Home / Rumah Tangga / Terbelenggu Dendam / Jasmin vs Aladin

Share

Jasmin vs Aladin

Author: Mak_Gabut
last update Last Updated: 2022-09-12 18:03:14

"Hai, Kak Arya!" Seorang gadis cantik menggerak-gerakan telapak tangannya di hadapan wajah Arya yang pandangannya terarah jauh ke depan, namun kosong entah kemana.

"Ah sorry, Kau sudah besar sekali Jasmin, terakhir bertemu dengan mu saat dulu aku menikah dengan ---" Berat rasanya saat bibirnya ingin mengatakan dan mengingat pernikahannya dengan Maya sekitar hampir enam tahun yang lalu itu.

"Haha,,, iya, saat itu aku masih kelas tiga SMP, aku patah hati karena kakak menikah dengan kak Maya, dan memutuskan untuk melanjutkan sekolah di luar negeri, sekarang aku baru saja lulus kuliah," celoteh gadis yang di panggil Arya dengan nama JAsmin itu.

Jasmin Suseno adalah adaik perempuan satu-satunya dari Dimas, mantan sahabatnya yang kini menjadi suami dari Maya sang mantan istri.

Sejak kecil kalau Arya kebetulan main ke rumah Dimas, Jasmin selalu mengatakan kalau Arya adalah

Aladinnya dan hanya akan menikah dengan Arya jika suatu hari dirinya sudah dewasa, namun hati Jasmin kecil yang saat itu sedang beranjak dewasa harus menelan kekecewaan saat Aladinnya memilih untuk menikah dengan Maya yang juga dia kenal sebagai salah satu sahabat kakaknya, sehingga akhirnya Jasmin kecil meminta pada orang tuanya untuk melanjutkan SMU di luar negeri karena tak ingin melihat pria idamannya berbahagia dengan wanita pilihannya.

Kini Jasmin telah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik, lulusan universitas terkemuka di Australia, entah takdir apa yang mempertemukan mereka kembali dari pelarian hatinya masing-masing.

"Oh iya kak, aku turut bersedih dengan apa yang terjadi antara kakak dan kak Maya, aku juga meminta maaf atas kelakuan Bang Dimas yang gak ada ahlak itu, kakak jangan benci sama aku ya!" cicit Jasmin yang tentu saja tahu skandal yang terjadi antara Maya dan kakak laki-lakinya itu.

Sungguh Jasmin tak membenarkan sedikitpun atas perselingkuhan yang di lakukan kakaknya, terbukti saat Dimas dan Maya melangsungkan pernikahan tiga tahun yang lalu, dia memilih untuk tak datang di pesta pernikahan kakaknya itu sebagai protes dirinya akan sikap buruk kakaknya yang menurutnya tak dapat termaafkan itu.

"Santai saja, lagi pula itu sudah lama berlalu. Aku sudah tak pernah mengingat-ingat lagi tentang itu, aku sudah mencoba berdamai dengan keadaan." Bohongnya.

Karena pada kenyataannya, tak sedetik pun selama tiga tahun ini Arya mampu melupakan Maya, baik itu rasa cintanya maupun rasa bencinya, semua itu seakan bagaikan untaian benang kusut di hatinya antara rasa cinta dan bencinya saling bersatu padu membentuk gumpalan yang membatu seakan tak bisa di urai.

"Kakak bawa kendaraan?" tanya Jasmin, saat sopir keluarganya datang menjemput dirinya yang baru saja keluar dari bandara itu.

"Aku naik kendaraan umum!" Arya menunjuk taksi bandara yang berjejer rapi di seberang .

"Emh,,, tunggu sebentar, Pak Ujang pulang naik taksi ya, biar mobilnya saya yang bawa sendiri, saya masih ada keperluan lain, sampaikan sama ibu, nanti saya langsung pulang kalau urusan saya sudah selesai."

Jasmin menyodorkan lima lembar uang kertas berwarna merah pada sopir yang sudah lama bekerja pada keluarganya itu.

Mang ujang melirik dengan ujung matanya ke arah Arya yang masih berdiri dengan dua buah koper besar di tangannya, tentu saja dia tahu siapa Arya, dan tau bagaimana kisah istrinya yang kini menjadi istri anak majikannya itu, mang Ujang tersenyum dan mengangguk ke arah Arya tanpa sepatah kata pun.

"Mang ujang!" panggil Jasmin lagi saat pria setengah baya itu berjalan beberapa langkah menjauh dari tempatnya kini berdiri.

Mang Ujang menghentikan langkahnya dan berbalik memutar tubuhnya menghadap ke arah Nona mudanya, "Ya, Nona!" jawabnya.

"Jangan katakan pada siapa pun tentang pertemuan mamang dengan kak Arya!" pintanya yang lalu di angguki mang Ujang dengan patuh.

Lagi pula dirinya hanya sebatas sopir di rumah majikan kaya rayanya itu, jadi rasanya akan terasa sangat kurang ajar jika dia ikut campur masalah yang terjadi pada keluarga majikannya itu.

"Kak, ayo!" ajak Jasmin melambaikan tangannya ke arah Arya yang sejak tadi memandangi gadis kecil yang kini sudah tak kecil lagi itu.

"Biar aku saja yang bawa!" Arya menengadahkan tangannya meminta kunci mobil yang berada di tangan Jasmin agar dirinya saja yang mengemudi.

"Kita cari makanan enak dulu yuk kak, rasanya kangen banget kulineran di Bandung!" Celoteh Jasmin yang ramai dan cerewetnya masih sama seperti saat dia kecil dulu.

Sepanjang perjalanan Jasmin terus saja bercerita tentang dirinya, tentang kuliahnya yang sudah selesai dia tempuh, dan tentang dirinya yang bingung dan tak punya rencana apa-apa setelah lulus ini.

"Kalau bingung menikah saja!" ujar Arya dengan cueknya.

"Haish, usia ku saja belum genap 21 tahun, lagi pula aku belum punya pacar, kak. NIkah sama siapa?" oceh Jasmin.

"Sama aku lah, bukannya dulu waktu kecil cita-cita mu ingin menikah dengan ku?" seolah tanpa beban dan santai Arya mengatakan hal itu pada gadis yang sampai saat ini masih saja bergetar hatinya saat berdekatan dengan pria idamannya dari semenjak dia kecil itu.

"Kakak apaan sih, gak lucu banget becandanya!" protes Jasmin yang dadanya langsung bergemuruh hebat saat Arya mengatakan hal itu padanya, meskipun dia tak tau apakah Arya hanya bercanda atau sekedar iseng saja mengatakan hal yang membuat jantungnya seakan berdebar dengan sangat kencang saat itu.

"Aku serius, aku sedang melamar mu lho ini, aku masih jadi Aladin mu, kan?" tak ada raut bercanda sedikitpun yang Arya tampakan di wajahnya saat itu.

"Kak, gak lucu!" ketus Jasmin yang mulai tak nyaman dengan bercandaan Arya padanya, karena apa yang di ucapkan Arya membuat dirinya menjadi serba salah.

Ciiittt,,,

Arya menepikan kendaraan mewah milik keluarga Jasmin itu dan menginjak rem tiba tiba membuat kepala Jasmin hampir saja terantuk ke dashboard andai saja dia tak memasang seat beltnya dengan baik.

"Aku tidak bercanda, dan saat ini aku memang sedang melamar mu, maaf jika cara ku melamar mu terkesan tidak romantis dan tak sesuai seperti yang ada dalam bayangan mu, namun saat aku bertemu dan melihat mu lagi aku merasakan perasaan lain pada mu, sepertinya aku menyukai mu," beber Arya tanpa tedenga aling-aling.

Syok, itu yang di rasakan Jasmin saat ini, dia tak menyangka jika Arya tiba-tiba melamarnya di hari pertama dia bertemu kembali dengan pria yang merupakan cinta pertamanya itu.

"Kak, tapi kenapa aku?" gugupnya lirih, bahkan suaranya hampir tak dapat di dengar oleh Arya.

Arya memutar tubuhnya, menatap mata Jasmin yang mulai berkaca-kaca entah mengapa, takut, haru atau apalah itu Arya tak ingin tahu alasannya, yang jelas, dia harus mendapatkan Jasmin untuk di jadikan alat balas dendam nya, ibarat kata satu tepukan dua lalat mati, dengan dirinya menggunakan Jasmin, dia dapat menyerang Maya dan Dimas secara bersamaan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terbelenggu Dendam   Selamat tinggal

    Tiiiiit,,,,,,,Suara panjang terdengar dari alat monitor jantung yang terpasang di dada Arya, garis horizontal panjang juga tampak di layar monitor, menandakan jika tidak ada lagi pergerakan pada jantung pasien.Dokter di temani beberapa perawat datang ke ruangan itu untuk memeriksa keadaan Arya, setelah mereka susah payah menyaret keluar Maya yang tidak mau beranjak dari sisi ranjang suaminya sambil terus meraung-raung, namun Jasmin sepertinya tidak sekejam itu, dia merasa tidak tega melihat Maya yang sepertinya begitu terluka, dia meraih pundak Maya dan mencoba menenangkannya."Aku tau ini tidak mudah untuk mu, tapi kita harus percaya,,, apapun yang menjadi takdir Tuhan, itu pasti yang terbaik," ujar Jasmin mencoba menenangkan meski nyatanya Maya tidak menghiraukan kata-katanya dan masih tetap meraung-raung di depan pintu yang kini tertutup.Tidak sampai lima menit kemudian, para petugas medis itu keluar dari ruangan Arya, mereka menyampaikan be

  • Terbelenggu Dendam   Maaf

    Langkah Jasmin terasa berat, perasaannya gamang saat kakinya menyusuri lorong rumah sakit menuju ruangan dimana Arya dirawat."Tenangkan diri mu, aku hanya tidak mau kamu menyesal jika ternyata Arya tidak dapat bertahan dan belum medapatkan maaf dari mu. Sudah waktunya kamu melepaskan dan mengikhlaskan semuanya." ujar Niko.Tidak ada sepatah kata pun keluar dari bibir merah Jasmin yang kini hanya berjalan dengan pandangan matanya yang terus saja tertuju pada ubin rumah sakit, pikirannya terasa tidak menentu, memikirkan apa yang akan di katakannya saat berada di hadapan Arya nantinya."Ini ruangannya, kamu mau masuk sendiri atau aku temani?" tanya Niko menghentikan langkahnya tepat di depan pintu salah satu ruang rumah sakit yang bertuliskan ICU.Terlihat juga Maya berdiri di samping kanan pintu, matanya sembab dan lingkaran hitam di bawah matanya tampak sangat jelas, bisa dipastikan jika wanita itu pasti tidak tidur dalam beberapa hari terakhir in

  • Terbelenggu Dendam   Pengorbanan

    "Anak mu memang tidak bersalah, namun kau yang bersalah! Seharusnya kau tidak menikah dengan Arya, seharusnya kau tidak usah lagi muncul di kehidupan kami, lihatlah,,, kehadiran mu membuat rumah tangga kami menjadi hancur, dia ingin kembali mengejar mu, dan ingin meninggalkan ku! Kau sialan!" maki Maya pada Jasmin sambil mendorong Nirel dengan penuh emosi ke arah luar pagar pembatas, membuat Jasmin akhirnya tidak kuasa menyaksikan semua itu dan dia menjerit histeris dibuatnya. "Nirel,,, tidak,,,!!" jerit Jasmin terdengar pilu.Namun tanpa di duga Arya justru berlari secepat kilat menangkap tubuh mungli Nirel yang hampir saja terlempar dari pagar pembatas balkon, membuat Maya semakin di kuasai emosi karena merasa suaminya lebih membela Jasmin, bahkan rela mengorbankan apapun demi anak mantan istrinya itu."Sialan kau Arya, masih saja kau membela dia, kenapa selalu dia,,, dia,,,dan dia, aku memang bersalah, tapi tidak seharusnya aku di perlakukan tidak adil

  • Terbelenggu Dendam   Penculikan penuh drama

    Bugh,,,,Pukulan telak yang mengenai wajah Arya itu membuat pandangan Arya sedikit kabur akibat kecangnya tinju yang di layangkan Niko, beruntung dia hanya terhenyak ke sandaran jok mobil yang empuk, jika itu terjadi di luar mobil, ceritanya akan lain, mungkin dia akan tersungkur di tanah."Apa-apaan ini?" teriak Arya kesal, sambil memegangi hidungnya yang kini mengeluarkan darah segar akibat pukulan Niko.Rupanya tinju Niko tepat mengenai tulang hidung Arya sehingga seketika cairan merah kental itu mengalir dari kedua lubang hidungnya."Dimana Nirel? Kembalikan dia pada kami!" geram Niko dengan tangannya yang mencengkeram kasar bagian kerah baju Arya."Nirel? Apa maksud mu? Kenapa kau menanyakannya pada ku? aku bahkan baru saja sampai ke tempat ini!" Arya menyingkirkan tangan Niko dari hadpannya."Ini--- kau yang mengirimkan pesan ini pada kami bukan? Jika bukan kau, siapa lagi? Mengapa kau tidak pernah puas menyakiti ku? Bukank

  • Terbelenggu Dendam   Pesan misterius

    Jasmin dan Niko di buat kalang kabut mencari-cari keberadaan Nirel yang tiba-tiba menghilang dalam sekejapan mata saja, ada sedikit rasa sesal dalam hati keduanya karena mereka tadi mereka malah bermesraan sampai tidak sadar jika Nirel yang mereka kira aman-aman saja bermain di area halaman rumah, nyatanya kini menghilang begitu saja."Sebaiknya kita lapor polisi." ujar Jasmin pada Niko yang sebenarnya tidak kalah paniknya dari Jasmin, namun pria itu berpura-pura terlihat tegar agar tidak semakin membuat Jasmin panik."Tapi laporan kehilangan orang baru bisa di terima jika tang bersangkutan sudah menghilang 1X24 jam." jawab Niko dengan lemas. Selain tubuhnya yang terasa lelah karena sudah mengemudi selama berjam jam lamanya, pikirannya juga tidak kalah lelahnya karena harus di peras memikirkan dimana keberadaan Nirel yang tiba-tiba menghilang."24 jam? Bagaimana jika ternyata dia tersesat di hutan, lantas bertemu dengan hewan buas? Mana bisa kita menungg

  • Terbelenggu Dendam   Memulainya dari awal

    "Tidak perlu memaksakan diri untuk berusaha mencintaiku, percayalah,,, aku tidak akan kemana-mana. Aku akan tetap menunggu hingga kamu benar-benar mencintai ku." Goda Niko pagi itu saat mendapati jasmin yang sudah berada di dapur dengan wajah yang terlihat berkeringat karena menyiapkan bebrapa menu masakan.Hari ini, karena weekend Niko ingin mengajak Jasmin dan Nirel untuk pergi ke salah satu villa milik keluarganya yang berada di pegunungan, Niko ingin membuat jasmin melupakan kesdihan dan ketegangannya akibat pertengkarannya dengan Arya tempo hari, jadilah hari ini Jasmin memasak lebih banyak dari hari biasanya karena sebagian makanannya akan dia bekal untuk pejalanan yang mungkin akan di tempuh selama tiga sampai empat jam itu.Mendengar ucapan Niko, Jasmin menoleh ke arah sumber suara sambil tersenyum lebar. "Orang bilang memikat pria itu harus di mulai dari perutnya, setelah itu maka dia akan menaklukan hatinya." celoteh Jasmin, membuat kini Giliran Ni

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status