menit. Berani taruhan?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tentang Mao   Chapter 25

    Keduanya menoleh bersamaan pada sumber suara yang berada tujuh langkah didepan mereka. Adam menepuk kening. Ia lupa tujuan awalnya datang ke kamar abangnya.Lagi dan lagi. Salahkan Rafa yang berbuat seenaknya dan berakhir menyuguhkan pemandangan menyedihkan bagi Adam yang jomblo.Ketukan sepatu yang beradu lantai terdengar mendekat dan hanya menyisakan jarak tak jauh dari kakak beradik itu berdiri. "Ada apa ini? " Ulang orang tersebut. Belum sempat Adam menjawab, ada yang lebih dulu bersuara dengan nada dinginnya."Ada perlu apa? Sehingga anda repot repot datang kesini di pagi hari? "Keduanya beradu pandang. Menampilkan makna tersirat yang terlihat berselisih tanpa perlu diungkapkan.Seorang tamu tak diundang menampilkan senyum kecilnya yang hanya bertahan 2 detik lalu dikembalikan pada sisi wajahnya tegas dan seolah tak terbantahkan oleh siapapun. Tangan kanannya ia selipkan pada kantong celana yang lengkap berpakaian khas

  • Tentang Mao   Chapter 24

    Adam melongo di ruang tamu. Kegiatannya yang sedang menonton film kartun di jam setengah 7 pagi dengan sepiring pancake pisang terhenti. Sapaan selamat pagi yang dilontarkan sang lawan bicara pun ia gantung dan memilih lari terbirit birit ke kamar abangnya berada. "Astagaaaaa, masih pagi dan kalian mau ciuman aja? Plis donggg. Gak kasian apa sama gua yang masih jomblo! " Sungut Adam yang untuk kedua kalinya, berhasil mengagalkan padu kasih mereka. Jangan salahkan Mao yang masih mematung dengan kejadian kilat barusan. Rafa yang memang mengambil kesempatan di waktu yang menurutnya pas. Dasar lelaki! "Siaaaal. Kenapa muncul terus sih? Gak sekolah? Sana berangkat. Gausah ganggu orang dewasa! " Rafa mendorong badan Adam yang menurutnya minimalis dan jauh dari kata 'Macho' yang selalu berhasil membuat adiknya itu bertekad untuk memperbagus badannya dengan gym. Dan entah kapan itu terlaksana. Sampai saat ini aja, Adam masih og

  • Tentang Mao   Chapter 23

    Adam membuka pintu utama dengan lebar diiringi wajah panik sang kakak yang sedang menggendong Mao menuju kamar pribadinya. Ia yang tidak tau apa apa hanya mengekori dua pasangan insan tersebut untuk melihat apa yang terjadi.Direbahkannya Mao dengan penuh kelembutan setelah menyusun beberapa anak bantal untuk menambah kenyamanannya,melepas sepatu, mengurai rambutnya yang terlilit ikatan.Jika tidak dalam kondisi saat ini, Adam pasti sudah berteriak BUCIN terhadap abangnya dan mencibir habis habisan mereka yang selalu berakhir dengan Adam dan Rafa yang saling melempar sindiran bocah.Nasib memang Adam yang belum mau memiliki kekasih dan masih terlalu enjoy menikmati dunianya sambil menyelam bersama para game kesayangan. Padahal di sekolah banyak cewek cewek yang mencoba menarik perhatiannya dengan beragam cara dan selalu diabaikan."Hei sayang. Tenang ya. Tenang" Bisikan Rafa terdengar sebagai dendangan peri peri penolong yang

  • Tentang Mao   Chapter 22

    Mesin mobil Rafa baru dua detik lalu dimatikan. Ia bersiap mengantar Mao pulang kembali ke kosan di jam yang sudah hampir mendekati pukul 10 malam. Namun, iris matanya melebar saat melihat dua mobil ambulan berjajar tidak jauh dari mobilnya terparkir.Mao juga sedang fokus disana. Menurunkan setengah kaca mobilnya dan mendapati tiga orang berpakaian APD lengkap sedang mondar mandir."Maaf ada apa ya pak? " Tanya Rafa setelah turun dari mobil. Mendekati seorang bapak yang juga warga disekitaran sini."Satu keluarga ada yang terpapar virus mas. Itu mau dibawa petugas puskesmas ke rumah sakit"Rafa undur diri setelah mengucapkan terima kasih dan kembali masuk kedalam."Kenapa? Ada apa? "Mao terlihat panik. Petugas itu berdiri di dua rumah dari kosannya berada."Satu keluarga terpapar virus. Mungkin setelah pasien dibawa ke rumah sakit akan diadakan strelisasi dan swab untuk warga yang kontak dekat""

  • Tentang Mao   Chapter 21

    Masih lanjut dengan ke-bucinan Rafa yang berhasil meluluhkan Mao untuk bersantai dulu dan menikmati sarapan pagi yang hampir menjelang siang itu.Enjoy!Sudah berapa kali Rafa menegur sikap makan Mao yang terkesan tidak sopan. Berbunyi kecipak saat makan memang dinilai kurang baik bukan? Rafa ingat ajaran papahnya dulu saat Adam, adiknya makan dengan gaya yang berantakan.Namun, memang susah dan sudah tabiatnya dari sana. Mao hanya bisa menyengir kala mendengar dirinya sendiri berbunyi kecapan dengan Rafa yang hanya menggeleng pasrah."Percuma. Balik lagi kan? Udah deh nikmatin aja makananya. Enak bangetttt ini" Protes Mao sambil menyuapkan nasi goreng kambing ke mulutnya.Rafa sendiri hanya memesan kopi espresso. Mao sudah hapal, bahwa kekasihnya itu tidak bisa sarapan pagi meski satu jam lagi mendekati pukul 12 siang.Jika

  • Tentang Mao   Chapter 20

    let's enjoy!Sesuai agenda. Mao saat ini sudah berkeliling supermarket dengan dorongan belanja yang sudah hampir memenuhi isinya. Bahkan, hal yang menurutnya tidak termasuk kedalam belanja bulanan ikut serta ambil bagian.Awalnya, Mao hanya ingin berbelanja di warung seperti yang selama ini menjadi kebiasaannya, lagipula jarak yang ditempuh hanya beberapa rumah warga saja tapi semua mendadak berubah haluan.Ulah siapa lagi memang, kalau bukan kekasihnya itu yang merengek meminta ikut, setelah Mao mengirimkan pesan singkat. Padahal seharusnya kekasihnya itu sudah berada dikantor, bukan berleha menemani belanja.Ya, sejak semalam.Mao sedang belajar mencoba merubah sikapnya untuk terbuka di hubungan ini. Ia tidak lagi ingin bersikap apatis, semaunya dan jujur terhadap apapun. Ia ingin hubungan ini berjalan semestinya. Simbiosis mutualisme."Mao, coba deh wangi kan? Cocok nih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status