Share

Chapter 2

Hasil dari main kejar kejaran versi Mao dan Rafa kemarin berujung pada pembebasan Mao dalam melakukan kegiatan apapun menjadi sangat sulit dan ruang geraknya selalu mudah terbaca.                        Katakanlah pria ber-zodiak capricon itu kekasih yang overprotektif dan super nyebelin yang sukses membuat Mao badmood seharian ini. 

"Mao.. " panggil Rafa yang sedang lelah mengganti channel tv namun sepertinya siaran yang diinginkan tidak ada yang bagus dan berakhir menekan tombol merah. 

"Hm"  tetap pada usaha merajuknya dan tidak menoleh sedikitpun. Pura pura memainkan permainan cacing yang sama sekali tidak menaikkan moodnya. 

Oh ayolah. Ini bukan waktunya hari libur. Mao harus bekerja dan menyuapkan rekeningnya supaya tetap gemuk dan bukan berakhir didalam kosnya yang tidak seluas milik Rafa yang bangunan rumahnya dirancang khusus oleh arsitek negeri jepang.

Mao jadi teringat saat dirinya mengagumi desain rumah mewah itu saat pertama kali diajak bertandang dan Rafa bercerita tentang arsitek yang didatangkan langsung dari negara doraemon membuat Mao seketika mencibir.

Pekarangan rumahnya yang mirip hamparan luas penghijauan daerah puncak dengan atap yang otomatis bisa diatur sesuai keinginan, kolam yang memiliki berbagai spesies ikan dan berukuran gemuk gemuk selalu mengundang Mao untuk mengambil butiran makanan ikan yang tersaji, dilemparkan ke kolam sehingga mengundang atensi untuk saling berebut berhasil mengundang senyum antusias.

Pintu geser dengan bahan dasar kayu berkualitas tinggi dengan kunci keamanan fingerprint akan dijumpai dilantai kedua dimana kamar kamar pribadi berada, sehingga tidak memudahkan orang asing untuk masuk ke area pribadi. Dan, berbagai fasilitas serta kemegahan lainnya yang berhasil membuat Mao seketika melongo dan iri bersamaan. Ya,Rafa berasal dari orang berada bahkan kalau jaman sekarang hitsnya adalah Sultan.

Sultan yang pacaran dengan gadis miskin. Kasihan. Wajah rupawan bak boy band serta latar belakang yang mumpuni seharusnya ia bisa menggaet gadis gadis cantik yang pintar bersolek dan bukan menjalin hubungan dengan Mao yang hanya sebatang kara dengan pekerjaan yang masih dianggap sebelah mata.

Entah sebuah peruntungan yang bagus untuk Mao atau Rafa yang sedang ketiban sial. Itulah isi pemikiran seorang Mao yang masih tidak percaya bahwa sosok disampingnya ini adalah kekasihnya. Selain introvert ia juga terlalu insecure. Benar bukan? 

"Aku berencana menyewa bodyguard"

"Oh ya, bagus dong"

"Kamu setuju? "

Mao melemparkan handponenya keatas tumpukan bungkusan makanan dan menyenggol tepat kuah mie sehingga memunculkan percikan bulat bulat di layarnya. Tindakan itu tak ayal membuat Rafa harus bersusah payah menggelengkan kepala melihat tingkah kekasihnya itu. 

"Tentu. Adik kamu itu kan suka membolos dan pergi bermain game. Bila perlu raf, cari bodyguardnya yang sangar. Duh aku lagi membayangkan wajah pias Adam pasti lucuuuu hihi.. "

"Adam? Bodyguard itu buat anda nyonya Malik"

Mao membulatkan matanya dan mendaratkan sentilan kecil di dahi mulus lawannya secara spontan.

"Yaaaaaaaaaaaaak. Aku bukan tawanan Rafa. Tolong JANGAN BERLEBIHAN" sengaja Mao memberi penekanan pada dua kata terakhir supaya kekasih tampannya itu segera sadar dan mengurungkan niat gilanya tersebut.

"Kalau begitu kita menikah saja. Jadi kamu gak perlu keluyuran segala macam tanpa ada yang mendampingi. Asal kamu tau Mao,diluaran sana banyak orang jahat dan kamu masih terlalu polos untuk itu"

Rafa berucap tulus sambil harap harap cemas akan jawaban Mao yang langsung menolak mentah mentah dan ternyata dugaannya benar ketika ucapannya tidak mendapat sambutan baik.

Mao berdiri dan berkacak pinggang siap memuntahkan semua argumennya,tapi yang terjadi adalah sikap Mao yang berubah sendu dan kembali duduk. "Kamu baru kenal aku beberapa bulan ini. Kita pacaran dan sekarang kamu berlaga sok ngatur aku harus begini begitu. Kamu belum kenal aku seutuhnya Rafa. Aku gak sepolos yang kamu kira"

Diajak nikah dengan pujaan hati sekaligus seseorang yang telah menyelamatkan kamu dari pesimis dunia adalah suatu penghargaan tertinggi. Dan, tentunya Mao yang mendapat kesempatan itu ingin rasanya berteriak " YES, I WILL" atau "AKU MAU RAFA. AKU MAAAAAAAAU" Tapi sayang, keinginan itu hanya bisa ia telan tanpa sigap untuk bersuara. 

Ada hening yang menari diantara mereka. Menyelam khusyu dengan perasaan hati keduanya seperti berada di tengah lautan, terombang ambing dalam bentuk ketidakpastian takdir. Mao harus menyadari sebuah kenyataan dan tak ingin Rafa terburu buru dalam mengambil keputusan besar dan berakhir penyesalan.

Pergulatan pikiran juga merasuk isi otak pria dua bersaudara itu. Seakan ada yang mengganjal dari kata per kata yang disampaikan. Namun entah apa yang tersirat, Rafa hanya berharap bahwa hubungan keduanya masih dan akan terus baik baik saja. 

"Maaf. Apa aku kelewat batas Mao? "

Rafa mengamit pundak Mao untuk duduk saling berhadapan. Ada pancaran takut,cemas yang mampu dihantarkan si pria saat terselip keraguan di hati wanitanya. Rafa bisa merasakan itu meski Mao masih menutup rapat seolah enggan berbagi rasa.

Jadi untuk sekarang, izinkan gadis itu untuk mengukir senyum manis sebagai afeksi jawaban atas dua pertanyaan yang diajukan Rafa yang sukses menggetarkan relung hatinya dan kini ikut tersenyum meski samar.

"JELASSSS. Nih ya kamu datang ke kosan aku pagi pagi buta dan mengacaukan mimpi indah yang susah payah aku rajut demi bertemu dengan Nam do San. Yaaaak aku bahkan hampir di popo dan kamu merusaknya dengan gedor gedor pintu kamar TUAN ZAIDAN RAFAN MALIK"

Rafa tertawa terbahak bahak bahkan rambut Mao yang masih berantakan karena baru bangun tidur semakin tidak karuan bentuknya karena sudah diacak acak kembali. "A.. apa namanya? Popo? Itukan nama kura kura kesayangan Adam. Hahaha.. Aduhh gadisku ini lucu sekali ternyata"

"Popo itu ciumaaaaaaaaaan astaga dan jangan samakan binatang dengan oppaku yang lima kali lebih tampan dibanding kamu"

"Jadi aku tampan ya? Hemmm.. "

"Orang yang bilang kamu tampan, katarak pasti itu. No debat! "

"Sayangnya orang yang barusan bilang aku tampan, itu ada disini loh. Dan, heiii kamu ubah namaku seenak jidat. Sini aku bisikin. Nyonya Maudy Malik itu yang benar. Oke cantik? " Rafa mengerlingkan matanya yang dibalas gaya Mao yang hendak muntah. 

Bantal kamar yang penuh jejak iler sukses mendarat diwajah Rafa yang langsung menutup hidungnya dan menjauhkan bantal itu ke random arah. Introvert, insecure dan jorok. Masih maukah Rafan Malik Zaidan menikah dengan Maudy?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status