Home / Fantasi / Terbangun: Ingatan Yang Hilang / Chapter 2: Kota Cahaya, Sonnenstadt I

Share

Chapter 2: Kota Cahaya, Sonnenstadt I

Author: Falazo
last update Last Updated: 2023-10-11 04:08:07

Di atas bukit yang cukup dekat dari kota, kami melihat gemerlap kota Sonnenstadt yang indah dari kejauhan dengan disertai hujan lebat. Namun, tiba-tiba Ellard memperingatkan karena dia merasakan ada sesuatu yang janggal.

“Azzo sepertinya ada lagi ruin sentinel di dekat kita, aku merasakannya dengan Sihir Search-ku”.

“Dimana ruin sentinel sialan itu El? Akan kuhajar benda mati itu”

Aku bersiap siaga sambil mengeluarkan pedangku dan siap bertarung dengan kuda-kuda Teknik Pedang Hampa yang memang hanya itu yang kupahami dari teknik bertarung ini selama sepuluh tahun terakhir. Pedangku mulai dialiri aura jiwa berwarna biru kehitaman dari Teknik Pedang Hampa, namun Ellard langsung dengan sigap mencuri start karena dia merasa sudah berhutang budi denganku di pertarungan sebelumnya.

“Itu dia di arah jam 1. Tapi tunggu sebentar Azzo, biar kuatasi ini, tadi aku sudah berhutang padamu, ga enak kan kalau aku harus berhutang diselamatkan seperti itu. Sekarang giliranku membalasnya”.

Dengan sekejap Ellard langsung merapalkan mantranya dan mengeluarkan sihir menengah Lightning Spear. Semacam arus listrik kecil keluar dari kedua tangannya yang menggenggam satu sama lain. Dia seolah merenggangkan listrik tersebut dengan menarik dan mengendurkannya. Listrik yang ada di kedua tangannya itu lama-lama menjadi semakin besar mengikuti gerakan tangan Ellard, lalu ia merentangkan tangannya keatas bersamaan dengan listrik tersebut dan terbentuklah tombak raksasa dari petir itu.

Hakh!

“Lightning Spear”

“Emm.. El bukannya ini sedikit berbahaya ya mengeluarkan sihir listrik ketika sedang hujan?”

Aku sedikit menjauh dari Ellard karena sihir tombak itu terlihat menjadi lebih besar lagi dari yang seharusnya karena reaksi elemental dari air dan listrik, yang mana saat ini sedang hujan lebat. Alhasil aku terkena sedikit sambaran dari listrik itu.

“Wadaw!” aku yang terkena sambaran dari listrik yang membesar itu langsung saja lari menjauhinya.

“Tidak usah khawatir! aku tau yang kulakukan, yang penting ruin sentinel itu langsung hancur. Mati kau ruin sentinel!!!”

Dengan sekejap Lightning Spear langsung menghantam ruin sentinel yang membuat sekelilingnya seolah seperti ada kolam listrik di dekatnya, lalu terciptalah ledakan.

*srat* *duarrr* *crezs* *crezs*

Listrik yang telah menghantam ruin sentinel itu sedikit membekas di area sekitarnya dapat terlihat dari beberapa kilatan listrik di dekatnya.

“Gimana? Mantap kan? Hehe...” kata Ellard.

“Mantap darimana aku ikut kesetrum woy! Lihat nih jadi ada bau gosong kan dari bajuku, awas kau El!!!” balasku yang sempat mencium bau gosong di tubuhku ini, mungkin karena listriknya ada panasnya seperti api.

“Haha.. maafkan aku Azzo wajahmu sangat lucu aku tidak bisa menahan ketawa wahahahaha....”.

“Diam kau El, yang lebih penting ayo kita masuk ke kota Sonnenstadt. Aku sudah malas hujan-hujanan begini lama kelamaan nanti bisa masuk angin”. Aku langsung mengalihkan topik supaya berhenti diejek.

“Tapi El, sejak kapan kau masuk tingkatan sihir emas? Setauku kau masih di tingkatan perak. Tingkatan jiwaku saja masih perak.” Kataku yang tadi sempat merasakan tekanan sihir Ellard yang berbeda dari biasanya, terasa berlimpah.

Di alam Donya, penyihir dan pendekar dibedakan dengan tekanan kekuatannya masing-masing. Untuk penyihir digunakanlah tekanan sihir, sedangkan untuk pendekar terdapat tekanan jiwa. Masing-masing tekanan kekuatan tersebut memiliki tingkatannya lagi. Untuk tingkat pemula hingga ke tingkat tinggi secara berurutan yaitu perunggu, perak, emas, emas karat, emas putih, legenda.

Pelepasan kekuatan dari masing-masing tingkatan akan menyebabkan meningkatnya tekanan kekuatan beberapa kali lipat dari tingkatan sebelumnya.

“Yoi dong. Diriku ini sudah sampai tingkat emas satu titik disaat kau tertidur lama sekali di dalam gua tadi, alhasil meningkatlah kekuatanku dari perak dua titik. Seperti yang kau lihat kekuatan baruku meningkat beberapa kali lipat.” Dengan sombong dan bangganya Ellard memuji kekuatan barunya.

“Dan kau habiskan batu keramat untuk meditasi semuanya?”

“Iya hehe...”

”Bahkan bagianku juga El? Parah woi!”

Aku sangat kesal karena batu keramat untuk peningkatan kekuatan persediaan kami sudah habis semua. Padahal untuk meningkatkan tekanan kekuatan dengan sendirinya butuh bertahun-tahun tanpa batu keramat, selama sepuluh tahun aku hidup di Donya aku hanya bisa sampai ke tekanan jiwa perak. Apes sekali nasibku terjebak di tingkat perak sendirian pikirku.

Seharusnya dengan enam batu keramat setidaknya aku bisa naik ke tekanan jiwa perak tiga titik, yah apa boleh buat sudah kejadian.

“Udah jangan galau, nanti pasti nemu lagi batu keramatnya kok. Dalam perjalanan kesini aja kita bisa nemuin 6 batu keramat, seenggaknya di kota ini kemungkinan ada yang menjualnya. Udah ayo kita masuk ke pintu gerbang kotanya” Kata Ellard yang berusaha menghibur. Namun yah tetap saja aku masih galau meskipun telah sampai ke dekat gerbang kota Sonenstadt.

Kami akhirnya memasuki kota Sonnenstadt. Ellard dan aku langsung terkejut, ternganga ketika melihat ke atas tiba-tiba terdapat daratan langit melayang di atas kota.

“Hei lihat El, bukannya tadi dari jauh tidak ada kelihatan daratan langit ya? Tapi pas sampai sini malahan ada, aneh sekali. Terlebih lagi pemandangan kotanya luar biasa ya aku belum pernah melihat kota seperti ini dalam perjalanan kemari.”

“Aku baru sadar pemandangan kotanya dari luar dan dalam seperti berbeda ya? Sepertinya ada pembatas penglihatan di kota ini. Benar-benar sebuah misteri bagiku ada teknik seperti itu yang bisa mencakup seluruh kota. Tapi kalau dipikirkan masuk akal juga karena kita habis melawan ruin sentinel di luar. Seharusnya memang ada daratan langit di sekitarnya”

“Bahkan, Gedung-gedungnya terbuat dari kaca wow...” Aku begitu takjub karena sudah lama tidak melihat pemandangan seperti saat di dunia lamaku dulu.

“Benar aku juga belum pernah melihat kota seindah ini Azzo. Semua daerah yang kita lewati hingga kemari tidak ada yang seperti ini sebelumnya. Di daerahku juga tidak semaju ini. Bahkan banyak bangunan menjulang ke atas langit.”

Aku sejenak diam dan mengamati beberapa bangunan pencakar langit di kota ini. Dan setelah kulihat dengan seksama bangunan-bangunan pencakar langitnya seperti solah berusaha untuk menggapai daratan langit yang melayang tanpa penopang sama sekali. Namun jaraknya masihlah cukup jauh dari daratan langit itu.

Lalu tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri kami seperti seorang berbaju besi karena lumayan terdengar dari langkahnya yang berat meskipun dalam kondisi hujan. Mungkinkah penjaga kota?

“Hey kalian berdua, apakah kalian pengelana yang baru saja datang ke kota Sonnenstadt? Kalian terlihat seperti sedang kebingungan.”

“Oh iya pak benar, kami baru saja sampai di kota ini.” Balas Ellard

“Kalau kalian baru saja datang, mampir dulu ke pos penjaga untuk mencatatkan kedatangan kalian. Ayo sini ikuti aku”

“Ah iya pak baik.” Aku hanya diam saja membiarkan Ellard yang menjawabnya

Sambil terus waspada, kami pun mengikuti pria berseragam baja ini ke pos penjaga. Lalu segera sampailah kami di pos penjaga. Disana terdapat sekitar 6 orang yang berjaga. Lalu penjaga yang bertugas mencatat di pos pun menanyai kami beberapa hal. Seperti nama kami, dan tujuan kami datang kesini. Kami menjawab tujuan kami adalah untuk belajar, supaya dimudahkan administrasinya, dan juga supaya kami tidak dicurigai, setidaknya mengurangi masalah begitu pikirku.

Kami juga bertanya apakah ada penginapan untuk pengelana dengan harga miring, karena kota ini sepertinya sangatlah mahal. Dan mereka pun memberikan kami petunjuk menuju penginapan harga miring. Lalu segeralah kami menuju ke penginapan bernama Fazeela Inn. Saat kami sedang berjalan ada sesuatu yang aneh.

“El, kau merasakannya?” berbisik ke Ellard tanpa menoleh supaya kami tidak dicurigai.

“Ya, situasinya agak aneh di kota ini, dan ada yang sedang mengawasi kita. Apakah dewa cahaya sedang mengawasi kita? Aku bahkan tidak berani menggunakan Sihir Search untuk menemukan orang yang sedang mengawasi kita. Semenjak masuk ke kota ini ada suatu sensasi aneh Azzo. Sebagai penyihir aku bisa merasakannya. Seolah ada mata yang mengamati kita dari atas.”

“Benar, aku juga merasakan tekanan jiwa kuat seperti sedang menekan kita dari berbagai arah seolah mengekang kita supaya tidak berbuat macam-macam.”

“Ayo Azzo kita harus segera ke penginapan itu secepatnya dan beristirahat. Tidak aman jika kita ada di jalanan seperti ini.”

Sampailah kami di depan Fazeela Inn tempat yang ditunjukkan oleh penjaga kota ini tadi. Kami pun segera masuk dan bertemu dengan resepsionis.

“Hai nona, kami ingin menyewa kamar untuk beberapa hari.”

“Baik kak, mohon maaf sebelumnya, apakah kakak adalah seorang penyihir atau pendekar? Kami memiliki diskon khusus kepada penyihir maupun pendekar jika tekanan sihirnya sudah mencapai tingkat emas.”

“Ah iya terima kasih nona cantik, dimana aku harus mengetes tekanan sihirku?” sambil senyum cengengesan kearahku dengan pedenya dia menggoda resepsionis itu.

Aku sampai lupa kalau Ellard punya sifat yang seperti itu di hadapan seorang wanita. Mungkin jika dihitung-hitung El juga sudah seharusnya memasuki umur pria yang sudah bisa menikah. Mungkin dia ingin segera dapat jodoh.

“Sebentar ya, nah disini kakak silahkan letakkan tangannya ke batu sihir untuk melihat tekanan sihir kakak di tingkat apa. Untuk tekanan jiwa bisa memakai batu jiwa di sebelah sana.” Sambil mengambil batu sihir serta menunjuk batu jiwa yang ada di sebelahnya.

Ellard langsung meletakkan tangannya ke batu sihir itu dan melepaskan tekanan sihirnya supaya bisa diukur. Lalu pada batu sihir itu tiba-tiba langsung berubah warna keemasan dengan tanda satu titik di atasnya.

“Baik kakak ternyata penyihir tingkat emas satu titik ya luar biasa. Lalu kamar apa yang ingin disewa?”

“Satu kamar nona cantik dengan dua tempat tidur ya”

“Baik kakak, ini kuncinya kamar nomor 176 di lantai 3 ya. Atas nama siapa kakak?”

“Ellard nona cantik, kalau nona sendiri namanya siapa?”

“Oh.. saya Eleanore Ran. Panggil saja Ran kak”

Aku hanya berdiri diam di belakang Ellard melihat wajah resepsionis Ran yang memerah karena sudah digoda oleh Ellard. Gile... Mudah sekali wanita itu tergoda pikirku. Aku pun sudah mulai lelah berdiri dan mulai bosan juga melihat El menggodanya, lalu kuputuskan untuk menarik baju Ellard layaknya bocah yang sedang meminta sesuatu sebagai sinyal untuk menyudahi percakapan dan segera pergi menuju ke kamar untuk beristirahat karena kami baru saja kehujanan.

Ellard pun langsung sadar akan sinyalku dan menyudahi percakapannya.

“Ohh iya-iya Azzo hahaha... terima kasih nona, ini 3 keping emas, untuk pembayaran diawalnya nanti untuk kembalian atau kekurangan bisa menyusul ya. Kami baru saja sampai soalnya, ingin segera istirahat hehe. Kita ketemu besok pagi ya nona cantik.” Sambil mengedipkan mata saat jalan dan membuang mukanya dengan gaya.

Aku langsung berjalan duluan ke arah tangga dan naik duluan meninggalkan Ellard di belakangku.

............bersambung.............

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 38: Kekacauan

    Azzo menggenggam tangan Selene dengan erat, air mata pun mengalir di pipinya. "Kami tidak akan pernah melupakanmu, Selene. Aku juga akan menyelesaikan labirin ini demi dirimu." Kata Ellard dengan suara bergetar. Dia seperti ingin menangin namun ditahannya, karena situasi saat ini yang tidak memungkinkan untuk berhenti dan berduka sejenak.“Selene... Hiks... Hiks...” Azzo menangis tersedu-sedu karena ini pertama kalinya menyaksikan seseorang yang dia kenal dengan sangat dekat pergi dari sisinya.Selene mengangguk pelan, lalu menutup matanya untuk terakhir kalinya. Kepergiannya meninggalkan luka mendalam di hati Azzo dan Ellard. Ellard yang melihat Selene seperti ingin menyerahkan tasnya kepadanya, segera memungut tas itu, dan membukanya.“El... Kenapa kau begitu?! Tidakkah itu kurang terhormat mengambil sesuatu dari mayat seseorang? Apalagi itu teman kita, apa kau sudah gila?!” Teriak Azzo protes terhadap tindakan Ellard.“Aku tau itu, tetapi tadi dia sepertinya berusaha menyerahkan t

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 37: Selene, Cahaya yang Padam Di Labirin

    Azzo meraba dinding labirin dengan tangan gemetar. Udara di dalamnya terasa lembap dan berbau pengap. Cahaya lilin yang mereka bawa hanya menerangi sedikit sekitar mereka. Azzo, yang biasanya penuh semangat, kini tampak lemah dan pucat. Dia masih terguncang oleh peristiwa tadi ketika Selene diculik oleh seseorang dengan kekuatan misterius.“Kita harus cepat menemukan Selene,” ucap Ellard dengan suara rendah. “Dia adalah kunci untuk mengungkap rahasia piramid ini.”Azzo mengangguk. Dia merasa bertanggung jawab atas nasib Selene, karena dahulu dialah yang menguji kekuatan dari Selene langsung saat pertama dia bergabung ke dalam kelompok. Mereka berjalan lebih dalam, mengikuti lorong-lorong gelap yang bercabang-cabang. Suara langkah mereka bergema di dinding-dinding batu. Tiba-tiba saja seiring mereka melangkah, mereka dihadapkan pada persimpangan tiga jalan.“Kita harus memilihnya dengan hati-hati,” kata Azzo. “Satu jalan bisa membawa kita ke Selene, yang lain mungkin mengarah pada sesu

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 36.5 : Bio Karakter Bagian 1

    Ini adalah daftar beberapa karakter yang pertama kali dibuat, sebelum akhirnya cerita dimulai. ------------------------------------------------- Nama : Azzo El-Hassan Alias : Pendekar Abadi, Pendekar Tanpa Suara Ras : Manusia Tidak Sempurna Jenis Kelamin : Laki-laki Umur Tubuh : 13 Tahun Hampir 14 Tahun (Saat Pertama Kali Tiba di Donya) Umur Asli : 24 Tahun (Saat ini) Tinggi Badan : 163cm Pekerjaan : Petualang Pekerjaan Sebelumnya : Pencari Artefak Independen Teknik : Ilmu Pedang Hampa Posisi : Pendekar Pedang Garis Depan Status : Abadi Sihir : - Aura : Abu-abu Tingkat Kekuatan : Perak 2 (Episode 1) Emas 2 (Sekarang, Belum Diukur Lagi) Peralatan : 1 Set Perlengkapan Petualang Warna Hitam Pedang Khas Elendig (Rusak/Diperbaiki) Silver Sword atau Pedang Silver (Sekarang) Kerabat : Ellard Vahran (Sahabat) Selene Aurelia (Sahabat) Seltsam Pioneer Nomor 3 - Iter ‘The Myth’, Larissa, Luna, Lisa (Guru) ------------------------------------------------- Nama : Ellard V

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 36: Kisah Sahabat Lama, Labirin Piramid

    Saat ini kami tengah bersiap untuk menjelajah reruntuhan di dekat perbatasan antara daerah netral pegunungan Elendig dengan wilayah Mili wilayah dari Dewa Samudra Elaine ‘The Octagon’. Kami seringkali bertemu pengelana seperti kami yang memburu artefak dari dalam reruntuhan. Mereka bilang di daerah pegunungan ini terdapat semacam piramid yang menarik perhatian kami. Namun sebelum sampai di sana kami memutuskan untuk berkemah kembali di desa sekitar labirin itu.Malam itu, di bawah langit yang berkilauan, kami berkumpul di sekitar api unggun. Cahaya gemerlap memantul dari wajah-wajah kami yang lelah. Selene, dengan matanya yang tajam dan rambut hitamnya yang terurai, menatapku dengan sedikit kesal. Dia selalu lebih waspada, lebih cerdas dalam membaca tanda-tanda alam. Aku, Azzo, lebih suka bertindak dulu dan berpikir kemudian. Itu sebabnya kami sering berbenturan. Ini adalah kisah sebulan setelah kami bertualang dengan Selene.“Selene, kau bilang apa tadi mengenai daerah ini?” tanyaku.

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 35.5: Kisah Ellard Vahran

    Di sebuah desa yang diberkahi oleh para pemuda yang sangat berbakat untuk menjadi pendekar ataupun kesatria, terdapat seorang pemuda berambut merah yang sama sekali tidak menunjukkan bakatnya akan menjadi pendekar. Fisiknya sangatlah lemah, dia adalah Ellard Vahran. meskipun dia menyandang keturunan rambut merah yang kebanyakan dari mereka menjadi seorang pendekar.Dia hidup dengan rasa penasaran yang tak terpuaskan, kemana kekuatan pendekar dari keturunan rambut merah miliknya? Pertanyaan itu selalu berputar di benaknya. Meskipun fisiknya lemah dan tidak menonjolkan bakat sebagai pendekar, ada sesuatu yang tersembunyi dalam dirinya. Di mata orang lain, dia hanyalah seorang pemuda biasa yang tidak memiliki potensi. Dia tidak dianggap oleh sekelilingnya. Keluarga besarnya bahkan menolaknya, karena dia dianggap tidak berguna karena tidak bisa meneruskan keturunan pendekar rambut merah keluarga mereka. Meskipun Ellard menghadapi penolakan dari keluarga besarnya dan desa, ada dua orang y

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 35: Selene, Kisah Sahabat Lama yang Terlupakan

    Tahun D194, kami masih berada di daerah netral pegunungan Elendig. Pada suatu hari Aku dan Ellard bertemu dengan seorang petualang perempuan ketika kami sedang berkemah di salah satu puncak gunung di pegunungan Elendig di dekat kota kecil Vreven. Saat itu, angin malam membuat tubuhku menggigil ketika aku dan Ellard berkemah di puncak gunung. Api unggun kami berjuang melawan dingin yang menusuk tulang. Di antara gemuruh angin, sebuah bayangan muncul dari kegelapan. Seorang perempuan, langkahnya ringan seperti hembusan angin, mendekati kami.“Azzo, sepertinya kita kedatangan tamu tak diundang.” Ellard waspada“Beruang atau manusia El?” tanyaku.“Dari ukurannya yang kurasakan dengan sihir deteksiku sepertinya manusia. Hei kau keluarlah aku tau kau ada di sana!” teriak Ellard berusaha menghalau musuh.Bayangan orang yang muncul dari kegelapan itu semakin mendekat. Langkahnya ringan, seolah-olah dia menyatu dengan angin malam. Rambut biru langitnya tergerai, dan matanya memancarkan kecerda

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status