“Apakah kau tidak ingin mengatakan sesuatu tentang kedatanganmu kesini hingga menghancurkan pelindung Istanaku Licht?”“Waktuku tidak selonggar itu untuk berbincang denganmu, aku hanya ingin melampiaskan amarah ini selain menanyaimu tentang calon penerusku.”“Wow hebatnya... Kau juga sadar rupanya mengenai penyusup yang masuk kemari. Namun, terlepas dari itu kemarahanmu itu sangat tepat untuk mengarahkannya padaku Licht! Sudah lama aku tidak pemanasan. Dan nampaknya kau dikendalikan oleh amarahmu ya terlihat jelas dari matamu memerah. Sungguh disayangkan seorang di level sepertimu jatuh ke dalam emosinya seperti itu.”Roagh!Licht mendorong Emilia dengan aura yang digunakannya sebagai pendorong, saat ini ia melompat dari kuda pegasusnya itu untuk menyerang Emilia.“Cih... Tenagamu sepertinya bertambah karena efek dari amarah itu. Namun teknikmu sepertinya menumpul karenanya!”Hiyah!Emilia menggunakan tenaganya untuk mendorong balik Licht dan ditambah dengan serangan menggunakan kakin
“Kau benar El, saatnya kita serius!”“Seperti biasa ya Azzo.”Ellard mengaktifkan sihir pendukungnya padaku. Sebuah lingkaran sihir dengan segitiga ditengahnya muncul tepat di bawah tempatku berdiri. Kelebihan Ellard adalah mampu menggunakan sihir pendukung tanpa rapalan, jadi ini mempermudah kami mengalahkan musuh secepat mungkin.Darah yang keluar dari tubuhku karena luka menguap membentuk aura sihir merah yang memancar dan terlihat oleh musuh.“Hei El, kepalaku bagian kiriku kenapa tidak sembuh? Aw..” sambil menyentuh lukanya yang tidak sembuh.“Sihir ini hanya menyembuhkan 50% dari luka yang didapat, jadi ya begitulah. Namun kau tau sihir ini menambahkan kekuatanmu secara signifikan, jadi cepat kalahkan mereka dan kita bantu nona Emilia.”“Baiklah, aku akan maju El awasi punggungku ya! Teknik Pedang Hampa: Langkah Hampa dan Tebasan Tanpa Suara.”Sementara itu para pengawal milik Licht yaitu Rey dan Eno tercengang melihat
“Sepertinya kau sudah memahami niatanku menerima kedua tamuku di bawah sana ya Licht. Seperti biasanya kau selalu berpikiran dengan tajam, meskipun kau tidak menggunakan kekuatanmu untuk membuat penampilanmu itu awet muda.” Ucap Emilia.“Terima kasih untuk pujiannya Emilia. Dan aku tidak menyangka jurusku barusan itu bisa dibatalkan semudah itu olehmu, meskipun aku mendapatkan beberapa gangguan dalam pengaktifannya. Apakah yang dibawah sana itu-”“Sesuai dugaanmu. Bagaimana dengan penilaianku tentang mereka? Tidakkah mereka memiliki potensi? Mereka bahkan bisa mengganggu jurusmu yang barusan itu.”“Instingmu dalam menilai seseorang memanglah mengerikan Emilia, dan aku salut kepadamu tentang hal itu, tidak sepertiku ini yang kesulitan untuk menilai potensi dari seseorang.” Ucap Licht terkesan.“Kak Emilia! Apakah semuanya baik-baik saja?” Aku berteriak memanggil kak Emilia karena keadaan tiba-tiba saja suasana menjadi hening. Sihir yang luar biasa tadi menghilang dengan mudahnya. Aku
“Tunggu dulu Licht, aku memang menemukan mereka untuk menjadi muridmu. Namun yang kumaksud adalah mereka berdua. Ilmu pedang yang digunakan anak satunya adalah ilmu pedang hampa. Bukankah kau sudah mencari pendekar pedang hampa sebelumnya?” Ucap Emilia.“Memang aku mencari seorang pendekar pedang hampa, namun teknik anak ini masih belum cukup untuk menjadi muridku. Dia hanya mampu menggunakan dasarannya saja.”“Meski begitu, kau terdorong beberapa meter oleh teknik pedang anak ini Licht.”“Hm... Kuakui kau benar Emilia, namun dengan tekniknya sekarang tidak ada yang bisa kuajarkan padanya. Lebih tepatnya aku tidak mampu mengajarinya. Tidak dengan dasarnya yang sekarang.”“Tunggu dulu, bisakah kalian menjelaskannya padaku?! Kenapa tiba-tiba aku ditawari untuk menjadi murid dari Dewa Cahaya Licht?” Ucap Ellard kesal.“Iya dia benar kak Emi, kenapa aku malah dicibir tiba-tiba di sini. Memang benar aku bukanlah pendekar pedang yang hebat, tapi apakah sampai segitunya aku tidak bisa diajar
Setelah percakapan singkat di depan Istana kami masuk ke dalam untuk melanjutkan perbincangan, kakek Licht itu ternyata adalah seseorang yang sangat penting dan merupakan Dewa Cahaya era ini. Dia juga sepertinya kelelahan dari perjalanannya karena dia yang meminta untuk meneruskan perbincangannya di dalam Istana dan dia juga bilang ingin sedikit beristirahat. Aku tidak mengerti bagaimana bisa seorang dewa bisa kelelahan dari perjalanan tetapi dari gelagatnya saat sampai ke sini tadi dia terlihat seperti seseorang yang tergesa-gesa mungkin karena itu dia jadi lelah.“Baiklah akan kulanjutkan lagi tentang seseorang yang kemungkinan bisa menjadi gurumu Azzo.” Ucap Licht. Dia langsung saja berbicara padaku ketika telah menemukan sofa yang nyaman untuk duduk. Benar-benar seorang kakek.“Baik kek aku akan mendengarkannya dengan seksama.”*plak*Bunyi tangan Ellard yang mencapai wajahku.“Aduh sakit woy... Apa yang kau lakukan El?!”“Hei Azzo, apa kau sudah gila?! Memanggil dia kakek, sehar
*drip* *drip* *zras* Aku membuka mata dari tidurku di tengah rintik hujan yang terdengar semakin lebat, dengan melihat sekeliling, terasa hawa dingin kegelapan dan kesendirian menyelimutiku. Masih sendiri seperti biasa pikirku. Tidurku selalu saja tidak lelap, teringat akan kejadian 10 tahun lalu, dimana aku terlempar ke dunia ini, dunia yang ku tahu pun telah hancur, sekarang aku berada di tempat bernama Donya. Bagaimana aku bisa berada disini? Akupun tak tahu... lebih tepatnya aku tidak memiliki ingatan mengenai itu, yang kutahu bahwa Donya bukanlah rumahku. Dan satu-satunya petunjuk adalah penglihatanku, mata kananku terkadang berubah warna ketika mengingat dunia yang kutahu sudah hancur. Aku mulai bersiap kembali dengan jubah dan pedangku.“Azzo, sudah bangun? Ayo kita lanjutkan perjalanan kita ke Sonnenstadt.” kata seseorang yang telah berdiri di belakangku.“El? Ayo kita pergi.” Saat ini aku bersama dengan Ellard yang sudah kuanggap kawanku, sahabatku... dan bahkan seperti kel
Di atas bukit yang cukup dekat dari kota, kami melihat gemerlap kota Sonnenstadt yang indah dari kejauhan dengan disertai hujan lebat. Namun, tiba-tiba Ellard memperingatkan karena dia merasakan ada sesuatu yang janggal.“Azzo sepertinya ada lagi ruin sentinel di dekat kita, aku merasakannya dengan Sihir Search-ku”. “Dimana ruin sentinel sialan itu El? Akan kuhajar benda mati itu” Aku bersiap siaga sambil mengeluarkan pedangku dan siap bertarung dengan kuda-kuda Teknik Pedang Hampa yang memang hanya itu yang kupahami dari teknik bertarung ini selama sepuluh tahun terakhir. Pedangku mulai dialiri aura jiwa berwarna biru kehitaman dari Teknik Pedang Hampa, namun Ellard langsung dengan sigap mencuri start karena dia merasa sudah berhutang budi denganku di pertarungan sebelumnya.“Itu dia di arah jam 1. Tapi tunggu sebentar Azzo, biar kuatasi ini, tadi aku sudah berhutang padamu, ga enak kan kalau aku harus berhutang diselamatkan seperti itu. Sekarang giliranku membalasnya”. Dengan seke
Setelah aku melihat kunci kamar yang sudah ada di tangan Ellard, langsung saja aku menuju kearah tangga untuk pergi ke kamar penginapan kami. Ellard menyusul di belakangku. Kami menyusuri lantai demi lantai menuju lantai ketiga tempat kamar yang kami sewa.“Azzo, santai dong jalannya gausah tergesa-gesa aku lagi pengen ngobrol dengan nona cantik itu lohh.. jarang-jarang kan ketemu wanita di perjalanan kita. Siapa tau bisa kunikahi hehe...”“Bodo amat El, aku dah capek mau tidur.”“Bukannya tadi baru aja tidur di goa? Masa udh ngantuk lagi? Cari alesan aja biar aku ga bisa punya cewe ya?”“Ish, tau ah. Tapi El, apa kau ga lapar? Aku kok lapar ya.” Aku memandangnya sinis, dan mengalihkan topik pembicaraan. Sebenarnya aku lumayan iri dengannya, dia kan bisa saja dapat pacar kapanpun, bahkan mungkin saja bisa langsung menikah. Tampangnya pun tidaklah jelek jadi memang mudah saja baginya mendapatkan wanita. Lah aku? Tubuhku seperti bocah begini mana ada yang mau denganku.“Boleh, karena ka