Beranda / Fantasi / Terbangun: Ingatan Yang Hilang / Chapter 1: Si Pengelana dan Temannya?

Share

Terbangun: Ingatan Yang Hilang
Terbangun: Ingatan Yang Hilang
Penulis: Falazo

Chapter 1: Si Pengelana dan Temannya?

Penulis: Falazo
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-10 06:45:51

*drip* *drip* *zras*

Aku membuka mata dari tidurku di tengah rintik hujan yang terdengar semakin lebat, dengan melihat sekeliling, terasa hawa dingin kegelapan dan kesendirian menyelimutiku. Masih sendiri seperti biasa pikirku. Tidurku selalu saja tidak lelap, teringat akan kejadian 10 tahun lalu, dimana aku terlempar ke dunia ini, dunia yang ku tahu pun telah hancur, sekarang aku berada di tempat bernama Donya.

Bagaimana aku bisa berada disini? Akupun tak tahu... lebih tepatnya aku tidak memiliki ingatan mengenai itu, yang kutahu bahwa Donya bukanlah rumahku. Dan satu-satunya petunjuk adalah penglihatanku, mata kananku terkadang berubah warna ketika mengingat dunia yang kutahu sudah hancur. Aku mulai bersiap kembali dengan jubah dan pedangku.

“Azzo, sudah bangun? Ayo kita lanjutkan perjalanan kita ke Sonnenstadt.” kata seseorang yang telah berdiri di belakangku.

“El? Ayo kita pergi.”

Saat ini aku bersama dengan Ellard yang sudah kuanggap kawanku, sahabatku... dan bahkan seperti keluargaku di Donya, atau begitulah pikirku, namun entahlah aku hanya mencoba mempercayainya... jika dia tidak bisa dipercaya mungkin aku sudah mati dibunuh saat aku masih tidur. Setidaknya begitu yang aku percaya bahwa dia adalah orang baik.

“Kau masih saja belum tumbuh ya masih saja kecil seperti 10 tahun lalu!” kata Ellard

“Mau gimana lagi kan? Aku juga tidak tau apa yang terjadi tapi tubuhku masih saja sama seperti 10 tahun lalu, dan aku tidak kecil enak saja!” aku menyautnya dengan sedikit kesal.

Aku bertemu Ellard ketika pertama kali sadar ada di Donya ini, ia menemukanku tergeletak di tengah hutan ketika sedang dalam perjalanan berkelana. Anehnya dulu dia seumuranku sekitar 13 tahun mungkin? Atau setidaknya segitulah umurku saat itu. Namun saat ini dia sudah dewasa dan aku masih saja terlihat menyedihkan seperti ini...

“ssst.. Fokus Azzo, ada sesuatu di dekat sini”

tiba-tiba suasana hening membuat kita menjadi waspada. Ellard yang waspada mulai bersiap dengan pedangnya Ellard waspada di dekat pintu masuk goa tempat kami beristirahat.

“Ya, aku tau, Jangan keluarkan pedangmu dulu, nanti dia sadar akan keberadaan kita.”

Tanpa diduga kami mendapati ada sesosok ruin sentinel di sekitar kami. Dengan tingkatan kultivasi energi fisik maupun sihir kami saat ini, kami sadar bahwa bertarung melawannya bukanlah sebuah pilihan yang tepat. Di Donya, makhluk bernama ruin sentinel ini sering berkeliaran dimanapun, kabarnya mereka adalah sisa-sisa dari peradaban terdahulu Sarandjana yang telah diperintahkan untuk meninggalkan negeri tersebut karena ada suatu kejadian tidak terduga, beredar rumor bahwa kejadian tersebut terjadi sekitar 10 tahun lalu.

Belakangan ini aku mulai sadar kemungkinan kejadian tersebut berkaitan dengan kedatanganku ke Donya. Meskipun aku tidak memiliki petunjuk mengenai itu namun, waktunya terasa janggal.

“Hei el, apakah mungkin di sekitar sini ada itu?”

“itu? Maksudmu daratan langit?” balas Ellard

“Meskipun ada ruin sentinel di sekitar kita, diriku ini tidak melihat apapun di atas sejauh mata memandang. Biasanya kita bisa melihatnya dengan mudah”.

Daratan langit adalah salah satu misteri terbesar di Donya, tidak ada seorang pun yang mengetahui apa yang ada di atasnya karena tidak ada seorangpun tau cara untuk naik kesana. Rumor mengatakan bahwa daratan langit tersebut sebelumnya merupakan daratan biasa yang menyatu dengan daratan disekitarnya. Dikatakan bahwa terangkat dan terpisahnya daratan tersebut dari daratan bawah adalah karena terdapat seorang dewa yang mengendalikannya. Selama sepuluh tahun ini, informasi mengenai Donya sangatlah minim, yang pasti adalah disini terdapat Delapan Heavenly God yang menguasai seluruh dunia.

Sebentar saja aku termenung berpikir, ruin sentinel sudah menemukan kami yang tiba-tiba berada tepat di atas Ellard dan melompat ke arah depan gua. Benda itu akhirnya menutupi jalan keluar-masuk dari gua ini.

“El lihat atasmu!”

Aku langsung bergegas memberi serangan pemancing ke arah ruin sentinel dengan menggunakan pedangku karena Ellard yang telat merespon datangnya ruin sentinel tersebut. Ellard yang terkejut langsung mundur ke belakangku.

“Sini kau dasar mesin incar aku!”

Hiyah!

“Wow, Nice cover bro!” Sahut Ellard.

Aku menahan ruin sentinel tersebut dengan teknik berpedangku. lalu kulancarkan serangan dengan Teknik Pedang Hampa milikku, aku menebasnya dari arah kanan dengan tebasan yang melebihi kecepatan suara hingga menyebabkan tebasan pedangku tidak berbunyi saat mengenainya yang akhirnya menyebabkan ruin sentinel tersebut tumbang dengan bekas tebasan menganga di dadanya. Jika bukan karena Teknik Pedang Hampa yang kutemukan dari Kitab Pedang Hampa selama perjalanan, mungkin aku tidak akan bisa mengalahkan Ruin sentinel dengan cukup mudah.

Aku mendekat dan mengamati tubuh dari ruin sentinel itu. Jika dilihat lebih dekat tubuh ruin sentinel merupakan penggabungan antara tubuh organisme seperti manusia dengan mesin, namun lebih dominan kearah mesinnya. Setelah aku melihatnya dari dekat, aku berpikir jika mereka adalah setengah manusia kenapa mereka menyerang kami yang manusia juga? Aku menyimpan pemikiranku mengenai itu, karena selama sepuluh tahun aku di Donya, aku sama sekali tidak menemukan jawabannya.

Setelah itu, aku langsung keluar gua untuk mengamati ulang area sekitar dan memastikan tidak ada serangan susulan lain. Kulihat ke kanan dan ke kiri hingga ke atas gua tempat munculnya ruin sentinel tadi yang seperti tebing curam, namun tidak terlihat hingga ke atas karena pada saat ini sedang hujan cukup lebat. Setelah situasi menurutku cukup aman aku langsung menghampiri Ellard untuk protes.

“El kenapa tidak membantuku tadi hah?!”

“Tenang bro, tadi sudah kubantu kok dengan sihir penguatan, jika tadi aku tidak membantumu pasti ruin sentinel itu akan lama tumbangnya dan ga mungkin dengan beberapa tebasanmu yang seperti itu dia langsung tumbang.” Balas Ellard membela diri dengan tenangnya.

“Ya memang sih sedikit berasa tapi... Ah sudahlah lupakan... Lain kali aktifkan terus sihir pendeteksimu jangan sampai lengah. Hmph !” Jawabku dengan nada kesal karena moodku masih saja jelek sehabis bangun tidur yang langsung bertarung melawan ruin sentinel pula.

Kami pun keluar dari gua peristirahatan untuk melanjutkan perjalanan.

“Hei lihat ini Azzo berdasarkan peta yang kubawa, kota Sonnenstadt seharusnya ada dibalik bukit itu.” Kata Ellard.

Kami pun memanjat bukit ini dan akhirnya terlihat kota Sonnenstadt yang terlihat sangat luar biasa terang dari kejauhan meskipun sedang hujan lumayan lebat. Ketika pertama kali diriku melihat kota Sonnenstadt dari atas bukit, aku langsung terkagum akan gemerlap kotanya serta teringat akan duniaku, dunia lamaku. Ini adalah Kota modern pertama yang kutemui di Donya.

...... Bersambung ......

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tien Wulandari
bagus banget...lanjut chapter berikutnya..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 38: Kekacauan

    Azzo menggenggam tangan Selene dengan erat, air mata pun mengalir di pipinya. "Kami tidak akan pernah melupakanmu, Selene. Aku juga akan menyelesaikan labirin ini demi dirimu." Kata Ellard dengan suara bergetar. Dia seperti ingin menangin namun ditahannya, karena situasi saat ini yang tidak memungkinkan untuk berhenti dan berduka sejenak.“Selene... Hiks... Hiks...” Azzo menangis tersedu-sedu karena ini pertama kalinya menyaksikan seseorang yang dia kenal dengan sangat dekat pergi dari sisinya.Selene mengangguk pelan, lalu menutup matanya untuk terakhir kalinya. Kepergiannya meninggalkan luka mendalam di hati Azzo dan Ellard. Ellard yang melihat Selene seperti ingin menyerahkan tasnya kepadanya, segera memungut tas itu, dan membukanya.“El... Kenapa kau begitu?! Tidakkah itu kurang terhormat mengambil sesuatu dari mayat seseorang? Apalagi itu teman kita, apa kau sudah gila?!” Teriak Azzo protes terhadap tindakan Ellard.“Aku tau itu, tetapi tadi dia sepertinya berusaha menyerahkan t

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 37: Selene, Cahaya yang Padam Di Labirin

    Azzo meraba dinding labirin dengan tangan gemetar. Udara di dalamnya terasa lembap dan berbau pengap. Cahaya lilin yang mereka bawa hanya menerangi sedikit sekitar mereka. Azzo, yang biasanya penuh semangat, kini tampak lemah dan pucat. Dia masih terguncang oleh peristiwa tadi ketika Selene diculik oleh seseorang dengan kekuatan misterius.“Kita harus cepat menemukan Selene,” ucap Ellard dengan suara rendah. “Dia adalah kunci untuk mengungkap rahasia piramid ini.”Azzo mengangguk. Dia merasa bertanggung jawab atas nasib Selene, karena dahulu dialah yang menguji kekuatan dari Selene langsung saat pertama dia bergabung ke dalam kelompok. Mereka berjalan lebih dalam, mengikuti lorong-lorong gelap yang bercabang-cabang. Suara langkah mereka bergema di dinding-dinding batu. Tiba-tiba saja seiring mereka melangkah, mereka dihadapkan pada persimpangan tiga jalan.“Kita harus memilihnya dengan hati-hati,” kata Azzo. “Satu jalan bisa membawa kita ke Selene, yang lain mungkin mengarah pada sesu

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 36.5 : Bio Karakter Bagian 1

    Ini adalah daftar beberapa karakter yang pertama kali dibuat, sebelum akhirnya cerita dimulai. ------------------------------------------------- Nama : Azzo El-Hassan Alias : Pendekar Abadi, Pendekar Tanpa Suara Ras : Manusia Tidak Sempurna Jenis Kelamin : Laki-laki Umur Tubuh : 13 Tahun Hampir 14 Tahun (Saat Pertama Kali Tiba di Donya) Umur Asli : 24 Tahun (Saat ini) Tinggi Badan : 163cm Pekerjaan : Petualang Pekerjaan Sebelumnya : Pencari Artefak Independen Teknik : Ilmu Pedang Hampa Posisi : Pendekar Pedang Garis Depan Status : Abadi Sihir : - Aura : Abu-abu Tingkat Kekuatan : Perak 2 (Episode 1) Emas 2 (Sekarang, Belum Diukur Lagi) Peralatan : 1 Set Perlengkapan Petualang Warna Hitam Pedang Khas Elendig (Rusak/Diperbaiki) Silver Sword atau Pedang Silver (Sekarang) Kerabat : Ellard Vahran (Sahabat) Selene Aurelia (Sahabat) Seltsam Pioneer Nomor 3 - Iter ‘The Myth’, Larissa, Luna, Lisa (Guru) ------------------------------------------------- Nama : Ellard V

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 36: Kisah Sahabat Lama, Labirin Piramid

    Saat ini kami tengah bersiap untuk menjelajah reruntuhan di dekat perbatasan antara daerah netral pegunungan Elendig dengan wilayah Mili wilayah dari Dewa Samudra Elaine ‘The Octagon’. Kami seringkali bertemu pengelana seperti kami yang memburu artefak dari dalam reruntuhan. Mereka bilang di daerah pegunungan ini terdapat semacam piramid yang menarik perhatian kami. Namun sebelum sampai di sana kami memutuskan untuk berkemah kembali di desa sekitar labirin itu.Malam itu, di bawah langit yang berkilauan, kami berkumpul di sekitar api unggun. Cahaya gemerlap memantul dari wajah-wajah kami yang lelah. Selene, dengan matanya yang tajam dan rambut hitamnya yang terurai, menatapku dengan sedikit kesal. Dia selalu lebih waspada, lebih cerdas dalam membaca tanda-tanda alam. Aku, Azzo, lebih suka bertindak dulu dan berpikir kemudian. Itu sebabnya kami sering berbenturan. Ini adalah kisah sebulan setelah kami bertualang dengan Selene.“Selene, kau bilang apa tadi mengenai daerah ini?” tanyaku.

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 35.5: Kisah Ellard Vahran

    Di sebuah desa yang diberkahi oleh para pemuda yang sangat berbakat untuk menjadi pendekar ataupun kesatria, terdapat seorang pemuda berambut merah yang sama sekali tidak menunjukkan bakatnya akan menjadi pendekar. Fisiknya sangatlah lemah, dia adalah Ellard Vahran. meskipun dia menyandang keturunan rambut merah yang kebanyakan dari mereka menjadi seorang pendekar.Dia hidup dengan rasa penasaran yang tak terpuaskan, kemana kekuatan pendekar dari keturunan rambut merah miliknya? Pertanyaan itu selalu berputar di benaknya. Meskipun fisiknya lemah dan tidak menonjolkan bakat sebagai pendekar, ada sesuatu yang tersembunyi dalam dirinya. Di mata orang lain, dia hanyalah seorang pemuda biasa yang tidak memiliki potensi. Dia tidak dianggap oleh sekelilingnya. Keluarga besarnya bahkan menolaknya, karena dia dianggap tidak berguna karena tidak bisa meneruskan keturunan pendekar rambut merah keluarga mereka. Meskipun Ellard menghadapi penolakan dari keluarga besarnya dan desa, ada dua orang y

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 35: Selene, Kisah Sahabat Lama yang Terlupakan

    Tahun D194, kami masih berada di daerah netral pegunungan Elendig. Pada suatu hari Aku dan Ellard bertemu dengan seorang petualang perempuan ketika kami sedang berkemah di salah satu puncak gunung di pegunungan Elendig di dekat kota kecil Vreven. Saat itu, angin malam membuat tubuhku menggigil ketika aku dan Ellard berkemah di puncak gunung. Api unggun kami berjuang melawan dingin yang menusuk tulang. Di antara gemuruh angin, sebuah bayangan muncul dari kegelapan. Seorang perempuan, langkahnya ringan seperti hembusan angin, mendekati kami.“Azzo, sepertinya kita kedatangan tamu tak diundang.” Ellard waspada“Beruang atau manusia El?” tanyaku.“Dari ukurannya yang kurasakan dengan sihir deteksiku sepertinya manusia. Hei kau keluarlah aku tau kau ada di sana!” teriak Ellard berusaha menghalau musuh.Bayangan orang yang muncul dari kegelapan itu semakin mendekat. Langkahnya ringan, seolah-olah dia menyatu dengan angin malam. Rambut biru langitnya tergerai, dan matanya memancarkan kecerda

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status