Home / Romansa / Terbakar Asmara Bosku / Bab 6. Kecurigaan

Share

Bab 6. Kecurigaan

last update Last Updated: 2025-10-03 16:23:18

“Maksudmu dia pernah ... membunuh?” Honey menebak sembari berbisik. Ia takut suaranya terdengar.

Scott semakin mendesah pelan dan serius. “Tidak hanya itu. Aku dengar dia juga menyukai pria.”

Honey terperangah tak percaya. “Apa itu mungkin?” tanya Honey masih dengan mulut separuh terbuka karena terkejut. Scott masih mengunyah burito miliknya dan mengangguk mengiyakan.

“Memangnya kamu tidak tahu gosipnya?”

Honey menggelengkan pelan pada Scott.

“Jika dia gay, lalu mengapa ia bisa malah tidur denganku?” gumam Honey dengan suara begitu kecil.

“Hhmm … apa katamu?” tanya Scott mencoba memastikan. Honey yang sadar langsung menyengir dan menggelengkan kepalanya dengan cepat.

“Tidak ada!”

Scott dan Honey yang masih berpakaian sebagai Axel kembali ke Skylar setelah waktu makan siang. Begitu kembali, mereka sama-sama naik ke lantai tempat mereka bekerja dan berpisah saat keluar lift.

Honey harus kembali ke ruangan mixing setidaknya untuk memastikan jika bosnya The Midas telah selesai makan siang. Akan lebih baik jika dia masih makan siang, jadi Honey tak terlihat terlambat. Setelah mengintip, Rei ternyata masih menelepon. Meski demikian, ia sempat menguping sedikit pembicaraan.

“Aku harus menemukan gadis itu. Tapi aku tidak yakin jika dia dari Boston.”

Kening Honey sedikit mengernyit dan ia malah menguping lebih banyak. Ia semakin mendekat dan sudah membuka pintu lebih lebar. Posisi Rei membelakangi pintu sehingga ia tidak melihat ada seseorang yang berusaha menguping pembicaraannya.

“Aku sudah bilang, rambutnya pirang dan ya ... dia punya wangi lavender yang khas. Hanya itu yang kuingat. Entahlah, tolong cari dia secepatnya!”

Jantung Honey berdegup kencang dan nyaris menarik pintu sedikit keras. “Siapa yang dia maksudkan? Tidak mungkin aku kan?” Honey menyebut pelan bertanya pada dirinya. Honey sampai memegang rambut pirangnya yang sudah berubah warna menjadi coklat lalu mencoba membaui dirinya sendiri.

Rasa gugup kembali melanda Honey. Entah siapa yang dimaksudkan oleh Rei tapi ia tidak ingin menebak jika pria itu sedang mencarinya. Rasanya tidak mungkin.

Honey pun memberanikan diri masuk ke ruangan itu dan Rei sudah selesai menelepon. Ia mendekati Rei hendak meminta ijin untuk membereskan piring makan siangnya. Rei masih sempat tertegun berpikir keras tentang telepon barusan.

“Apa sudah selesai, Pak? Aku ingin membereskan mejanya,” tegur Honey mengagetkan Rei. Rei mendengus kesal dan mengangguk. Ia bahkan hanya makan beberapa suap saja. Honey yang melihat makanan masih tinggal lalu menegur lagi.

“Kenapa makanannya tidak dihabiskan?”

Honey tampak kecewa. Ia sudah capek mencari menu dan bosnya itu malah tak makan. Rei malah makin bad mood dan balik menghardik Honey.

“Tugasmu adalah membereskan bukan mengomentari!” hardik Rei ketus.

Pandangan matanya tajam menusuk Honey yang sudah berani menegurnya. Honey yang kesal akhirnya menjulurkan tangan untuk mengambil piring yang posisinya agak ke depan dan itu membuatnya jadi makin dekat dengan Rei yang masih duduk.

Saat masih mengomel dalam hati, Honey kehilangan konsentrasi yang membuatnya kehilangan keseimbangan. Ia malah jatuh ke pangkuan Rei karena sebelah tangannya tengah mempertahankan piring tak jatuh ke tubuh bosnya. Wajah mereka kembali berdekatan satu sama lain.

“Uh, maaf Pak!” ucap Honey buru-buru menarik dirinya dan kembali berdiri tegak. Rei yang masih tertegun pun ikut gugup dan salah tingkah. Buru-buru Rei berdiri. Ia masih memandangi Honey dengan canggung.

Daripada marah, Rei memilih berpaling dan pergi begitu saja tanpa bicara apa pun sama sekali. Di luar, Rei sempat memegang dadanya sembari berpikir. Ia yakin pernah melihat mata itu di suatu tempat.

“Di mana aku pernah mengenalnya?” Rei bergumam seraya memegang dagunya dan berpikir. Ia sempat menoleh ke belakang sekali sebelum kembali ke ruang kerjanya.

Sedangkan Honey yang ditinggal keheranan, kini kebingungan. Ia kembali melihat ke meja yang penuh makanan. Apa ia harus membuang semua makanan di atas meja? hanya ada satu menu yang dimakan oleh Rei sedangkan sisanya masih utuh.

“Mereka tidak bersalah dan sudah dibeli. Apa aku simpan saja?” gumam Honey berpikir sendiri. Ia tak pernah membuang makanan. Sekalipun tidak hidup kekurangan, tapi Ayahnya selalu mengajarkan untuk menghargai setiap makanan yang tersedia di meja.

Dalam kebimbangan itu, Honey pun akhirnya memutuskan untuk menyimpan saja sisa makanan yang belum tersentuh dan membuang yang sudah dimakan oleh bosnya. Mungkin saja nanti Rei mau memakannya lagi, Honey hanya tinggal memanaskan.

Setelah selesai, Honey kembali masuk ke dalam ruang kerja The Midas. Ia adalah seorang asisten tapi belum ada pekerjaan administratif apa pun yang diberikan. Apa dia hanya akan jadi pelayan saja? karena sejauh ini, itulah yang terjadi.

Begitu masuk dan Honey langsung berdiri di depan meja bosnya. “Apa ada lagi yang harus aku kerjakan, Pak?” tanya Honey kemudian.

Rei tampak terkesiap tapi ia menutupi dengan baik. Jantungnya masih belum normal tapi ia tetap bersikap dingin.

“Uhm, apa kamu sudah baca rincian pekerjaanmu?” tanya Rei membuang pandangan ke arah lain. Ia tidak mau lama menatap asistennya yang memiliki warna mata biru laut yang menghanyutkan.

Honey mengangguk cepat. “Iya, tapi di sana tidak dijelaskan secara rinci. Intinya pekerjaan itu mengharuskan aku untuk mendampingi dan membantumu, Pak,” jawab Honey jujur apa adanya.

Rei mendengus kesal. Sekarang ia memperoleh asisten yang bahkan tak memiliki pengalaman apa pun dan harus belajar dari awal. Kepalanya sudah sakit dan sekarang ia harus memberitahukan secara rinci pekerjaan si asisten baru.

“Ya sudah, kemarilah. Aku butuh kamu untuk merapikan beberapa dokumen. Letakkan tasmu di sofa!” tunjuk Rei yang pasrah.

Honey akhirnya mendapatkan tugas pertama dari membersihkan ruangan dan memesan makan siang. Ia pun tersenyum saat mendekat. Tak lupa, Honey melepaskan tas dan meletakkannya di salah satu sofa di ruangan itu.

Saat menghampiri dan mendekat, Honey agak ragu tapi tetap menjalankannya.

“Kemari!” panggil Rei sekali lagi. Honey pun datang menghampiri dan berdiri di sebelahnya. Sambil duduk, Rei berputar lalu menarik dua laci besar dari lemari di belakangnya.

“Ini adalah kumpulan lirik lagu dan nada sampel dari beberapa penyanyi. Urutkan dan rapikan sesuai nama dan kode mereka. Yang tak diberi kode itu artinya aku belum sempat memeriksanya. Kamu bisa kan?”

Honey langsung mengangguk paham. Ia pun berlutut tak jauh dari posisi Rei yang kembali ke meja kerjanya.

“Duduk saja, nanti kamu kelelahan!”

Honey tersenyum dan menganggu. “Terima kasih, Pak!”

Rei kembali mengernyit saat mendengar suara lembut asistennya. Ia lantas menoleh dan menatapnya yang duduk di bawah kakinya.

“Siapa namamu tadi?”

Honey lalu menaikkan pandangannya sedikit tersenyum. “Axel. Namaku Axel Clarkson!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terbakar Asmara Bosku   Bab 72. Menyandarkan Hati

    Kepanikan Rei makin bertambah saat Honey telah berhasil turun ke bawah tanpa bisa dicegah. Seluruh anggota keluarga langsung berdiri dan ikut bingung melihat kejadian itu. Hanya Ares yang mengetahui bahwa Honey adalah Honey dan ia langsung menghampiri Rei yang tengah mengetuk pintu lift yang sedang tertutup.Rei terengah dan terlihat panik dengan kedua tangan akhirnya berkacak pinggang. Ares menarik lengan Rei separuh berbisik ikut bertanya padanya.“Rei, kenapa dia kabur? Axel kenapa?” Rei menggelengkan kepalanya cepat. Arjoona yang juga curiga dengan pergerakan anaknya jadi ikut menyusul untuk bertanya.“Rei, apa yang terjadi?” tegur Arjoona kemudian. Rei hanya menoleh tapi tak menjawab dan ia segera berlari keluar dari penthouse Aldrich tanpa pamit.“Rei ... Rei!” panggil Claire pada Rei tapi ia tak peduli dan tetap berlari keluar untuk mengejar Honey.Honey sudah keluar dari lift di lobi paling bawah dan lang

  • Terbakar Asmara Bosku   Bab 71. Kolase Kenangan Dulu

    Di mobil Honey mengambil kesempatannya untuk menghubungi Axel lewat layanan chat. Rei menoleh pada Honey yang tengah mengetik pada ponselnya.“Kamu menghubungi siapa?” tanya Rei sedikit mengintip pada Honey yang tengah mengetik di ponselnya dengan serius.“Adikku,” jawab Honey singkat tanpa menoleh pada Rei yang masih menyetir. Rei menaikkan sedikit alisnya tanda mengiyakan. Honey masih sibuk mengetik di ponsel dan Rei sibuk curi-curi pandang pada Honey.“Apa kamu sedang memberitahukan pada adikmu jika kamu akan pulang larut malam?” Honey jadi menoleh pada Rei dan sedikit terperangah. Ponsel masih berada di tangannya.“Memangnya kita akan pulang larut malam ya?” tanya Honey dengan pandangan polosnya. Rei menoleh sekilas sambil menaikkan ujung bibirnya seperti menyeringai.“Memangnya kenapa jika kita pulang malam? Apa kamu punya jam pulang malam?” tanya Rei seperti tengah meledek. Honey han

  • Terbakar Asmara Bosku   Bab 70. Ayah Yang Murka

    Blake mendengarkan semua penjelasan Grey tentang Rei dan dugaannya bahwa ia telah tidur dengan Honey yang sebenarnya adalah Jewel Belgenza. Dari tertegun sampai melongo dan harus menelan ludah beberapa kali, jantung Blake semakin keras berdetak.“Aku sangat kenal Rei Harristian. Dia tidak mungkin melakukan hal seperti itu apa lagi pada Jewel! Itu sangat tidak mungkin, Grey! Aku yakin jika dia sebenarnya sudah difitnah dan dijebak!” tukas Blake usai Grey alias Abraham menceritakan semuanya. Grey mengangguk pelan dan menyandarkan dirinya.“Aku juga tidak memiliki bukti yang kuat. Bisa saja itu orang lain. Tapi semua hal mengarah padanya, termasuk ini ...” Grey kemudian mengeluarkan potongan cek yang ia kumpulkan di satu kertas dan sudah ditempeli. Blake memeriksa kertas tersebut dan mengernyit.“Menurutmu siapa yang menandatangani cek itu?” tanya Grey dengan nada datar. Blake menarik napasnya berat.“Rei ...”

  • Terbakar Asmara Bosku   Bab 69. Kembalinya Grey

    Blake Thorn sedang menyelesaikan latihan larinya beberapa saat sebelum seorang pelayan memberitahukannya jika ada seseorang yang tengah mencarinya.“Suruh tunggu di ruang kerjaku saja!”“Baik Tuan!” Pelayan itu pun pergi memberitahukan pada tamu tersebut agar menunggu di ruang kerja. Sedangkan Blake memilih untuk menyelesaikan beberapa waktu untuk terus berlari di treadmill nya. Namun tiba-tiba mesinnya dilambatkan oleh seseorang yang menekan tombol di depannya. Blake menoleh dan kaget lalu terjatuh di mesin treadmill sampai terjungkal ke belakang.“Oh Tuhan, kamu baik-baik saja?” tanya Grey mencoba membantu Blake. Ia benar-benar kaget dan hampir melompat sendirian.“Oh tidak ... Grey! GREY, KAU MASIH HIDUP?” pekik Blake dengan wajah pucat penuh histeris. Grey Hunter yang ikut berjongkok lalu bangun dan tak jadi membantu Blake. Blake cepat-cepat berdiri dan mencoba mendekat lalu melihat sosok Grey dengan sek

  • Terbakar Asmara Bosku   Bab 68. Ancaman Manis

    Honey terjebak di antara kejujuran dan desakan untuk tetap mempertahankan identitasnya sebagai seorang Axel Clarkson. Maka setelah ia didesak dan dicecar sedemikian rupa oleh Rei, akhirnya ia harus keceplosan.“Untuk apa dia datang menemuimu?” tanya Rei lagi masih dengan nada dan sikap yang sama.“Aku tidak tahu. Mana aku tahu!” sahut Honey mulai kesal. Ia benar-benar tak bisa lolos dan Rei makin menginterogasi seenaknya.“Tidak mungkin dia mencarimu jika tidak ada maksud tertentu! Apa dia pacarmu?” tukas Rei lagi. Ia makin berjalan mendekat namun Honey pun makin mundur ke belakang sampai punggungnya menyentuh sisi meja.“Dia …”“Jawab Axel! Apa dia pacarmu?”“Dulu …” Honey langsung dengan cepat menutup mulutnya. Mata Rei benar-benar terbelalak saat tahu jika yang menemui Honey ternyata adalah mantan kekasihnya. Memang Honey langsung menutup mulutnya. Matan

  • Terbakar Asmara Bosku   Bab 67. Bos Posesif

    Rei mendengus kesal dan sempat mondar-mandir beberapa kali kala melihat Honey pergi begitu saja gara-gara sambungan telepon.“Siapa yang sudah mencarinya? Aku penasaran!” gumam Rei lalu ikut keluar dari ruangannya untuk menyusul Honey. Sementara di bawah Honey sudah hampir tak bernapas saat melihat yang mencarinya adalah Josh Hartlin.“Honey?” Honey membesarkan matanya dan langsung maju untuk mendorong Josh menjauhi meja resepsionis. Resepsionis itu bahkan sudah berdiri karena curiga dengan gerak gerik Axel yang mencurigakan.“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Honey dengan suara tertahan. Matanya lalu berseliweran ke segala arah agar tak ada yang mengenalinya. Josh masih tak mengerti. Mengapa saat ia meminta bertemu dengan Axel Clarkson tapi yang muncul malah Kakaknya?“Aku mencari Axel ... tapi kenapa kamu ada di sini? Apa kamu bekerja di sini juga?” tanya Josh dengan wajah kebingungan. Honey jadi makin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status