Share

Jasmin vs Aladin

"Hai, Kak Arya!" Seorang gadis cantik menggerak-gerakan telapak tangannya di hadapan wajah Arya yang pandangannya terarah jauh ke depan, namun kosong entah kemana.

"Ah sorry, Kau sudah besar sekali Jasmin, terakhir bertemu dengan mu saat dulu aku menikah dengan ---" Berat rasanya saat bibirnya ingin mengatakan dan mengingat pernikahannya dengan Maya sekitar hampir enam tahun yang lalu itu.

"Haha,,, iya, saat itu aku masih kelas tiga SMP, aku patah hati karena kakak menikah dengan kak Maya, dan memutuskan untuk melanjutkan sekolah di luar negeri, sekarang aku baru saja lulus kuliah," celoteh gadis yang di panggil Arya dengan nama JAsmin itu.

Jasmin Suseno adalah adaik perempuan satu-satunya dari Dimas, mantan sahabatnya yang kini menjadi suami dari Maya sang mantan istri.

Sejak kecil kalau Arya kebetulan main ke rumah Dimas, Jasmin selalu mengatakan kalau Arya adalah

Aladinnya dan hanya akan menikah dengan Arya jika suatu hari dirinya sudah dewasa, namun hati Jasmin kecil yang saat itu sedang beranjak dewasa harus menelan kekecewaan saat Aladinnya memilih untuk menikah dengan Maya yang juga dia kenal sebagai salah satu sahabat kakaknya, sehingga akhirnya Jasmin kecil meminta pada orang tuanya untuk melanjutkan SMU di luar negeri karena tak ingin melihat pria idamannya berbahagia dengan wanita pilihannya.

Kini Jasmin telah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik, lulusan universitas terkemuka di Australia, entah takdir apa yang mempertemukan mereka kembali dari pelarian hatinya masing-masing.

"Oh iya kak, aku turut bersedih dengan apa yang terjadi antara kakak dan kak Maya, aku juga meminta maaf atas kelakuan Bang Dimas yang gak ada ahlak itu, kakak jangan benci sama aku ya!" cicit Jasmin yang tentu saja tahu skandal yang terjadi antara Maya dan kakak laki-lakinya itu.

Sungguh Jasmin tak membenarkan sedikitpun atas perselingkuhan yang di lakukan kakaknya, terbukti saat Dimas dan Maya melangsungkan pernikahan tiga tahun yang lalu, dia memilih untuk tak datang di pesta pernikahan kakaknya itu sebagai protes dirinya akan sikap buruk kakaknya yang menurutnya tak dapat termaafkan itu.

"Santai saja, lagi pula itu sudah lama berlalu. Aku sudah tak pernah mengingat-ingat lagi tentang itu, aku sudah mencoba berdamai dengan keadaan." Bohongnya.

Karena pada kenyataannya, tak sedetik pun selama tiga tahun ini Arya mampu melupakan Maya, baik itu rasa cintanya maupun rasa bencinya, semua itu seakan bagaikan untaian benang kusut di hatinya antara rasa cinta dan bencinya saling bersatu padu membentuk gumpalan yang membatu seakan tak bisa di urai.

"Kakak bawa kendaraan?" tanya Jasmin, saat sopir keluarganya datang menjemput dirinya yang baru saja keluar dari bandara itu.

"Aku naik kendaraan umum!" Arya menunjuk taksi bandara yang berjejer rapi di seberang .

"Emh,,, tunggu sebentar, Pak Ujang pulang naik taksi ya, biar mobilnya saya yang bawa sendiri, saya masih ada keperluan lain, sampaikan sama ibu, nanti saya langsung pulang kalau urusan saya sudah selesai."

Jasmin menyodorkan lima lembar uang kertas berwarna merah pada sopir yang sudah lama bekerja pada keluarganya itu.

Mang ujang melirik dengan ujung matanya ke arah Arya yang masih berdiri dengan dua buah koper besar di tangannya, tentu saja dia tahu siapa Arya, dan tau bagaimana kisah istrinya yang kini menjadi istri anak majikannya itu, mang Ujang tersenyum dan mengangguk ke arah Arya tanpa sepatah kata pun.

"Mang ujang!" panggil Jasmin lagi saat pria setengah baya itu berjalan beberapa langkah menjauh dari tempatnya kini berdiri.

Mang Ujang menghentikan langkahnya dan berbalik memutar tubuhnya menghadap ke arah Nona mudanya, "Ya, Nona!" jawabnya.

"Jangan katakan pada siapa pun tentang pertemuan mamang dengan kak Arya!" pintanya yang lalu di angguki mang Ujang dengan patuh.

Lagi pula dirinya hanya sebatas sopir di rumah majikan kaya rayanya itu, jadi rasanya akan terasa sangat kurang ajar jika dia ikut campur masalah yang terjadi pada keluarga majikannya itu.

"Kak, ayo!" ajak Jasmin melambaikan tangannya ke arah Arya yang sejak tadi memandangi gadis kecil yang kini sudah tak kecil lagi itu.

"Biar aku saja yang bawa!" Arya menengadahkan tangannya meminta kunci mobil yang berada di tangan Jasmin agar dirinya saja yang mengemudi.

"Kita cari makanan enak dulu yuk kak, rasanya kangen banget kulineran di Bandung!" Celoteh Jasmin yang ramai dan cerewetnya masih sama seperti saat dia kecil dulu.

Sepanjang perjalanan Jasmin terus saja bercerita tentang dirinya, tentang kuliahnya yang sudah selesai dia tempuh, dan tentang dirinya yang bingung dan tak punya rencana apa-apa setelah lulus ini.

"Kalau bingung menikah saja!" ujar Arya dengan cueknya.

"Haish, usia ku saja belum genap 21 tahun, lagi pula aku belum punya pacar, kak. NIkah sama siapa?" oceh Jasmin.

"Sama aku lah, bukannya dulu waktu kecil cita-cita mu ingin menikah dengan ku?" seolah tanpa beban dan santai Arya mengatakan hal itu pada gadis yang sampai saat ini masih saja bergetar hatinya saat berdekatan dengan pria idamannya dari semenjak dia kecil itu.

"Kakak apaan sih, gak lucu banget becandanya!" protes Jasmin yang dadanya langsung bergemuruh hebat saat Arya mengatakan hal itu padanya, meskipun dia tak tau apakah Arya hanya bercanda atau sekedar iseng saja mengatakan hal yang membuat jantungnya seakan berdebar dengan sangat kencang saat itu.

"Aku serius, aku sedang melamar mu lho ini, aku masih jadi Aladin mu, kan?" tak ada raut bercanda sedikitpun yang Arya tampakan di wajahnya saat itu.

"Kak, gak lucu!" ketus Jasmin yang mulai tak nyaman dengan bercandaan Arya padanya, karena apa yang di ucapkan Arya membuat dirinya menjadi serba salah.

Ciiittt,,,

Arya menepikan kendaraan mewah milik keluarga Jasmin itu dan menginjak rem tiba tiba membuat kepala Jasmin hampir saja terantuk ke dashboard andai saja dia tak memasang seat beltnya dengan baik.

"Aku tidak bercanda, dan saat ini aku memang sedang melamar mu, maaf jika cara ku melamar mu terkesan tidak romantis dan tak sesuai seperti yang ada dalam bayangan mu, namun saat aku bertemu dan melihat mu lagi aku merasakan perasaan lain pada mu, sepertinya aku menyukai mu," beber Arya tanpa tedenga aling-aling.

Syok, itu yang di rasakan Jasmin saat ini, dia tak menyangka jika Arya tiba-tiba melamarnya di hari pertama dia bertemu kembali dengan pria yang merupakan cinta pertamanya itu.

"Kak, tapi kenapa aku?" gugupnya lirih, bahkan suaranya hampir tak dapat di dengar oleh Arya.

Arya memutar tubuhnya, menatap mata Jasmin yang mulai berkaca-kaca entah mengapa, takut, haru atau apalah itu Arya tak ingin tahu alasannya, yang jelas, dia harus mendapatkan Jasmin untuk di jadikan alat balas dendam nya, ibarat kata satu tepukan dua lalat mati, dengan dirinya menggunakan Jasmin, dia dapat menyerang Maya dan Dimas secara bersamaan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status