Home / Romansa / Terbakar Asmara Bosku / Bab 5. Bos Yang Menyebalkan

Share

Bab 5. Bos Yang Menyebalkan

last update Huling Na-update: 2025-10-03 16:21:52

Dengan langkah tergesa, Honey menutup telepon terakhir setelah memastikan pesanan makan siang untuk bosnya akan segera tiba. Ia sudah menghubungi tiga restoran berbeda demi menebak selera bos barunya, Rei Harristian. Untungnya, manajer Mills berbaik hati memberi petunjuk mengenai menu favorit The Midas Rei, sehingga Honey bisa memilih dengan lebih percaya diri.

Waktu yang tersisa hanya lima belas menit ketika ia menerima beberapa paper bag dari resepsionis lobi bawah. Petugas pengantar makanan tidak diizinkan naik ke lantai eksekutif, jadi Honey yang sedang berperan sebagai Axel harus gesit membawa semuanya sendiri. Dengan napas terengah, ia hampir berlari ke atas.

Sesampainya di ruang makan kecil yang menempel dengan studio pribadi The Midas, Honey mulai bekerja cepat. Kotak-kotak makanan dibuka, ditata di piring porselen, lalu ia menambahkan serbet dan sendok garpu dengan rapi. Meski terburu-buru, jemarinya terampil. Honey bersyukur ia memiliki  kebiasaan yang ia dapat dari sering membantu pekerjaan rumah. Ketika selesai, ia menoleh ke jam tangan. Tepat enam puluh menit.

Honey menghela napas lega. “Yes, aku berhasil,” celetuknya riang.

Honey kemudian berjalan pelan ke dalam studio. Di balik deretan layar monitor dan peralatan mixing, Rei duduk dengan headphone tergantung di leher. Kepalanya bersandar, mata terpejam.

Kening Honey sempat mengernyit, mengira Rei sedang sibuk dengan pekerjaannya di studio mixing.

“Pak, makan siang sudah siap,” ujar Honey memberatkan suaranya dengan hati-hati.

Tak ada respons, Honey makin mengernyit. Ia pun mencondongkan tubuh sedikit, mencoba memastikan apakah bosnya hanya berkonsentrasi atau sesungguhnya tengah tertidur. Begitu melihat dada Rei bergerak teratur, Honey baru sadar jika bosnya sedang tidur siang.

Honey—di balik samaran Axel—sempat terpaku. Wajah Rei yang biasanya dingin terlihat jauh lebih tenang dalam keadaan tidur. Ia cepat-cepat menggeleng cepat.

“Apa yang kamu lakukan? Kamu di sini untuk bekerja, bukan malah mengagumi laki-laki jahat ini?”

Honey menghardik pikirannya sendiri. Perlahan ia menyentuh bahu Rei. “Pak?”

Rei membuka mata. Ia menoleh dan tatapannya langsung bertemu dengan Honey, membuat udara seakan berhenti sesaat. Ada sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Keduanya saling memandang seakan mengenal satu sama lain.

Honey buru-buru menarik diri, berdiri tegak, dan mendehem. “Makan siang sudah tersedia, Pak.”

Rei berdiam sejenak, lalu bangkit dan berjalan ke meja makan kecil. “Hm. Terima kasih,” ucapnya singkat. Honey sejenak terperangah meski kemudian mengulum senyuman karena respons manis itu.

Honey lalu mengekori Rei yang duduk di kursi hendak mulai makan siang. Ia ikut menuangkan air minum. Karena gugup, Honey menuangkannya terlalu penuh sehingga sedikit tumpah di meja. “Ah, maaf, Pak!” ucapnya panik sambil mengelap cepat dengan serbet.

Rei mendengus kesal. “Kamu tahu berapa harga meja ini?”

Honey menelan ludah lalu menggeleng.

“Dua puluh delapan ribu dolar,” jawab Rei datar lalu mengambil gelas dan meneguk setengah isinya.

Honey terperangah lalu dengan cepat kembali mengelap meja mahal itu lagi. Rei tampak membuang muka ke samping dan Honey menangkapnya sebagai sebuah kekesalan.

Rei lantas mengalihkan pandangan ke piring yang ditata rapi. Menu favoritnya memang ada di sana. Entah kebetulan atau insting kali ini asistennya berhasil melakukan tugasnya.

“Hhm, lumayan,” gumam Rei sebelum mulai makan. “Kamu bisa istirahat. Kembalilah setelah jam makan siang. Jangan terlambat.”

Honey mengangguk. “Terima kasih, Pak. Selamat makan.” Ia berbalik meninggalkan ruangan dengan langkah hati-hati.

Rei berhenti mengunyah. Kata-kata terakhir itu, nada suaranya lembut. Terlalu lembut untuk seorang pria. Alisnya berkerut, namun ia memilih mengabaikannya.

Honey keluar dengan napas panjang dan lega. Kali ini ia sudah bisa tersenyum melepaskan ketegangan. Honey terus berjalan ke ruang teknisi di lantai lain, tempat satu-satunya orang yang ia kenali yaitu teman barunya, Scott Durwin.

Scott sedang memeriksa kabel dan peralatan audio saat Honey mengetuk pintu kaca. “Hai, boleh aku masuk?”

“Oh, Axel. Masuk saja.” Scott tersenyum ramah.

“Aku belum kenal siapa pun selain kamu di sini. Mau makan siang denganku? Aku juga belum tahu tempat makan di sekitar kantor.” Honey masih tersenyum manis meminta bantuan pada Scott.

Scott mengangguk. “Tentu saja. Tunggu sebentar ya. Aku hampir selesai.”

Sepuluh menit kemudian, mereka berjalan keluar bersama menuju sebuah food truck di sudut jalan. Honey memilih burrito dan duduk bersama Scott di kursi besi sederhana.

“Bagaimana hari pertamamu?” tanya Scott sambil menggigit makanannya.

Honey meringis lalu menggeleng. “Berat. Aku tidak tahu ternyata pekerjaanku adalah menjadi asisten The Midas.”

Scott terkekeh sedikit menggeleng. “Aku ikut sedih, Axel. Kuberitahu ya, tak ada yang bertahan lama dengannya. Asistennya sebelumnya juga berhenti.”

“Aku tidak heran,” sahut Honey sambil menyeruput minumannya. “Bayangkan, dia menyuruhku menebak menu makan siang, seolah aku adalah cenayang.”

Scott membalas dengan tertawa kecil. “Percayalah, itu baru permulaan. Banyak hal tentang dia yang … aneh.”

“Aneh bagaimana?” Honey makin mendekat penasaran.

“Contohnya, dia pernah menyuruhku membersihkan studio padahal sudah ada petugas cleaning service. Katanya ada barang penting yang jatuh. Ternyata cuma sebuah anting.”

“Anting?” Honey mengulang dengan kernyit kebingungan di dahinya.

Scott mengangguk lebih serius. “Ada banyak gosip di Skylar. Sebagian mungkin dilebih-lebihkan, tapi yang jelas … The Midas Rei adalah orang yang kejam. Jadi berhati-hatilah.”

Honey menelan burrito-nya pelan. Ia belum berani bertanya lebih jauh, tapi kata-kata Scott cukup membuat dadanya terasa berat.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terbakar Asmara Bosku   Bab 72. Menyandarkan Hati

    Kepanikan Rei makin bertambah saat Honey telah berhasil turun ke bawah tanpa bisa dicegah. Seluruh anggota keluarga langsung berdiri dan ikut bingung melihat kejadian itu. Hanya Ares yang mengetahui bahwa Honey adalah Honey dan ia langsung menghampiri Rei yang tengah mengetuk pintu lift yang sedang tertutup.Rei terengah dan terlihat panik dengan kedua tangan akhirnya berkacak pinggang. Ares menarik lengan Rei separuh berbisik ikut bertanya padanya.“Rei, kenapa dia kabur? Axel kenapa?” Rei menggelengkan kepalanya cepat. Arjoona yang juga curiga dengan pergerakan anaknya jadi ikut menyusul untuk bertanya.“Rei, apa yang terjadi?” tegur Arjoona kemudian. Rei hanya menoleh tapi tak menjawab dan ia segera berlari keluar dari penthouse Aldrich tanpa pamit.“Rei ... Rei!” panggil Claire pada Rei tapi ia tak peduli dan tetap berlari keluar untuk mengejar Honey.Honey sudah keluar dari lift di lobi paling bawah dan lang

  • Terbakar Asmara Bosku   Bab 71. Kolase Kenangan Dulu

    Di mobil Honey mengambil kesempatannya untuk menghubungi Axel lewat layanan chat. Rei menoleh pada Honey yang tengah mengetik pada ponselnya.“Kamu menghubungi siapa?” tanya Rei sedikit mengintip pada Honey yang tengah mengetik di ponselnya dengan serius.“Adikku,” jawab Honey singkat tanpa menoleh pada Rei yang masih menyetir. Rei menaikkan sedikit alisnya tanda mengiyakan. Honey masih sibuk mengetik di ponsel dan Rei sibuk curi-curi pandang pada Honey.“Apa kamu sedang memberitahukan pada adikmu jika kamu akan pulang larut malam?” Honey jadi menoleh pada Rei dan sedikit terperangah. Ponsel masih berada di tangannya.“Memangnya kita akan pulang larut malam ya?” tanya Honey dengan pandangan polosnya. Rei menoleh sekilas sambil menaikkan ujung bibirnya seperti menyeringai.“Memangnya kenapa jika kita pulang malam? Apa kamu punya jam pulang malam?” tanya Rei seperti tengah meledek. Honey han

  • Terbakar Asmara Bosku   Bab 70. Ayah Yang Murka

    Blake mendengarkan semua penjelasan Grey tentang Rei dan dugaannya bahwa ia telah tidur dengan Honey yang sebenarnya adalah Jewel Belgenza. Dari tertegun sampai melongo dan harus menelan ludah beberapa kali, jantung Blake semakin keras berdetak.“Aku sangat kenal Rei Harristian. Dia tidak mungkin melakukan hal seperti itu apa lagi pada Jewel! Itu sangat tidak mungkin, Grey! Aku yakin jika dia sebenarnya sudah difitnah dan dijebak!” tukas Blake usai Grey alias Abraham menceritakan semuanya. Grey mengangguk pelan dan menyandarkan dirinya.“Aku juga tidak memiliki bukti yang kuat. Bisa saja itu orang lain. Tapi semua hal mengarah padanya, termasuk ini ...” Grey kemudian mengeluarkan potongan cek yang ia kumpulkan di satu kertas dan sudah ditempeli. Blake memeriksa kertas tersebut dan mengernyit.“Menurutmu siapa yang menandatangani cek itu?” tanya Grey dengan nada datar. Blake menarik napasnya berat.“Rei ...”

  • Terbakar Asmara Bosku   Bab 69. Kembalinya Grey

    Blake Thorn sedang menyelesaikan latihan larinya beberapa saat sebelum seorang pelayan memberitahukannya jika ada seseorang yang tengah mencarinya.“Suruh tunggu di ruang kerjaku saja!”“Baik Tuan!” Pelayan itu pun pergi memberitahukan pada tamu tersebut agar menunggu di ruang kerja. Sedangkan Blake memilih untuk menyelesaikan beberapa waktu untuk terus berlari di treadmill nya. Namun tiba-tiba mesinnya dilambatkan oleh seseorang yang menekan tombol di depannya. Blake menoleh dan kaget lalu terjatuh di mesin treadmill sampai terjungkal ke belakang.“Oh Tuhan, kamu baik-baik saja?” tanya Grey mencoba membantu Blake. Ia benar-benar kaget dan hampir melompat sendirian.“Oh tidak ... Grey! GREY, KAU MASIH HIDUP?” pekik Blake dengan wajah pucat penuh histeris. Grey Hunter yang ikut berjongkok lalu bangun dan tak jadi membantu Blake. Blake cepat-cepat berdiri dan mencoba mendekat lalu melihat sosok Grey dengan sek

  • Terbakar Asmara Bosku   Bab 68. Ancaman Manis

    Honey terjebak di antara kejujuran dan desakan untuk tetap mempertahankan identitasnya sebagai seorang Axel Clarkson. Maka setelah ia didesak dan dicecar sedemikian rupa oleh Rei, akhirnya ia harus keceplosan.“Untuk apa dia datang menemuimu?” tanya Rei lagi masih dengan nada dan sikap yang sama.“Aku tidak tahu. Mana aku tahu!” sahut Honey mulai kesal. Ia benar-benar tak bisa lolos dan Rei makin menginterogasi seenaknya.“Tidak mungkin dia mencarimu jika tidak ada maksud tertentu! Apa dia pacarmu?” tukas Rei lagi. Ia makin berjalan mendekat namun Honey pun makin mundur ke belakang sampai punggungnya menyentuh sisi meja.“Dia …”“Jawab Axel! Apa dia pacarmu?”“Dulu …” Honey langsung dengan cepat menutup mulutnya. Mata Rei benar-benar terbelalak saat tahu jika yang menemui Honey ternyata adalah mantan kekasihnya. Memang Honey langsung menutup mulutnya. Matan

  • Terbakar Asmara Bosku   Bab 67. Bos Posesif

    Rei mendengus kesal dan sempat mondar-mandir beberapa kali kala melihat Honey pergi begitu saja gara-gara sambungan telepon.“Siapa yang sudah mencarinya? Aku penasaran!” gumam Rei lalu ikut keluar dari ruangannya untuk menyusul Honey. Sementara di bawah Honey sudah hampir tak bernapas saat melihat yang mencarinya adalah Josh Hartlin.“Honey?” Honey membesarkan matanya dan langsung maju untuk mendorong Josh menjauhi meja resepsionis. Resepsionis itu bahkan sudah berdiri karena curiga dengan gerak gerik Axel yang mencurigakan.“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Honey dengan suara tertahan. Matanya lalu berseliweran ke segala arah agar tak ada yang mengenalinya. Josh masih tak mengerti. Mengapa saat ia meminta bertemu dengan Axel Clarkson tapi yang muncul malah Kakaknya?“Aku mencari Axel ... tapi kenapa kamu ada di sini? Apa kamu bekerja di sini juga?” tanya Josh dengan wajah kebingungan. Honey jadi makin

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status