LOGINTerlempar ke dunia asing bernama "Donya" selama 10 tahun dengan tubuh tak menua sedikitpun, tanpa ingatan. Hanya dengan pecahan ingatan tentang dunia lama yang hancur dan matanya yang berubah warna ketika mengingat kejadian itu. Meskipun dengan sedikit pecahan ingatan yang pulih kembali seiring berjalannya waktu. Aku harus tetap hidup, untuk kembali ke duniaku. Dengan mempertaruhkan nyawa dalam mencari ingatanku yang hilang, serta mengandalkan teknik berpedang dari kitab yang kutemukan di jalan yaitu "teknik pedang hampa". Aku memulai perjalanan ini. Namaku Azzo, ini adalah kisah hidupku.
View MoreAurelia's POV:
I slowly let my lids open. Jeez, I was sore all over. I looked around. What the fuck? This isn't my room! And what's more—a muscular blonde was sharing the bed with me. NAKED!! My thoughts were hazy, but I didn’t wait for the realization of what had happened, why I was naked in bed with a man I barely recognized, in a room that was so unfamiliar, to come back to me. I gently, yet hastily, got out of the king-sized bed, picked up some clothes I recognized as my own lying carelessly on the floor, grabbed my phone from a nearby dresser, and went into the suite's bathroom, barely sparing the blonde—who seemed to be enjoying his sleep—a look. I threw on my clothes and tried to get an idea of where I was using my phone's GPS. A five-star hotel in the heart of Los Angeles. With the map, I realized I was thirty minutes away from my apartment. Noah's POV I woke up feeling absolutely amazing. Last night was one hell of a night. I didn’t remember much—I’d been tipsy—but one thing was certain: I had a damn good fuck. Who would’ve thought a virgin could be that good? And seriously, what kind of escort is a virgin? It didn’t really matter now. I’d paid a fortune to the agency to keep my identity anonymous and deliver a hot escort, to the point where I’d almost thought it was a scam. It had seemed too good to be true. But damn, she had topped the charts as the best I’d ever had. I looked around and realized the escort wasn’t in the room anymore. I didn’t care much—most of them were like that. They always left before dawn, either to protect their identities or to get away with whatever they’d managed to steal from me: wristwatches, cash, and other petty items. I hadn’t expected her to leave so early, though, especially after how she’d been begging for more last night. She’d been moaning loudly, calling me "daddy," as I thrust as deep as I could into her. To be honest, she didn’t seem like an escort. There was something too sophisticated about her—a bit of elegance, even in her drunken state. She didn’t fit the typical profile. I licked my lips at the memory of how good I’d felt, the way her body had responded to me. Whatever her story was, it didn’t matter. She’d given me a night to remember. AURELIA'S POV I got out of the bathroom, dripping wet and still in the gold dress. My throat was parched as hell, so I went to grab a drink. As I picked up a cup to pour myself some water, fragments of memories started coming back to me. I remembered downing a shot of alcohol while laughing. Elan my boyfriend was there. We were in a bustling place—like a party or something. I must have stopped after a shot or two because I knew how lightheaded I could get. I never drank too much when I was out with Elan or my friends. Another memory flashed, accompanied by a terrible headache—a hangover. I remembered moaning loudly as my breasts were being squeezed. I couldn’t quite see who it was. The background was blurry, maybe a bit dark, but I was sure it was Elan. We’d done stuff like this a couple of times, and I knew exactly how it felt. Then the memories stopped coming. I tried to coax them back, but nothing came. In fact, I was only adding to my headache. If I was with Elan yesterday, then how the fuck did I end up naked in a blonde man’s bed? The fact that I couldn’t remember more made me even angrier. The only person who could really jog my memory was Elan, but with so many missed calls from him on my phone, how was I supposed to explain waking up in bed with another man? If there was one thing I knew about Elan, it was that he was insanely jealous. Anything to jog my memory would do wonders right now. I felt a bit cold and glanced down at the skimpy dress I was still wearing. It showed a lot of skin. I remembered putting it on the day before, along with my makeup and styled hair, but my memories stopped there. I grabbed my phone and went straight to my chat with Elan to see if our conversations could give me any clues about where we’d been last night. His last message, sent this morning, had crying and kissing emojis. What did he even mean by that text? I knew Elan didn’t use emojis very often, but when he did, he really meant something and was trying to pass on his emotions. Just then, another message popped in from him: Where were you yesterday, babes? You didn’t check in at the hotel last night—why? I’m so sorry about yesterday, babe. I’m currently busy right now, so I can’t come over as promised, but you can drop by mine. (love emoji) His texts only made me more confused. I scrolled down to our recent chats hoping to find something that would give me a clue about last night. I'm close. Be down in 5 babes! I scrolled downwards again I chose and pre-ordered the gold dress already, it should be delivered soon. It was obvious we'd gone out together, but where the hell did we go??Azzo menggenggam tangan Selene dengan erat, air mata pun mengalir di pipinya. "Kami tidak akan pernah melupakanmu, Selene. Aku juga akan menyelesaikan labirin ini demi dirimu." Kata Ellard dengan suara bergetar. Dia seperti ingin menangin namun ditahannya, karena situasi saat ini yang tidak memungkinkan untuk berhenti dan berduka sejenak.“Selene... Hiks... Hiks...” Azzo menangis tersedu-sedu karena ini pertama kalinya menyaksikan seseorang yang dia kenal dengan sangat dekat pergi dari sisinya.Selene mengangguk pelan, lalu menutup matanya untuk terakhir kalinya. Kepergiannya meninggalkan luka mendalam di hati Azzo dan Ellard. Ellard yang melihat Selene seperti ingin menyerahkan tasnya kepadanya, segera memungut tas itu, dan membukanya.“El... Kenapa kau begitu?! Tidakkah itu kurang terhormat mengambil sesuatu dari mayat seseorang? Apalagi itu teman kita, apa kau sudah gila?!” Teriak Azzo protes terhadap tindakan Ellard.“Aku tau itu, tetapi tadi dia sepertinya berusaha menyerahkan t
Azzo meraba dinding labirin dengan tangan gemetar. Udara di dalamnya terasa lembap dan berbau pengap. Cahaya lilin yang mereka bawa hanya menerangi sedikit sekitar mereka. Azzo, yang biasanya penuh semangat, kini tampak lemah dan pucat. Dia masih terguncang oleh peristiwa tadi ketika Selene diculik oleh seseorang dengan kekuatan misterius.“Kita harus cepat menemukan Selene,” ucap Ellard dengan suara rendah. “Dia adalah kunci untuk mengungkap rahasia piramid ini.”Azzo mengangguk. Dia merasa bertanggung jawab atas nasib Selene, karena dahulu dialah yang menguji kekuatan dari Selene langsung saat pertama dia bergabung ke dalam kelompok. Mereka berjalan lebih dalam, mengikuti lorong-lorong gelap yang bercabang-cabang. Suara langkah mereka bergema di dinding-dinding batu. Tiba-tiba saja seiring mereka melangkah, mereka dihadapkan pada persimpangan tiga jalan.“Kita harus memilihnya dengan hati-hati,” kata Azzo. “Satu jalan bisa membawa kita ke Selene, yang lain mungkin mengarah pada sesu
Ini adalah daftar beberapa karakter yang pertama kali dibuat, sebelum akhirnya cerita dimulai. ------------------------------------------------- Nama : Azzo El-Hassan Alias : Pendekar Abadi, Pendekar Tanpa Suara Ras : Manusia Tidak Sempurna Jenis Kelamin : Laki-laki Umur Tubuh : 13 Tahun Hampir 14 Tahun (Saat Pertama Kali Tiba di Donya) Umur Asli : 24 Tahun (Saat ini) Tinggi Badan : 163cm Pekerjaan : Petualang Pekerjaan Sebelumnya : Pencari Artefak Independen Teknik : Ilmu Pedang Hampa Posisi : Pendekar Pedang Garis Depan Status : Abadi Sihir : - Aura : Abu-abu Tingkat Kekuatan : Perak 2 (Episode 1) Emas 2 (Sekarang, Belum Diukur Lagi) Peralatan : 1 Set Perlengkapan Petualang Warna Hitam Pedang Khas Elendig (Rusak/Diperbaiki) Silver Sword atau Pedang Silver (Sekarang) Kerabat : Ellard Vahran (Sahabat) Selene Aurelia (Sahabat) Seltsam Pioneer Nomor 3 - Iter ‘The Myth’, Larissa, Luna, Lisa (Guru) ------------------------------------------------- Nama : Ellard V
Saat ini kami tengah bersiap untuk menjelajah reruntuhan di dekat perbatasan antara daerah netral pegunungan Elendig dengan wilayah Mili wilayah dari Dewa Samudra Elaine ‘The Octagon’. Kami seringkali bertemu pengelana seperti kami yang memburu artefak dari dalam reruntuhan. Mereka bilang di daerah pegunungan ini terdapat semacam piramid yang menarik perhatian kami. Namun sebelum sampai di sana kami memutuskan untuk berkemah kembali di desa sekitar labirin itu.Malam itu, di bawah langit yang berkilauan, kami berkumpul di sekitar api unggun. Cahaya gemerlap memantul dari wajah-wajah kami yang lelah. Selene, dengan matanya yang tajam dan rambut hitamnya yang terurai, menatapku dengan sedikit kesal. Dia selalu lebih waspada, lebih cerdas dalam membaca tanda-tanda alam. Aku, Azzo, lebih suka bertindak dulu dan berpikir kemudian. Itu sebabnya kami sering berbenturan. Ini adalah kisah sebulan setelah kami bertualang dengan Selene.“Selene, kau bilang apa tadi mengenai daerah ini?” tanyaku.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.