Home / Romansa / Terbakar Asmara Bosku / Bab 4. Hari Pertama

Share

Bab 4. Hari Pertama

last update Last Updated: 2025-10-03 16:19:57

Honey berdiri tegak di depan meja kerja Rei, nyaris sepuluh menit tanpa bergerak. Keringat dingin merayap di pelipisnya meski pendingin ruangan cukup dingin. Ia merasa seperti siswa yang dihukum guru karena kesalahan kecil, hanya saja di depannya ini adalah seorang produser musik dengan reputasi paling tinggi saat ini.

“Pak, bolehkah aku duduk sebentar? Kakiku mulai pegal.” Honey yang sedang menyamar sebagai Axel akhirnya memberanikan diri membuka suara.

Rei mendongak dari balik kacamata tipisnya. Tatapannya tajam dan menusuk. “Belum apa-apa sudah minta duduk? Asisten yang baik tidak mengeluh sebelum bekerja.” Nada suaranya datar, namun cukup membuat Honey kembali menunduk.

Ia menggigit bibir, berusaha tetap diam. Perannya harus meyakinkan sebagai Axel Clarkson. Meski sesungguhnya, Honey sedang berpikir apa yang harus ia lakukan untuk memenuhi perannya sebagai asisten. Tidak ada instruksi yang jelas.

Beberapa menit kembali berlalu. Rei masih fokus pada tumpukan kertas-kertas dan beberapa dokumen, sementara Honey berdiri kaku menahan pegal di betisnya. Sesekali ia ingin menggeser posisi, tapi sorot mata Rei seperti laser dengan cepat menangkapnya. Honey nyaris tak berani bernapas lebih keras.

Saat masih menahan pegal di betis, perutnya tiba-tiba kram. Honey refleks menekan sisi perutnya. “Aduh …” gumamnya mengaduh pelan, nyaris tak terdengar.

“Jangan bergerak tanpa izin,” tegur Rei lebih dingin. Honey sampai tertegun meski masih menahan rasa tak nyaman. Padahal mata pria itu tidak sedang tertuju padanya, tapi ia bisa mengetahui pergerakan Honey.

“Aku hanya merasa agak kurang enak badan,” jawab Honey buru-buru, nadanya hampir berubah lebih lembut dari seharusnya. Rei sontak menaikkan pandangan sempat menatapnya dengan kening mengernyit, seakan mencurigai sesuatu.

Honey menyadari perubahan suaranya langsung mengatupkan bibir rapat-rapat.

“Harusnya aku tidak bicara seperti tadi. Ah, bagaimana jika ketahuan?” gerutu Honey dalam hati.  

Setelah beberapa detik, Rei kembali pada kertas-kertasnya.

“Ambilkan minumanku,” perintahnya tiba-tiba.

Honey terpaku. Matanya melirik kiri dan kanan. Ia tak menemukan dispenser atau botol di meja. Dengan ragu ia berjalan ke sudut ruangan, membuka sebuah laci, lalu menoleh kebingungan. “Minuman … maksudmu, aku harus mengambil di pantri?”

“Minumanku tidak ada di pantri. Ambil di kulkas.”

Kening Honey makin mengernyit. Ia melihat sekitar dan tidak ada satu pun lemari pendingin yang dimaksudkan. “Maaf, Pak. Aku tidak menemukan apa-apa.”

Rei mendengus kesal lalu separuh membanting pena dengan gerakan singkat. Ia berdiri, berjalan ke dinding di samping Honey, lalu menekan panel kayu. Sebuah pintu tersembunyi terbuka, memperlihatkan lemari pendingin yang terintegrasi rapi dengan tembok.

Honey terperangah lalu menelan ludah. “Astaga … ada lemari pendingin di balik dinding itu?”

Tak sadar, Honey separuh memekik seperti sedang mengagumi sebuah keajaiban.

Rei mencebik kecil lalu mengambil satu botol mineral dengan sikap angkuh dan meneguknya sebelum kembali ke kursi. “Jika tidak tahu, tanyakan. Jangan buang waktuku dengan berputar-putar.”

Honey meremas jemarinya sendiri. Antara kagum, kesal, sekaligus frustasi. Bosnya benar-benar tipe pria yang bisa membuat orang ingin lari sekaligus ingin melawan. Pada akhirnya, kedongkolan itu hanya bisa ditelan Honey dalam-dalam.

“Dengar baik-baik,” ucap Rei sambil menutup dokumennya. “Aku hanya akan mempekerjakanmu selama dua minggu. Setelah manajer Mills mendapatkan kandidat baru, kamu bisa pergi.”

Honey mengangguk cepat, tapi langsung menyesal ketika Rei mengangkat alisnya.

“Jawab dengan suara, bukan gerakan.”

“Baik, Pak,” sahut Honey dengan tegas, meski suaranya sedikit serak.

Rei menghela napas, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Sekarang siapkan makan siangku. Aku tidak punya waktu keluar kantor hari ini.”

Honey memandanginya dengan mata membulat. “Makan siang? Tapi aku baru datang ke New York, aku bahkan tidak tahu harus pesan di mana ....”

Rei menarik sebuah buku kecil dari laci meja. Isinya penuh dengan kartu nama restoran. Ia meletakkannya di meja dengan bunyi hentak yang cukup keras. “Gunakan ini. Asistenku sebelumnya langsung tahu apa yang kusukai. Tugasmu adalah mencari tahu menu yang tepat. Waktumu satu jam.”

Honey terperangah dengan tangan yang meraih buku itu dengan hati-hati. Ia membuka lembar demi lembar lalu kembali pada Rei. “Kalau aku salah menebak, bagaimana?” tanyanya tanpa sadar.

Rei menatapnya lama, dingin. “Kamu akan menerima konsekuensi yang tidak menyenangkan. Tidak boleh duduk hanyalah awal saja.”

Honey kembali membesarkan matanya dan menelan ludah. Benaknya langsung melenguh lelah dan frustrasi. “Oh Tuhan, baru hari pertama dan ini sudah terasa seperti survival game.”

“Apa lagi yang kamu tunggu? Kamu sudah menghabiskan dua menit berdiri bengong seperti itu.” Rei kembali menegur.

Honey melepaskan napas berat. Namun ia tak punya pilihan. Ia membutuhkan program magang itu untuk menyelesaikan kuliahnya.

“Baik, Pak,” jawab Honey akhirnya, kali ini dengan nada lebih mantap.

Rei kembali pada pekerjaannya, seolah percakapan barusan hanyalah interupsi kecil. Honey pun berbalik, membawa buku itu sambil menghela napas panjang.

Ia menatap daftar restoran dengan bahu jatuh karena pasrah. Bukan hanya karena terlalu banyak pilihan, tapi juga karena kepalanya dipenuhi satu hal yang terus ia pikirkan. Bagaimana caranya bertahan lebih dari dua minggu di bawah atasan bernama Rei Harristian ini?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terbakar Asmara Bosku   Bab 72. Menyandarkan Hati

    Kepanikan Rei makin bertambah saat Honey telah berhasil turun ke bawah tanpa bisa dicegah. Seluruh anggota keluarga langsung berdiri dan ikut bingung melihat kejadian itu. Hanya Ares yang mengetahui bahwa Honey adalah Honey dan ia langsung menghampiri Rei yang tengah mengetuk pintu lift yang sedang tertutup.Rei terengah dan terlihat panik dengan kedua tangan akhirnya berkacak pinggang. Ares menarik lengan Rei separuh berbisik ikut bertanya padanya.“Rei, kenapa dia kabur? Axel kenapa?” Rei menggelengkan kepalanya cepat. Arjoona yang juga curiga dengan pergerakan anaknya jadi ikut menyusul untuk bertanya.“Rei, apa yang terjadi?” tegur Arjoona kemudian. Rei hanya menoleh tapi tak menjawab dan ia segera berlari keluar dari penthouse Aldrich tanpa pamit.“Rei ... Rei!” panggil Claire pada Rei tapi ia tak peduli dan tetap berlari keluar untuk mengejar Honey.Honey sudah keluar dari lift di lobi paling bawah dan lang

  • Terbakar Asmara Bosku   Bab 71. Kolase Kenangan Dulu

    Di mobil Honey mengambil kesempatannya untuk menghubungi Axel lewat layanan chat. Rei menoleh pada Honey yang tengah mengetik pada ponselnya.“Kamu menghubungi siapa?” tanya Rei sedikit mengintip pada Honey yang tengah mengetik di ponselnya dengan serius.“Adikku,” jawab Honey singkat tanpa menoleh pada Rei yang masih menyetir. Rei menaikkan sedikit alisnya tanda mengiyakan. Honey masih sibuk mengetik di ponsel dan Rei sibuk curi-curi pandang pada Honey.“Apa kamu sedang memberitahukan pada adikmu jika kamu akan pulang larut malam?” Honey jadi menoleh pada Rei dan sedikit terperangah. Ponsel masih berada di tangannya.“Memangnya kita akan pulang larut malam ya?” tanya Honey dengan pandangan polosnya. Rei menoleh sekilas sambil menaikkan ujung bibirnya seperti menyeringai.“Memangnya kenapa jika kita pulang malam? Apa kamu punya jam pulang malam?” tanya Rei seperti tengah meledek. Honey han

  • Terbakar Asmara Bosku   Bab 70. Ayah Yang Murka

    Blake mendengarkan semua penjelasan Grey tentang Rei dan dugaannya bahwa ia telah tidur dengan Honey yang sebenarnya adalah Jewel Belgenza. Dari tertegun sampai melongo dan harus menelan ludah beberapa kali, jantung Blake semakin keras berdetak.“Aku sangat kenal Rei Harristian. Dia tidak mungkin melakukan hal seperti itu apa lagi pada Jewel! Itu sangat tidak mungkin, Grey! Aku yakin jika dia sebenarnya sudah difitnah dan dijebak!” tukas Blake usai Grey alias Abraham menceritakan semuanya. Grey mengangguk pelan dan menyandarkan dirinya.“Aku juga tidak memiliki bukti yang kuat. Bisa saja itu orang lain. Tapi semua hal mengarah padanya, termasuk ini ...” Grey kemudian mengeluarkan potongan cek yang ia kumpulkan di satu kertas dan sudah ditempeli. Blake memeriksa kertas tersebut dan mengernyit.“Menurutmu siapa yang menandatangani cek itu?” tanya Grey dengan nada datar. Blake menarik napasnya berat.“Rei ...”

  • Terbakar Asmara Bosku   Bab 69. Kembalinya Grey

    Blake Thorn sedang menyelesaikan latihan larinya beberapa saat sebelum seorang pelayan memberitahukannya jika ada seseorang yang tengah mencarinya.“Suruh tunggu di ruang kerjaku saja!”“Baik Tuan!” Pelayan itu pun pergi memberitahukan pada tamu tersebut agar menunggu di ruang kerja. Sedangkan Blake memilih untuk menyelesaikan beberapa waktu untuk terus berlari di treadmill nya. Namun tiba-tiba mesinnya dilambatkan oleh seseorang yang menekan tombol di depannya. Blake menoleh dan kaget lalu terjatuh di mesin treadmill sampai terjungkal ke belakang.“Oh Tuhan, kamu baik-baik saja?” tanya Grey mencoba membantu Blake. Ia benar-benar kaget dan hampir melompat sendirian.“Oh tidak ... Grey! GREY, KAU MASIH HIDUP?” pekik Blake dengan wajah pucat penuh histeris. Grey Hunter yang ikut berjongkok lalu bangun dan tak jadi membantu Blake. Blake cepat-cepat berdiri dan mencoba mendekat lalu melihat sosok Grey dengan sek

  • Terbakar Asmara Bosku   Bab 68. Ancaman Manis

    Honey terjebak di antara kejujuran dan desakan untuk tetap mempertahankan identitasnya sebagai seorang Axel Clarkson. Maka setelah ia didesak dan dicecar sedemikian rupa oleh Rei, akhirnya ia harus keceplosan.“Untuk apa dia datang menemuimu?” tanya Rei lagi masih dengan nada dan sikap yang sama.“Aku tidak tahu. Mana aku tahu!” sahut Honey mulai kesal. Ia benar-benar tak bisa lolos dan Rei makin menginterogasi seenaknya.“Tidak mungkin dia mencarimu jika tidak ada maksud tertentu! Apa dia pacarmu?” tukas Rei lagi. Ia makin berjalan mendekat namun Honey pun makin mundur ke belakang sampai punggungnya menyentuh sisi meja.“Dia …”“Jawab Axel! Apa dia pacarmu?”“Dulu …” Honey langsung dengan cepat menutup mulutnya. Mata Rei benar-benar terbelalak saat tahu jika yang menemui Honey ternyata adalah mantan kekasihnya. Memang Honey langsung menutup mulutnya. Matan

  • Terbakar Asmara Bosku   Bab 67. Bos Posesif

    Rei mendengus kesal dan sempat mondar-mandir beberapa kali kala melihat Honey pergi begitu saja gara-gara sambungan telepon.“Siapa yang sudah mencarinya? Aku penasaran!” gumam Rei lalu ikut keluar dari ruangannya untuk menyusul Honey. Sementara di bawah Honey sudah hampir tak bernapas saat melihat yang mencarinya adalah Josh Hartlin.“Honey?” Honey membesarkan matanya dan langsung maju untuk mendorong Josh menjauhi meja resepsionis. Resepsionis itu bahkan sudah berdiri karena curiga dengan gerak gerik Axel yang mencurigakan.“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Honey dengan suara tertahan. Matanya lalu berseliweran ke segala arah agar tak ada yang mengenalinya. Josh masih tak mengerti. Mengapa saat ia meminta bertemu dengan Axel Clarkson tapi yang muncul malah Kakaknya?“Aku mencari Axel ... tapi kenapa kamu ada di sini? Apa kamu bekerja di sini juga?” tanya Josh dengan wajah kebingungan. Honey jadi makin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status