Share

Wait and See

Arya berjalan dengan penuh percaya diri, seperti tak pernah ada konflik besar di antara mereka semua, Arya bahkan melemparkan senyuman hangatnya pada semua orang yang berada di ruangan itu, dimana hampir semua orang disana hanya bisa fiam terpaku, tiba-tiba mereka merasa kaku bahkan hanya untuk membalas senyuman pria yang pernah di sakiti sedemikian rupa oleh anak dan menantu keluarga besar Suseno itu.

"Selamat malam semuanya," sapa Arya dengan begitu ramah, tak tampak sama sekali guratan benci atau marah di wajah pria tampan itu, semua berjalan normal seperti dulu saat dirinya sering main ke rumah itu untuk menemui Dimas.

Bagas mengangguk tanpa bersuara, ingin sekali membalas sapaan pria itu, namun suaranya seakan tertahan di tenggorokannya, dia hanya mampu memberikan senyum tipis namun kaku dan terkesan dingin saat menyambut pria yang konon katanya ingin melamar putri kesayangannya itu.

Seakan terhipnotis, semua orang yang berada di sana mengikuti apa yang dilakukan Bagas, tersenyum kaku tanpa membalas sapaan Arya, seolah mereka semua adalah robot yang di setel seperti itu oleh pemiliknya.

"Maaf jika kedatangan saya mengganggu kenyamanan Anda semua, kedatangan saya kesini adalah untuk mela---"

"Tunggu, sejak kapan kalian berhubungan, kenapa diantara kami tak ada yang tahu akan hal itu?" Bagas memotong kalimat Arya yangbbelum sempat di selesaikannya.

"Ayah, tak penting berapa lama kami berhubungan, yang paling penting adalah bagaimana keseriusan kami dalam menjalani ini semua, iya kan kak?" Jasmin seperti mengerti kalau kekasihnya akan di intimidasi oleh ayahnya, dan itu tidak akan dia biarkan..

"Tentu saja, sayang. Kedatangan ku kali ini juga ingin menyampaikan maksud kepada ayah dan ibu mu, kalau aku ingin menikahi mu sesegera mungkin." Pandangan mata Arya menatap mesra Jasmin yang pipinya langsung merona dan langsung menyembunyikan wajahnya di balik lengan kekar Arya tempatnya bergelayutan.

"Jasmin, apa kamu hamil?" pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Rika sang ibu yang sejak tadi belum mengeluarkan suaranya sama sekali akibat masih merasa syok dengan sosok pria yang di kenalkan putrinya sebagai calon suami itu.

"Bu, kenapa menuduh kami senista itu, kami tak pernah melakukan hubungannyang di luar batas norma." bantah Jasmin kesal.

Tentu saja mereka tak pernah melakukan hal-hal semacam itu, berpacaran saja baru kemarin, ada pun Arya yang bersikeras mengajak Jasmin menikah itu karena ada tujuan lain yang ingin dia capai melalui pernikahannya dengan Jasmin.

Perbincangan di sela makan malam antara Arya dan keluarga besar Jasmin terasa panjang dan alot, rata-rata semua merasa aneh dan janggal dengan hubungan Arya dan Jasmin, kecuali Dimas dan Maya, orang tua Jasmin terus mencecar Arya dengan berbagai pertanyaan, tentang apa alasannya ingin mempersunting putrinya, hal apa yang di sukai Arya dari putrinya, dan percaya atau tidak, Arya dapat menjawab semua itu dengan lugas dan percaya diri, bahkan semua jawabannya membuat Bagas dan Rika menaruh rasa percaya yang begitu besar jika sang putri akan bahagia di tangan Arya.

"Maaf, tapi ini harus kami tanyakan, kau akan sering bertemu dengan Dimas dan Maya jika kau sudah menikah dengan Jasmin, apa itu tidak menjadi suatu masalah?" meskipun agak ragu, Bagas harus mempertanyakan hal itu pada calon suami putrinya itu.

Sebenarnya ingin sekali Bagas mengatakan untuk menunda dulu pernikahan putri mereka itu karena terus terang saja masih ada beberapa kejanggalan di hatinya yang tak bisa di ungkapkan, namun sepertinya Jasmin putri kesayangannya itu terlihat sangat bahagia bersama Arya, wajahnya terus berseri dengan mata yang berbinar saat bersama Arya, membuat dirinya tak tega jika harus merusak kebahagiaan putrinya itu.

"Saya rasa itu sudah lama berlalu, Pak. Itu tidak menjadi suatu masalah buat saya, karena saya hidup untuk masa depan, hal-hal buruk di masa lalu tak perlu di ingat-ingat lagi, saat ini Jasmin adalah masa depan saya, yang harus saya perjuangkan kebahagiannya. Bukan begitu Dim, May?" Tanya Arya, membuat sepasang suami istri yang sejak tadi tak berani mengeluarkan suaranya pun menjawab dengan tergagap.

"I-iya!" jawab mereka hampir serentak, membuat Arya terrawa lebar dalam hatinya.

'Ini baru pemanasan, belum masuk ke permainan inti, kalian akan tergagap lebih dari sekarang ini, wait and see,' gumam Arya dalam hatinya menertawakan dua sejoli di hadapannya yang tak berani berkutik sedikit pun karena merasa malu atas kesalahan yang pernah mereka perbuat padanya tiga tahun yang lalu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status