Share

Chapter 5: The Octagon, Delapan Dewa Surgawi

Tahun D200, suatu tempat di puncak gunung, di antara lembah dan pegunungan Elendig. Kedelapan dewa surgawi atau The Octagon penguasa alam Donya berkumpul. Namun hanya terdapat enam dewa yang hadir, kedua sisanya masih belum datang.

“Dimana Igares? Mengapa dia belum datang? Kukira dia yang membuat pertemuan ini supaya terlaksana, malah dia sendiri yang belum datang.”

Terdengar suara yang berat memenuhi ruangan. Ia adalah Licht, Dewa Cahaya penguasa Sonnensadt

“Tenanglah sedikit Licht, cahayamu itu merusak tatanan pecahayaan di sini dan menjadikannya terlalu terang jika kau tetap meninggikan auramu seperti itu.”

Terdengar suara seorang wanita menjawab dengan keberadaannya yang cukup angkuh menekan Licht. Ia adalah Elaine, Dewa Samudra penguasa Mili.

“Hmpft... untuk apa mengumpulkan The Octagon sekarang setelah ratusan tahun tidak saling bertemu dan berurusan satu sama lain? Benar-benar lancang, dan dia juga masih berani datang terlambat, sungguh keterlaluan.”

“Anggap saja kita sedang reuni, sebagai dewa penguasa kita tidak mempunyai banyak teman kan? Jangan terlalu kaku seperti itu Licht.”

“Baiklah aku akan lebih fleksibel jika kau berkata seperti itu Elaine. Tidak kusangka kau akan sampai hati membelanya begini.”

“Hei Licht siapa yang membelanya? Aku hanya mengatakan faktanya kan. Jika tidak seperti itu kita akan cepat mati karena bosan tidak punya teman. Dan ngomong-ngomong tentang mati, dari rumor yang kudengar cahayamu sebentar lagi akan meredup. Sepertinya kau memang menjalani keseharianmu dengan terlalu kaku.”

“Diamlah Elaine, kau membuatku muak. Carilah topik yang lain untuk dibahas.”

“Hahaha... Sungguh mudah sekali memancingmu Licht. Lagi pula, masih ada seseorang lagi selain Igares yang belum datang. Kenapa kau hanya terpaku ke Igares? Apakah kau punya dendam kepadanya?”

“Dendam? Bukan. Aku hanya tidak menyukainya, memang sudah sejak lama aku tidak menyukainya. Semua orang yang sudah datang di sini juga pasti setuju denganku. Igares adalah seorang pribadi yang licik dan penuh dengan intrik.”

“Aku setuju denganmu Licht, aku juga tidak menyukainya. Dia juga pernah ingin membunuhku. Aku tidak tau apa sebenarnya tujuan yang ingin dia capai, tapi dengan membunuh dewa lain di Donya akan membuat ketidakseimbangan jika tanpa adanya pengganti Dewa tersebut.”

Terdengar suara pemuda yang berani menimpali percakapan kedua Dewa yang sudah lama saling kenal itu, pemuda itu bernama Barid, Dewa Es penguasa Althalj.

“Ohh... menarik sekali, Barid sampai blak-blakan setuju denganmu Licht. Namun sungguh nahas Barid, dewa es kuat sepertimu bisa hampir dibunuhnya. Sungguh sebuah ironi.” Jawab Elaine.

“Benar juga, seingatku kau bukanlah orang yang lemah Barid. Apa yang sudah kau lakukan Barid hingga memancing pertarungan dengan Igares? Dan juga kau hampir dibunuhnya? Sungguh tidak masuk akal.” Sambung Licht.

“Bukan seperti itu Licht, aku tidak selemah itu jika aku bertarung dengan adil melawan Igares. Tapi dia sangatlah licik, politik di negeriku Althalj telah dipermainkan olehnya. Ia memanfaatkan wargaku yang kurang setuju dengan kepemimpinanku, sehingga secara tidak langsung mendukungnya. Bagaimana bisa seorang penguasa sepertiku membunuh rakyatnya sendiri? Akhirnya untuk meminimalisir kerugian di pihak kami, kubagi daratan Althalj menjadi dua, daratan utara dan selatan.”

“Kau membelahnya?”

“Benar aku membelahnya menjadi dua dengan Frozen Sword of a Thousand Nights milikku, sehingga kini ada dua daratan es Althalj.”

“Wow aku tidak menyangka kau sekuat itu, namun kukira hatimu sedingin es yang rela membunuh siapapun demi menjaga ketertiban di negerimu. Tak kusangka kau selembut ini.”

“Diriku ini sudah berubah Licht. Seseorang pasti akan berubah kan dalam ratusan tahun? Yah, beginilah aku sekarang.”

“Kelembutan hatimu, itu akan menghancurkanmu kau tau itu Barid? Seorang pemimpin haruslah bertangan besi, jangan lembek pada warganya atau kita akan kehilangan harga diri kita. Lihatlah Licht. Sebentar lagi cahayanya akan hilang, apa yang akan terjadi pada negeri Sonnenstadt jika tidak ada dia?” sambung Elaine.

“Hahahaha.... kau mengkhawatirkanku Elaine? Manis sekali... kukira sisi lembutmu yang ini sudah hilang sejak lama. Tidak perlu mengkhawatirkanku. Aku sudah ada rencana dan sudah memiliki penerus. Mungkin juga Igares tidak lama lagi akan datang ke negeriku. Setidaknya aku sudah mempersiapkan diri lebih dulu.”

Ketiga Dewa lainnya hanya diam mendengarkan dengan seksama tanpa respon sedikitpun tentang percakapan Elaine, Licht, dan Barid yang sedang mendiskusikan apa yang telah dan akan dilakukan oleh Igares. Namun tiba-tiba masuklah ke ruangan Igares beserta seseorang mengikutinya di belakang.

“Hmph... Instingmu selalu saja tajam ya kakek. Kukira kau sudah sangat lemah ternyata tidak.. menarik sekali guruku saja sudah meninggal saat seumuranmu kek. Apakah kau tidak malu menggunakan penampilan muda seperti itu? Pasti menggunakan banyak sekali mana hanya untuk mempertahankan wujud itu bukankah begitu kakek?” Igares menyeringai dalam aura kegelapan yang sangat pekat.

Igares Dewa Kegelapan pun datang secara mengejutkan dibarengi oleh Soraki Dewa Langit

“Cih sombong sekali kau... Aku dan Agares berbeda bocah. Meskipun kekuatan kami mirip di satu sisi lain juga berbeda. Wujud ini adalah wujud kekuatan masa primaku, kenapa juga aku harus malu? Dan juga wujud ini sama sekali tidak menggunakan mana ya bocah kurang ajar...”

“Hahahaha... aku bisa melihatnya kakek, meskipun kau berkata seperti itu, cahaya negeri sonnenstadt akan segera padam. Kau tidak bisa membodohiku.”

“Cih dasar bocah sombong... Soraki, kenapa kau datang bersama dengannya? Apa kau sudah berada di pihaknya?”

“Tentu saja tidak Licht, kita Octagon adalah teman lama. Janganlah kau berkata seperti itu saudaraku.”

“Soraki, apa kau tau apa yang telah dia lakukan pada negeriku? Dia mengacaukan negeriku hingga aku harus membelahnya menjadi dua. Mengapa kau seakan membelanya seperti itu?” Barid menyela dengan nada kesal.

“Tentu saja aku tau, aku adalah Dewa Langit aku melihat semuanya dari langit. Namun tetap saja aku tidak bisa ikut campur. Kami para penghuni langit memiliki aturan terkait tidak boleh mencampuri urusan penghuni bawah ketika tidak mendesak.”

“Kau bilang terbelahnya negeriku menjadi dua bukanlah hal mendesak? Kau sudah benar-benar sudah kehilangan akal sehatmu Soraki.”

“Tentu saja tidak seperti itu Barid. Apakah kau tau bahwa negerimu sedang mengembangkan pembentukan manusia super yang bisa mengalahkan dewa?”

“Ha? Aku baru tau tentang itu. Itu kan pengetahuan terlarang. Selain bisa membunuh manusia yang menjadi subjek perubahan dewa, itu juga bisa membahayakan tatanan kestabilan dunia. Kau, pasti kau dalangnya kan, apa yang kau pikirkan Soraki? Kau mau tahta Althalj dariku?”

“Hahaha.... tentu saja bukan bodoh sekali kau berpikiran seperti itu. Kami ingin-“

“Aku ingin berpindah ke dunia dengan tingkatan yang lebih tinggi” Igares memotong pembicaraan.

“Hey itu kami Igares, kau dan aku... Yah seperti itulah tujuan kami.”

“Hmpft.... Untuk itu aku memerlukan inti kekuatan dari beberapa dewa yang ada di sini. Maka dari itu aku menyiapkan pengganti kalian. Khususnya kalian bertiga, Barid, Elaine dan kau kakek Licht. Maafkan aku tapi kalian bertiga harus mati, namun sekarang bukanlah saatnya. Waktunya belum tiba.”

“Lalu apa yang akan kau lakukan kepada tiga dewa lainnya?” Tanya Barid dan Licht dengan lantang.

“Maksudmu dewa api, dewa tanah dan dewa kayu? Hahahaha... Mereka hanyalah dewa dengan kekuatan keturunan dari dewa murni seperti kita, mereka tidak berharga. Akan kulepaskan mereka.”

“Baiklah pertemuan octagon hanya sampai di sini. Selamat tinggal semuanya... Kita akan bertarung di lain waktu, ketika saatnya tiba.” Igares pun membuka portal kegelapan dan akan pergi dari pertemuan.

“tidak secepat itu bocah! Mati kau!”

Licht dengan kecepatan layaknya cahaya langsung meluncur maju dan memukul Igares dari depan namun serangan itu berhasil dengan mudahnya ditepis menggunakan tangan kiri Igares.

“Apa?! Pukulan Licht bisa ditangkisnya dengan mudah, bagaimana mungkin?!”

Keenam dewa surgawi selain Igares dan Soraki terkejut akan kekuatan Igares yang bisa dengan mudahnya menepis pukulan Licht.

“Kalau pukulan tidak mempan, terima ini serangan pedangku Sword of Revealing Light!”

Licht memunculkan pedangnya yang berwarna keemasan dari kehampaan menggunakan tangan kirinya. Pedang itu sangat menyilaukan layaknya menggenggam suatu cahaya di tangannya. Lalu dihunuskannya ke arah Igares menggunakan kedua tangannya.

*sring* *prang*

Bunyi pedang saling bersinggungan, ternyata Igares dengan sigap langsung saja mengeluarkan pedang hanya menggunakan satu tangan menepis serangan Licht. Pedang itu dikelilingi oleh aura kegelapan miliknya, pedang itu adalah Sword of Pure Darkness.

Dengan mudahnya serangan pedang cahaya tersebut ditangkis dengan pedang kegelapan. Sebegitu dahsyatnya getaran tangkisan serangan tersebut hingga membuat gempa sejauh ribuan kilometer.

“Lihatlah kakek Licht, kau bukanlah lawanku. Aku sarankan kalian berenam bersiap-siap akan kedatanganku di beberapa tahun mendatang. Khususnya bagi kalian bertiga para pemegang kekuatan murni. Sampai jumpa kawan-kawan lamaku.”

“Aku juga ikut pamit kawan lamaku semuanya. Tolong maafkanlah perilaku Igares, dia sedikit kurang bisa berkomunikasi dengan lembut.” Sambung Soraki yang juga ikut pergi dengan menggunakan gerbang langit miliknya sendiri.

“Sebelum kau pergi Soraki, terimalah ini kenang-kenangan dariku Spear of Poseidon!”

Elaine mengeluarkan senjata keramatnya tombak poseidon, dan dilemparkannya ke arah Soraki yang hendak pergi dari pertemuan

*wush*

Soraki yang melihat lemparan itu langsung meresponnya dengan mengaktifkan sihir pembalik.

“Sihir Langit: Pembalik” kata Soraki

Spear of Poseidon tiba-tiba langsung berputar arah dan kembali ke arah Elaine dengan kecepatan tambahan dikarenakan sihir yang dikeluarkan oleh Soraki.

*jleb*

Elaine pun tanpa disangka tertusuk oleh serangannya sendiri, oleh tombaknya sendiri.

“Uhh- apa-”

Elaine langsung terjatuh tergeletak tidak berdaya.

“Elaine!”

“Elaine, bertahanlah!” teriak Licht.

Keenam dewa langsung berkerumun khawatir pada Elaine dan berusaha menyelamatkannya, ada yang menyembuhkannya ada juga yang membagi sedikit mananya supaya bisa menggantikan nyawa Elaine yang terus berkurang karena sekarat.

“Baiklah kalau begitu, aku pamit kawan lamaku semuanya. Dan mohon maafkan aku karena sudah memulai pestanya lebih awal Igares.”

Igares yang belum masuk ke portal sepenuhnya, menyaksikan kejadian tersebut dan meresponnya.

“HAHAHAHA... kau memang sudah gila Soraki”

“Itu bukan seranganku loh ya, aku hanya mengembalikannya.”

Mereka berdua pun pergi.

Hari itu, adalah awal dari krisis di alam Donya. Perang antar Dewa tak terhindarkan.

................bersambung..................

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status