Share

Chapter 4

Rio dan orang tuanya membulatkan keberaniannya memohon ampunan kepada Inara. Dengan berniat baik ingin bertanggung jawab atas semua yang dilakukan oleh Rio. Mereka berangkat menuju rumah Inara. Sesampai disana seperti biasa mereka harus melalui pemeriksaan ketat oleh penjaga dan pengawal ayah Inara.

Keluarga Inara yang masih dirundung kesedihan karna yang telah dialami putrinya sempat menolak kedatangan tamu itu. Namun karena ayah Rio memohon kepada penjaga akhirnya papa Inara yang penasaran siapa tamu itu membolehkan mereka masuk

"Silahkan masuk, harap tinggalkan identitas bapak disini."

Setelah dipersilahkan masuk, mereka diantar kedalam rumah. Mengetahui ketatnya penjagaan rumah itu membuat papa dan mama Rio gemetar membayangkan nasib anaknya.

"Ya Alloh Rio, semoga masih ada pengampunan untukmu, Ayah sudah tidak tahu lagi Rio, melihat seperti ini keluarga gadis yang telah kau ambil paksa kehormatannya Ayah sudah tidak bisa berbuat apa apa selain pasrah."

Mama Rio hanya menangis, sedangkan Rio hanya tertunduk pasrah. Rio hanya berharap Inara mau memaafkan perbuatannya, dia sudah pasrah apabila pada akhirnya Inara tetap memintannya masuk kedalam penjara.

Terlihat penjaga yang tadi mengantarkan ke dalam keluar menghampiri dan meminta mereka masuk menunggu di dalam.

"Silahkan masuk, Bapak Ibu dan Mbak Inara masih bersiap, silahkan menunggu di dalam!"

Ayah Rio hanya tertunduk dengan posisinya saat ini yang sedang mengantar seorang buronan dan pemerkosa anak walikota. Papa Inara nampak keluar bersama mamanya, mereka masih belum tahu siapa yang datang bertamu.

"Selamat malam, maaf kalau boleh saya tahu bapak dan Ibu ini siapa dan ada keperluan apa?"

"Sebelumnya perkenalkan saya Dokter Rudi dan ini istri saya, mohon maaf kami telah mengganggu waktu bapak dan ibu."

"Tidak bapak, kami tidak terganggu, langsung saja bapak bagaimana apa ada yang bisa saya bantu?" Papa Inara masih bersikap baik kepada ayah dan mama Rio karena mereka belum tahu siapa mereka sebenarnya.

"Kami bermaksud mengantar anak kami Rio kesini untuk memohon maaf dan bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya kepada putri bapak."

Suasana berubah hening dan tegang, Papa Inara yang ramah kini memasang muka geram dan menahan emosinya. Lama papa Inara diam tidak menjawab kata kata ayah Rio, tak ada satu orang pun yang berani bersuara.

"Coba ulangi sekali lagi bapak, bapak tadi siapa dan maksud bapak apa datang kesini?" Papa Inara meminta ayah Rio mengulangi sekali lagi perkataanya.

"Kami adalah orang tua Rio bapak, putra kami bersalah telah melakukan tindakan pelecehan kepada putri bapak dan kami." perkataan ayah Rio dan berganti bentakan Papa Inara yang marah.

"Diaaaaaaam! Jangan berkata apa apa lagi kalian, bagus kalian datang kesini punya nyali kalian menampakkan diri kalian."

Rio segera bangun dan berlutut dibawah kaki Papa Inara.

"Ampuni saya pak, saya khilaf, saya telah bersalah kepada Inara saya mohon ampun!"

Papa Inara diam tidak berkata sedikitpun dengan menarik nafas panjang.

"Bangun kamu!" bentak papa Inara kepada Rio.

Rio menuruti perintah papa Inara dan,

Plaak, plaak, plaak!!

Tamparan berkali kali dari tangan papa Inara mendarat di wajah Rio.

"Masih punya nyali kamu datang kesini memohon ampunan kami, dia putri kami satu satunya kamu telah merusaknya dan menodainnya."

Inara yang mendengar dari dalam, dia memutuskan untuk keluar dan menghampiri Rio. Inara hanya diam menatap tajam Rio. Rio yang dari tadi menunduk tidak menyadari bahwa Inara kini ada dihadapanny bersama papanya.

"Akhirnya kamu menyerahkan diri Rio setelah apa yang kamu lakukan kepadaku, tega kamu Rio kenapa Rio?" Inara kembali menangis meluapkan emosinya.

"Maaf aku tidak bisa memberi kata maaf untukmu Rio, papa mencarinya bukan, dia sekarang ada dihadapan papa, papa suruh ajudan papa membawanya ke penjara pa."

"Kamu dengar kata kata anakku kan, kamu dengar apa yang dia minta?"

"Pak Pram, pak Pram," papa Inara berteriak kencang memanggil ajudannya itu.

"Siap pak."

"Dia yang kita cari sekarang datang menyerahkan dirinya, bawa dia pergi dan serahkan kepada petugas agar dia bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya di balik jeruji besi, bawa dia pak Pram!"

Rio hanya tertunduk pasrah, dan memberanikan diri untuk berkata kepada Inara sambil berlutut dihadapan Inara.

"Saya terima Inara, saya memang pantas mendapatkan ini Inara, aku hanya mohon ampuni aku Inara, aku khilaf yang tak dapat membendung hasratku dan juga perasaanku kepadamu Inara," air mata penyesalan Riopun jatuh.

Ayah Rio hanya pasrah terdiam melihat putranya yang sedang dalam ambang kehancuran, dan akan menebus kesalahnnya di jalur hukum.

"Ayo bangun kamu, ikut saya!"

Ajudan papa Inara segera membawa Rio kedepan untuk diserahkan kepada pihak berwajib. Namun disaat Rio sedang berjalan bersama ajudan papa Inara, mama Rio yang dari tadi diam menangis melihat putranya itu tiba tiba berganti bersujud dihadapan Inara dan Papanya.

"Saya mohon bapak walikota, saya mohon pak, ampuni anak saya, saya hanya mempunyai dia pak, dia satu satunya putra saya, saya mohon Inara ampuni Rio, jangan bawa anak saya tolong, tolong, biarkan saya saja yang menjalani hukuman itu karna saya sudah salah mendidik dia," Mama Rio terus memohn ampun untuk anaknya dengan berlutut dan menangis.

Namun Inara dan papanya yang terlanjur marah mencoba tidak mempedulikannya. Mama Rio terus menangis kini dia berganti berlutut dan bersujud dibawah kaki mama Inara yang dari tadi hanya diam.

"Saya mohon ibu, ibu juga sama dengan saya yang hanya mempunyai satu satunya anak, ibu hanya punya Inara, saya mohon ibu ampuni anak saya, kami janji anak kami akan bertanggung jawab kepada Inara bu."

"Sudah ma, ayo kita pulang, biarkan Rio bertanggung jawab untuk semua tindakannya." Ayah Rio yang sudah tampak menyerah dengan usahanya mendapatkan ampunan dari Inara dan keluarganya.

"Gak pa, mama gak mau pulang mama mau ikut Rio nemeni Rio pah," sambil menangis dan masih berlutut mama Rio menolak ajakan papa Rio untuk pulang.

inara yang masih menyimpan luka pergi meninggalkan mereka dan tidak mempedulikan mereka. Hatinya hancur, sifatnya yang pemaaf kini telah hilang.

Papa dan mama Inara mencoba membuka pikiran mereka dan berbicara baik baik kepada orang tua Rio.

"Bangunlah bu, kita bicara dulu."

"Saya mohon maaf apabila saya bersikap kasar ke pada bapak dan ibu, itu semua karena emosi saya kepada anak bapak ibu yang telah menodai anak kami satu satunya yang sebentar lagi akan menikah."

Ayah Rio memberanikan diri untuk menawarkan solusi terbaik yaitu Rio akan bertanggung jawab menikahi Inara. Ayah Rio masih terus berusaha menyelamatkan putranya yang saat ini sedang diserahkan kepada pihak berwajib untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.

"Mohon maaf sekali lagi bapak atas apa yang telah dilakukan anak saya Rio, kami menerima jika memang tidak ada jalan lain selain memproses Rio secara hukum."

"Kami tadinya berniat datang kemari untuk menyelesaikan ini secara kekeluargaan, mengingat bapak seorang walikota dan saya juga seorang pimpinan utama di sebuah rumah sakit, ini semua demi nama baik keluarga kita yang sudah terlanjur tercoreng karena putra kami."

Papa Inara yang mencoba memahami maksud perkataan ayah Rio mencoba menanyakan apa keinginannya.

"Maksud bapak apa diselesaikan secara kekeluargaan?"

"Rio akan menikahi Inara pak, ini semua agar nama keluarga bapak tidak tercemar dan juga malu."

"Tapi Inara sudah mempunyai calon suami mana mungkin saya menikahkan anak saya dengan putra bapak yang telah menodai anak saya?"

Ayah Rio yang terus mencari cara untuk membela Rio masih berusaha bernegosiasi dengan papa Inara.

"Kami hanya menawarkan kepada bapak, jika bapak tidak berkenan kami tidak memaksa, kami terima keputusan anak kami akan lanjut diproses hukum, namun ini juga menghindari malu bagaimana mungkin Inara menikah dengan calon suaminya dengan keadaannya yang seperti ini, ini akan berpengaruh nanti dirumah tangganya, bagaimana jika suami Inara menerimanya dengan terpaksa dan malah berbuat yang tidak tidak kepada Inara pak, kami juga memikirkan masa depan Inara."

Papa dan mama Inara hanya terdiam, mencoba menerima apa yang mereka katakan. Mereka meminta ayah dan mama Rio untuk memberikan mereka waktu untuk berpikir. Ayah dan mama riopun setuju mereka berpamitan pulang dan berharap orang tua Inara menerima tawaran mereka. Namun malam ini mereka harus merelakan Rio bermalam dibalik jeruji besi.

"Kami kalau begitu pamit pulang, mohon maaf sekali kali lagi kami mohon maaf bapak, kami berharap bapak bisa menerima pertanggung jawaban kami dan putra kami bapak."

"Baiklah biarkan kami berpikir malam ini, kita bicarakan lagi besok, bapak bisa menemui saya besok di kantor ataupun datang kerumah ini kembali."

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Saraswati_5
Kira-kira mereka bolehin Rio nikah sana inara nggak ya? tapi boleh, kasian arga
goodnovel comment avatar
Nur Wenda
Rio diterima ga ya? makin penasaran
goodnovel comment avatar
MAF_0808
mudah mudahan mereka mau
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status