Share

Yes, i do

Jasmin masih menunduk di hadapan Arya, dia tak tau harus menyikapi pernyataan cinta dan lamaran pria itu yang terkesan tiba-tiba.

"Jasmin, seperti yang kamu tau, usia ku sudah tak muda lagi, aku seusia dengan abang mu, tahun ini aku menginjak 30 tahun, jadi bagi ku sudah bukan saatnya lagi untuk bermain-main atau pacaran, apalagi kamu juga tau kalau aku pernah gagal dalam berumah tangga, aku ingin membangun rumah tangga lagi dengan orang yang benar-benar dapat mengerti aku, setia dan tulus menyayangi ku, dan aku rasa semua kriteria itu ada pada mu, terserah kamu mau mau menerima lamaran ku atau tidak, aku ingin jawabannya sekarang juga, aku tak suka menunggu, jika pun jawabannya tidak aku tak apa-apa." bebernya panjang lebar.

"Tapi kak, kenapa aku, aku ini adik dari orang yang telah merebut istri kakak, menghancurkanrumah tangga kakak?" lagi-lagi pertanyaan itu yang keluar dari mulut Jasmin, dirinya seakan tak percaya jika saat ini dia sedang di lamar oleh pria yang merupakan cinta pertamanya, cinta monyetnya, yang sampai saat ini rasa itu terus berlanjut tak pernah benar-benar hilang dari hatinya, apa iya Arya serius melamarnya setelah apa yang dilakukan Dimas sang kakak terhadap pria yang kini terus saja menatapnya dalam, seolah menunggu jawaban dirinya atas lamaran dadakan yang di ajukan padanya tadi.

"Mungkin ini jalan Tuhan yang tiba-tiba mempertemukan kita di saat yang tidak di sangka-sangka seperti ini, dan aku tak ingin mensia-siakan waktu ku, saat aku bertemu dengan orang yang tepat, aku ingin langsung membawanya ke dalam bahtera rumah tangga bersamaku, dan untuk masalah Dimas--- Arya menjeda ucapannya karena menarik nafasnya bebberapa kali dengan sangat dalam--- kamu dan Dimas berbeda, terlalu picik jika aku membawa mu dalam masalah ku dengan Dimas, sementara aku sudah berusaha melupakan dan memaafkan abang mu, semua sudah berlalu, dan lagi-lagi ini sudah menjadi takdir Tuhan, aku hanya perlu ikhlas dalam mengahdapi semuanya," kata Arya sok bijaksana, padahal hampir semua yang di ucapkannya hanyalah sebuah dusta belaka.

"Aku ingin mendengar kakak melamarku sekali lagi, agar aku bisa yakin dalam menjawabnya," pinta Jasmin luluh setelah mendengar semua ucapan dusta Arya yang berhasil membuat hati Jasmin terenyuh.

"Jasmin Suseno, maukah kamu menjadi istri ku?" tanya Arya dengan tatapan yang sangat dalam menembus jantung Jasmin.

"Yes, i do!" jawab Jasmin dengan penuh percaya diri.

Entah dari mana datangnya keyakinan Jasmin untuk mengatakan kebersediaannya menerima lamaran Arya yang terkesan 'aneh' jika menurut pandangan orang awam.

Terlalu mustahil dan mengada-ada jika seorang pria tiba-tiba melamar dirinya yang notabene adalah adik dari orang yang membuat hidup Arya bagai di neraka selama tiga tahun ini karena di kungkung rasa dendam yang tak berkesudahan pada mantan istri dan sahabat penghianatnya, lantas tiba-tiba Arya berniat menikahi adik dari penghianat itu?

Sepertinya keputusan Jasmin menerima lamaran Arya terlalu terburu-buru, namun di samping Arya yang pintar bermain kata saat membujuk dan mengintimidasi Jasmin yang dia tahu masih menyimpan perasaan padanya itu, Jasmin juga sepertinya terlena dengan kebahagiaan mendadak karena kisah cinta masa lalunya yang dia pikir sudah tak mungkin di raihnya kembali itu, ternyata dengan sukarela menghampiri dengan sendirinya.

Apa lagi kalau bukan campur tangan dan jawaban Tuhan atas panjatan doanya selama ini, pikir Jasmin. Sehingga dia tak ingin melewatkan kesempatan yang tentunya tak akan pernah datang untuk ke dua kalinya.

Seringai kemenangan terlihat sangat samar di salah satu sudut bibir Arya yang terangkat, sampai Jasmin saja sepertinya tak menyadari kalau saat ini Arya tengah menyunggingkan senyum kemenangan, dan andai Jasmin bisa mendengar riuhnya sorak sorai suara dalam hati Arya yang tengah melakukan selebrasi atas keberhasilan dirinya menjerat adik sang sahabat terkutuknya itu.

Terkesan jahat memang, seharusnya Arya tak melibatkan Jamin dalam hal ini, gadis yang tulus mencintainya semenjak dia masih kecil itu bahkan tak pernah mendukung atau membenarkan sikap kakak laki-lakinya itu, namun sayangnya hati Arya seolah sudah di butakan oleh dendam kesumat yang membatu di hatinya sehingga dia menyingkirkan belas kasih dan rasa kemanusiaan dalam dirinya.

Saat ini keinginannya hanya satu, kehancuran rumah rangga Maya dan Dimas harus segera terjadi, sebagaimana hancurnya kehidupan Arya kini yang belum bisa mengiklaskan semua yang terjafi dalam hidupnya.

Arya akan memelakukan segala cara demi membalaskan dendamnya, termasuk menggunakan Jasmin si gadis polos tak berdosa itu sebagai alatnya, biarlah dia di cap kejam, biarlah dia di katakan jahat, dia hanya ingin keadilan untuk dirinya, meski mungkin itu tak adil untuk Jasmin.

"Ah, benarkah? Apa kamu serius menerima lamaran ku?"

Arya meraih kedua tangan Jasmin yang mengepal di atas pahanya, menahan rasa gemetar yang sedari tadi di rasakannya. Arya mengecup dua punggung tangan putuh mulus dan lembut itu secara bergantian, dengan pandangan mata yang terus terkunci menatap kedua netra coklat Jasmin yang harus dia akui sangat indah.

"Hemmm," angguk Jasmin hanya bisa mengeluarkan suara dehaman tanpa mampu mengeluarkan kata lebih banyak lagi saat Arya memperlakukannya dengan begitu lembutnya, sungguh semua ini terasa bagai mimpi bagi Jasmin, bisa merasakan kecupan lembut dari pria yang selama ini selalu mengganggu pikirannya meski sekuat tenaga dia selalu menyangkalnya.

"Jasmin, aku akan segera melamar mu secara resmi pada orang tua mu, dan sesegera mungkin kita akan melangsungkan pernikahan," Arya masih menggenggam kedua jemari Jasmin yang rasanya sangat lembut dan nyaman saat bersentuhan dengan kulitnya, membuat Arya rasanya tidak rela melepaskan tautannya.

"Secepat itu?" kaget Jasmin tak menyangka jika Arya menginginkan pernikahan mereka secepat itu.

"Aku tak ingin membuang waktu ku, saat aku sudah mendapatkan orang yang tepat, aku ingin segera memilikinya, dan orang yang tepat itu adalah kamu, Jasmin." Sekali lagi Arya mengecupi punggung tangan Jasmin yang seperti punya daya magnet tersendiri sehingga membuat Arya ingin lagi dan lagi mengecupi kulit lembut nan wangi itu.

Tubuh Jasmin bergetar hebat bak terkena listrik ribuan volt saat Tangan kiri Arya menyentuh pipinya dan mengusapkan ibu jarinya di sana, meski Jasmin hidup lama dan bergaul di luar negeri, namun untuk masalah berpacaran, dia tak punya pengalaman sama sekali, semenjak parah hati akibat pernikahan Arya dengan Maya, hatinya seakan tertutup daan tak pernah mau mencoba untuk menerima lawan jenis untuk masuk atau bahkan sekedar mengenal dirinya lebih jauh.

Maka perlakuan Arya padanya yang hanya memberinya kecupan di punggung tangan dan usapan di pipinya saja sudah membuatnya belingsatan kalang kabut berusaha menenangkan jantungnya yang seakan berdisko di dalam sana.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status