Share

Chapter 5

Ayah dan mama Rio pergi meninggalkan rumah Inara dengan sedikit lega karena papa Inara yang mulai membuka hatinya untuk permohonan maafnya. Mereka pulang membawa harapan bahwa putranya akan bisa keluar dari balik jeruji besi dan keluarga Inara menerima pertanggung jawaban putranya untuk menikahi Inara.

Papa dan mama Inara hanya terdiam berdua ditengah malam, mereka yang tak dapat memejamkan matanya mencoba berdiskusi tentang tawaran keluarga Rio.

"Gimana menurut mama, apa kita harus memutus hubungan Inara dan Arga, dan menerima Rio serta mengampuninnya?"

"Mama gak tau pa, mama jadi kepikiran apa yang dikatakan ayah Rio, gimana kalo Arga tau dan malah meninggalkan Inara, atau dia tahu tapi terpaksa menerima Inara yang sudah ternoda dan malah nantinya menyia nyiakan Inara setelah mereka nikah, atau kemungkinan buruknya adalah Inara hamil tanpa suami." mama Inara menarik nafas panjang setelah menyampaikan itu semua.

"Gimana kalo menurut papa sendiri pa?"

"Sama ma, papa ingin Rio dihukum seberat beratnya, tapi papa juga mengkhawatirkan masa depan Inara." Suasana kembali hening, papa dan mama Inara sedang merenungi jalan keluar yang harus mereka pilih.

Keesokan harinya, mereka yang telah memiliki pilihan apa yang harus mereka putuskan Mereka memilih menerima tawaran ayah Rio. Mereka memutuskan untuk mengajak Inara bicara.

"Inara Inara mama dan papa boleh masuk nak?"

"Masuk pa ma pintunya gak Inara kunci."

Setelah itu mereka masuk ke kamar Inara yang dari kemarin tidak dia buka.

"Nak Inara papa dan mama telah memutuskan menerima ajakan damai Rio," Inara yang mendengar itu langsung terkejut.

"Apa? Inara gak salah denger? maksud mama papa apa ?"

"Maksud mama dan papa akan berdamai dan menyelesaikan secara kekeluargaan. Inara kamu tidak mungkin lagi menikah dengan Arga dengan keadaanmu sekarang, sedangkan Rio telah mau mengakui kesalahannya, dia berani bertanggung jawab datang menyerahkan diri. Rio bermaksud bertanggung jawab menikahimu Nara."

Papa Inara yang mencoba dengan perlahan membujuk putrinya untuk menerima tawaran keluarga Rio.

Namun Inara masih tidak mau mengubah keputusannya dia tetap ingin Rio dihukum.

"Gak pa, Inara gak bisa apalagi kalo sampai Inara menikah dengan orang yang telah menodai Inara pah, gak bisa pa, kalupun Inara tidak diterima Arga itu gak masalah buat Inara kalaupun Inara harus tidak menikah sekalipun Inara gak masalah, lupakan rencana itu pa!"

"Kamu coba berpikir bagaimana papa dan mama ini nanti mrnghadapi ini semua, tolong Inara pikirkan nama papa dan mama mu ini nak, jika sampai kamu hamil bagaimana? apa yang harus papa katakan?"

Inara hanya terdiam, dia tidak menjawab sepatah katapun. Lalu dia meminta papa dan mamanya meninggalkan sendiri.

"Tolong tinggalkan Inara pa ma, Inara mau sendiri dulu, biarkan Inara berpikir."

"Baiklah mama dan papa akan membiarkan kamu sendiri, tapi coba kamu pikirkan masa depanmu dan juga nama papa mama Nara, papa tau ini berat buat mu."

Papa dan mama Inarapun pergi meninggalkannya sendiri. Disaat mereka turun, di depan telah datang orang tua Rio mereka datamg untuk mendapat jawaban atas tawaran mereka.

"Selamat pagi pak maaf kami mengganggu pagi pagi," Ayah Rio mencoba memberanikan diri membuka obrolan dengan papa Inara.

"Selamat pagi, silahkan duduk."

"Bagaiman bapak dan ibu apa telah memikirkan tawaran kami untul menikahkan Rio dan Inara?"

"Kami sudah bicara berdua semalam, kami sebagai orang tua mencoba memahami niatan bapak ibu dan kami memutuskan menerima tawaran itu, tapi Inara masih belum membuka hatinya untuk memberi maaf kepada Rio dan belum membuka hatinya untuk mencabut laporannya, kami masih menunggu keputusan Inara untuk soal hukum Rio."

Mendengar itu semua perasaan orang tua Rio sedikit lega secercah harapan untuk membebaskan anak mereka telah terbuka. Mama Rio yang bahagia menerima kabar itu tak henti hentinya mengucapkan terima kasih kepada orang tua Inara.

"Terima kasih terima kasih terima kasih bapak ibu telah memaafkan kesalahn besar putra saya, terima kasih sekali lagi, saya hanya pasrah dengan keputusan Inara sekarang namun saya lega putra kami mendapatkan maaf bapak dan Ibu."

Orang tua Inara meminta mereka bersabar menunggu keputusan Inara, dan mereka juga mengatakan akan mencoba meminta Inara untuk mencabut laporannya.

Dengan perasaan lega orang tua Rio kembali pulang dan menunggu keputusan Inada dapat membebaskan Rio. Mereka memutuskan untuk mampir menjenguk Rio yang masih ditahan karena Inara belum mencabut laporannya dan berdamai dengan mereka.

"Yah mampir dulu belikan makanan buat Rio, bagaimanapun dia anak kita, meskipun salah mama tetap gak tega, pasti dia belum makan, sekalian kita bawakan baju buat dia."

Lalu mereka melanjutkan kembali perjalanan menemui Rio dan juga membeli makan dan perlengkapan untuk Rio. Sesampainya disana, dia bertemu petugas dan meminta ijin menemui Rio. Riopun keluar dengan didampingi petugas untuk menemui orang tuanya.

"Ya Alloh Rio, anakku," mama Rio langsung memeluk anaknya yang semalaman harus menghabiskan waktu di balik jeruji besi.

"Ayah mama, maafkan Rio telah membuat malu kalian, Rio pantas disini ma."

"Kamu belum makan nak, kamu belum mandi Rio, ini mama bawakan makanan kesukaanmu, dan juga baju ganti nak, mama juga bawakan perlengkapan lainnya buat kamu, kamu makan ya," segera mama Rio menyiapkan makanan yang mereka bawa.

Melihat Rio yang makan dengan lahap berama orang tuanya mereka tersenyum sambil meneteskan air mata, karena mereka makan siang bersama putra mereka di penjara. Setelah selesai makan, ayah Rio menyampaikan kesepakatan dengan orang tua Inara.

"Rio kamu berdoa saja ya Inara mau memaafkan dan mencabut laporannya, karena orang tua Inara telah memaafkan mu namun mereka ha ya menunggu keputusan Inara untuk bisa membebaskanmu dari sini, kamu berdoa saja agar hati Inara terbuka untuk memaafkanmu."

"Alhamdulillah ya Alloh, semoga Inara membuka hatinya dan membeskanku dari tuntutannya, aku akan bertanggung jawab menikahinya, karna memang dia perempuan yang sangat aku cintai pada pandangan pertama walaupun aku tau dia sudah memiliki calon suami."

"Sudahlah yang penting kamu berdoa saja ya!"

"Terima kasih ayah mama kalian masih membela Rio dan berusaha yang terbaik buat Rio, maafkan Rio ma ayah."

Waktu kunjungan yang telah habis mengharuskan mereka meninggalkan Rio. Mama Rio memeluk Rio sambil menangis tak tega melihat putra tersayangnya.

Inara yang mencoba memahami dan menerima permintaan orang tuanya pada akhirnya luluh memutuskan mencabut tuntutannya kepada Rio. Tanpa berbicara apapun kepada orang tuanya Inara yang beberapa hari ini mengurung dirinya di kamar memutuskan untuk pergi mencabut laporannya.

"Ma, Inara pergi keluar sebentar untuk mencabut laporanku ke Rio." Inara berpamitan ke mamanya, namun mamanya tidak mengijinkan dia pergi sendiri, dan memutuskan untuk mendampinginnya. Inara yang biasa pergi seorang diri tanpa pengawalan, kini kemanapun dia pergi tidak dibiarkan sendiri.

Comments (6)
goodnovel comment avatar
Saraswati_5
aku kok ikut sedih ya liat ibu Rio, pasti dia sedih banget
goodnovel comment avatar
Nur Wenda
tapi kasian Arga juga ya ...
goodnovel comment avatar
MAF_0808
yes akhirnya inara ama rio
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status