Arya berjalan dengan penuh percaya diri, seperti tak pernah ada konflik besar di antara mereka semua, Arya bahkan melemparkan senyuman hangatnya pada semua orang yang berada di ruangan itu, dimana hampir semua orang disana hanya bisa fiam terpaku, tiba-tiba mereka merasa kaku bahkan hanya untuk membalas senyuman pria yang pernah di sakiti sedemikian rupa oleh anak dan menantu keluarga besar Suseno itu."Selamat malam semuanya," sapa Arya dengan begitu ramah, tak tampak sama sekali guratan benci atau marah di wajah pria tampan itu, semua berjalan normal seperti dulu saat dirinya sering main ke rumah itu untuk menemui Dimas.Bagas mengangguk tanpa bersuara, ingin sekali membalas sapaan pria itu, namun suaranya seakan tertahan di tenggorokannya, dia hanya mampu memberikan senyum tipis namun kaku dan terkesan dingin saat menyambut pria yang konon katanya ingin melamar putri kesayangannya itu.Seakan terhipnotis, semua orang yang berada di sana mengikuti a
"Arya, tunggu!" panggil Dimas mengejar langkah Arya yang mulai meninggalkan halaman rumahnya, menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari pintu utama kediaman Suseno.Arya menghentikan langkahnya saat suara seorang pria yang tiga tahun lalu sangat familiar dan sering sekali berbagi cerita dengannya itu, tapi Arya tak buru-buru memutar tubuhnya untuk menghadap ke arah Dimas yang berdiri di belakang tubuhnya.Entahlah apa yang ingin di sampaikan pria yang mengaku sahabatnya itu pada Arya, jujur saja sebenarnya Arya malas dan belum siap untuk berinteraksi lagi secara langsung dengan pria yang memporak porandakan rumah tangganya, meskipun itu bukan sepenuhnya salah Dimas, karena Maya juga punya andil besar dalam kehancuran rumah tangga mereka, intinya mereka berdua sama saja, penghianat!Perlahan Arya menghela nafas sangat dalam, mempersiapkan dirinya untuk pura-pura baik-baik saja di hadapan Dimas yang sebentar lagi akan menjadi kakak iparnya itu, Arya memutar kakinya membawa seluruh tub
Sebulan berlalu dari pertemuan makan malam sekaligus lamaran yang di ajukan Arya kepada keluarga besar Suseno perihal keinginannya untuk mempersunting putri bungsu kesayangan keluarga itu, kini saat yang tunggu-tunggu pun akhirnya datang juga. Ya, pernikahan antara Arya dan Jasmin di gelar secara mewah, meriah dan besar-besaran.Tentu saja itu harus dilakukan, mengingat yang Arya nikahi bukan putri orang sembarangan, meskipun Jasmin bersikeras meminta pernikahan mereka agar dilaksanakan secara sederhana saja karena tak ingin membebani calon suaminya itu, Arya yang kini sudah menjabat sebagai direktur di perusahaannya itu tak ingin dirinya di remehkan dan di rendahkan oleh keluarga Suseno, kini saatnya dia menunjukkan taringnya, bahwa dirinya pun mampu mengikuti gaya hidup keluarga calon istrinya yang merupakan crazy rich di kota kembang itu.Pernikahan di adakan di sebuah ballroom hotel berbintang, dengan makanan serba mewah dan hiburan dari artis-artis ternam
"Ini sudah menadi tradisi keluarga besar Suseno, jadi mau tidak mau kalian tetap harus mematuhinya." terang Bagas yang menolak permintaan izin Jasmin untuk langsung ikut pindah ke rumah pribadi milik Arya, namun Bagas mengatakan kalau mereka harus tinggal dulu di rumah induk paling tidak tiga bulan, setelah itu baru boleh pindah dan hidup mandiri."Tapi ayah,,," rengek Jasmin yang mengharapkan kalau dia bisa menikmati awal masa pernikahannya dengan Arya tanpa ada gangguan dari siapapun."Sudahlah sayang, ikuti saja perintah ayah mu, setelah itu aku janji akan membawa mu keliling Eropa sebagai bulan madu kita," timpal Arya yang langsung di sambut dengan suara batuk Maya karena dirinya langsung tersedak saat mendengar ucapan mantan suaminya itu.Bagaimana tidak tersedak, sementara berbulan madu keliling Eropa adalah impiannya yang oernah dia sampaikan dulu pada Arya di awal pernikahannya, namun sayangnya karena keterbatasan biaya mereka hanya bisa berbulan m
"Pagi semua, maaf saya terlambat," Arya melangkah menuju meja makan dengan wajah yang segar dan ceria, tak nampak sedikitpun sisa-sisa kekesalan dan kemarahan tadi malam yang dia muntahkan pada Jasmin, dihadapan semua keluarga istrinya, semua seolah baik-baik saja, bahkan Arya dengan mesranya mengecup kening istrinya dengan lembut di hadapan ayah, ibu dan kakaknya yang saat itu tengah menikmati sarapan mereka."Ah sudahlah, kami juga pernah muda, dan tau bagaimana rasanya menjadi pengantin baru, bahkan dulu kami baru keluar kamar setelah tengah hari," Goda Rika sang ibu mertua, yang lantas hanya di jawab dengan senyuman renyah dari menantu barunya itu."Rapi sekali pagi-pagi, mau kemana, nak?" tanya Bagas sedikit heran dengan pakaian rapi yang dikenakan Arya di pagi ini."Ada sedikit yang harus aku kerjakan di kantor, untunglah putri mu ini sangat pengertian, jadi dia bisa memahami bagaimana pekerjaan suaminya, iya kan, sayang?" Senyuman manis di pagi itu seolah menghipnotis Jasmin un
Nyeri rasanya hati Jasmin saat mendengar semua apa yang di ungkapakan Arya padanya, entah apa yang suaminya rencanakan dalam pernikahan penuh dendam ini, dan mengapa dirinya yang harus menanggung semua kesalahan yang dilakukan oleh kakak laki-lakinya, yang sebenarnya tak bisa hanya menyalahkan satu pihak saja, karena dalam hal ini Maya pun ikut andil atas semua yang terjadi, tapi mengapa dia, apa salah Jasmin dalam hal ini? Hanya karena dia ada hubungan darah dengan Dimas? Lantas apa perlu dia menguras seluruh darahnya dan menggantinya dengan yang baru agar dirinya tak ada hubungan keterikatan apa-apa lagi dengan abangnya itu?Jasmin memang tak pernah setuju dan tak pernah sekalipun mendukung atas kelakuan Dimas yang merebut Maya dari Arya, meski begitu besar rasa cintanya untuk Arya, namun sebagai abang, Dimas adalah sosok kakak panutan, kasih sayangnya pada Jasmin tak bisa diragukan lagi, tulus dan sangat besar, bahkan Dimas lebih menyayangi adik perempuannya itu dar
Lama bibir Jasmin dan Arya bertaut, bahkan tangan Arya kini bergerilya di punggung istrinya itu, hingga Jasmin menepuk-nepuk dada Arya dengan kedua tangannya, oksigen di dadanya terasa habis akibat ciuman panas mereka.Tak banyak yang Arya ucapkan saat pagutan bibir mereka terurai, hanya senyum samarnya tersungging, lalu sepersekian detik kemudian tatapannya mengarah ke balkon kamar yang menghadap ke kolam renang, tepatnya ke arah dimana kinibmereka berdiri dan saling merapatkan tubuh.Pandangan Jasmin mengikuti kemana arah mata Arya menuju, seketika dia langsung mengerti, mengapa Arya melakukan ciuman itu secara tiba-tiba padanya, ternyata Maya sedang memperhatikan mereka dari lantai atas, tepatnya dari balkon kamarnya yang menghadap kolam renang langsung.'Oh karena dia!' gerutu Jasmin dalam hatinya, hampir saja dia merasa geer dengan perlakuan Arya, mengira suaminy itu mulai tertarik padanya, tapi ternyata ada penampakan di balkon yang membuat suam
Dada Arya berdesir hebat, saat bibir Maya yang sudah tiga tahun ini tak di rasainya itu menari di atas bibirnya, menuntut perlawanan dari dirinya yang seakan mendiamkannya dan tak melakukan perlawanan apapun hanya menikmati cumbuan yang dilakukan Maya padanya.Sampai beberapa menit kemudian ada sesuatu hal yang Arya sadari, jantungnya tak berdetak kencang seperti saat dirinya melumat bibir Jasmin beberapa saat lalu di tepi kolam, bahkan dia merasakan reaksi pada juniornya saat mencium bibir manis Jasmin, meski gadisitu hanya terdiam tak melawan pagutannya.Namun kali ini, saat Maya mencium dan mencumbunya, bahkan dia tak merasakan reaksi apapun dibalik celananya, semua tak berasa, hanya dadanya saja yang berdesir hebat entah karena apa, karena rindu kah, karena rasa marah kah, atau rasa yang lain yang tak dapat Arya deskripsikan dengan kata-kata, yang jelas tubuhnya sudah tak bereaksi apa-apa atas godaan Maya saat ini.Maya melepaskan tautan bibirnya, dia