Share

Chapter 6

"Sudah yakin mau mencabut laporanmu?"

"Sudah Pa, aku tidak mau mengorbankan nama baik papa, bukan karena aku menerima maaf dan memberi ampunan pada laki laki itu."

"Papa dan mama akan menemanimu mulai hari ini dan seterusnya papa dan mama tidak akan mengijinkanmu pergi sendi tanpa ada yang mendampingi."

Mereka pergi untuk mencabut laporan, dalam perjalanan papa Inara menghubungi orang tua Rio dan mengabarkan bahwa Inara bersedia mencabut laporan dan tuntutannya kepada Rio.

Hesti mencoba menghubungi Inara berkali kali dia mengkhawatirkan keadaan Inara yang pergi tanpa pamit saat di villa dan tanpa kabar, namun Inara hanya melihat ponsel nya yang berdering dan mengabaikannya. Inara masih trauma dengan kejadian malam itu, dia hanya diam dan tidak mau merespon semua panggilan dan pesan yang masuk bahkan dari Arga tunangannya.

"Nara handphone mu dari tadi bunyi, kamu tidak mau jawab telponnya, siapa tau itu penting dari tempat kerjamu."

"Biarkan saja ma, Nara masih belum siap untuk berbicara dengan siapun." Inara hanya menjawab singkat peryanyaan mamanya dan kembali diam tanpa berkata sepatah katapun.

"Sini boleh mama yang bawa handphonemu dan menjawab telpon dan pesan pesan itu?"

"Gak usah ma, Nara sudah tidak peduli itu pesan dan telpon dari siapa."

Karena kesibukkannya Hesti hingga saat itu belum mendengar kabar bahwa Inara yang mengalami kejadian buruk di villanya. Hesti mencoba menelpon mama Inara.

"Halo tante, Inara ada tante? dari hari minggu saya coba menghubunginnya tapi dia gak angkat telponku, dia gak papa kan tante?"

"Inara baik baik aja kok Hesti, dia lagi kurang enak badan saja mangkanya berhari hari dia gak mau jawab telpon dan juga libur kerja."

"Oh Inara sakit tante, tapi dia gak papa kan?"

"Gak papa kok kamu tenang aja ya, Hesti maaf ini tante lagi di jalan tante matikan dulu ya telponnya."

"Ok tante, salam buat Inara ya, mungkin besok atau lusa aku main kesana tante."

Tidak lama setelah Hesti menelpon, Arga yang juga mengkhawatirkan keadaan Inara menghubungi mama Inara.

"Halo Ma, Inara kenapa ma kok dari kemarin aku telpon dia tapi gak mau jawab."

"Inara gak papa Arga, dia cuma lagi gak enak badan saja mangkanya dia gak jawab telpon."

"Beneran kan ma Inara gak papa?" gak biasanya aja dia kayak gitu soalnya."

"Iya gak papa beneran, udah ya kamu tenang aja, mama tutup dulu ya Ga lagi dijalan sama papa soalnya."

"Baik lah ma, titip Inara ya ma, mama hati hati ya!"

Mama Inara langsung terdiam memikirkan Arga yang belum tau keadaan Inara saat ini.

"Pa apa yang harus kita katakan kepada Arga dan keluarganya soal kejadian Inara, apa keluarga mereka akan menerima dan mau mengerti?"

Inara langsung menjawab pertanyaan mamanya sebelum papanya sempat menjawabnya.

"Mama gak usah bingung, dan juga menjelaskan apa apa ke Arga dan keluarganya, mereka mau mengerti atau tidak Inara sudah tidak peduli ma, biar kalau Inara sudah siap Inara akan bicara ke Arga."

Inara yang ceria kini berubah menjadi Inara yang diam dan pemurung. Bahkan semangatnya juga hilang Inara seakan kehilangan tujuan hidupnya. Melihat keadaan Inara orang tuanya mencoba dengan sabar menenangkan dan mengembalikan keadaannya.

Setelah sampai mereka langsung menuju ke dalam dan bertemu petugas. Namun orang tua Rio telah menunggu disana setelah dihubungi papa Inara. Inara langsung memalingkan mukanya, tanpa mau menatap sedikitpun ke arah orang tua Rio.

"Terima kasih Inara kamu mau memaafkan anak saya, dan mencabut laporan dan tuntutan kepada anak saya, entah apa yang harus aki berikan untuk membalas kebaikanmu, dan juga untuk menebus kesalahan besar yang telah diperbuat padamu."

Namun Inara tak sepatah katapun menjawab semua yang diucapkan mama Rio. Inara bergegas menemui petugas untuk memproses pencabutan laporannya.

"Selamat siang pak, saya mau mencabut laporan dan tuntutan saya kepada saudara Rio."

"Baik, kami proses terlebih dulu, silahkan tunggu!"

Mama Rio menghampiri Inara yang sedang menunggu proses pembebasan Rio. Dengan canggung namun mama Rio berusaha memberanikan dirinya untuk menyapa Inara.

"Bagaimana keadaanmu sekarang?"

Inara tetap dia tak menjawab. Namun mama Rio tetap berusaha untuk membuka hati Inara.

"Sekali lagi ibu mengucapkan terima kasih karna kamu telah membuka hati untuk membebaskan Rio."

"O ya ibu dengar kamu adalah teman SMA dan juga satu kampus dengan Rio, berarti Rio sudah lama kenal denganmu?"

Inara tetap bungkam, bahkan sama sekali tidak memandang wajah mama Rio sama sekali. Melihat respon Inara, mama Rio masih tetap berusaha untuk mendekati Inara.

"Ibu tau dihatimu masih belum bisa memafkan dan mengampuni Rio, Ibu sekali lagi meminta maaf atas nama Rio atas apa yang dia lakukan ke kamu."

"Rio akan bertanggung jawab semua yang telah dia lakukan, ibu tau anak ibu salah, tapi dia bukan tipe pengecut yang lari dalam kesalahan, Rio akan mempertanggung jawabkan semua itu."

Kata kata yang keluar dari mama Rio tak satupun yang direspon oleh Inara. Dia tetap terdiam duduk tanpa menoleh sedikitpun ke arah mama Rio, sampai petugas memanggilnya untuk menandatangani semua berkas pencabutan tuntutannya.

"Sudah selesai semua?" tanya Inara singkat.

"Sudah, namun tunggu sebentar masih ada satu lagi persyaratan."

"Baik saya tunggu saja disini."

Inara yang ceria dan ramah kini bagaikan robot yang kaku, dia hanya diam dengan tatapan mata yang kosong. Tiba tiba mama dan papa Inara masuk keruangan. Disana dilihatnya masih ada mama Rio yang masih menunggu Inara menyelesaikan proses hukum Rio.

"Selamat siang bu, sekali lagi saya ucapkan terima kasih telah membebaskan anak saya dari semua jeratan hukum, kami berjanji akan datang untuk mempertanggung jawabkan semua seperti yang saya janjikan."

Disaat mama Rio yang terus meluapkan kebahagiannya, mama Inara justru sebaliknya. Mama Inara menggandeng keluar mama Rio.

"Ibu tolong jangan bahas itu dulu ya di dedepan Inara, karena keadaan psycologisnya masih belum stabil, dia masih trauma, jadi jangan di bahas dulu, saya dan papa Inara masih fokus untuk mengembalikan keadaan psycologisnya."

Raut mama Rio langsung berubah ketika mendengar ternyata separah itu keadaan Inara setelah apa yang dilakukan putranya. Dia merasa bersalah dibalik keegoisannya yang meminta keluarga gadis yang telah menjadi korban anaknya untuk memaafkan, mengampuni bahkan membebaskan dari hukum yang seharusnya menjeratnya. Tapi apalah daya dia sebagai seorang ibu yang tidak ingin melihat anak semata wayangnya menderita di balik jeruji besi.

"Lalu apa yang bisa saya bantu untuk memulihkan Inara kembali seperti semula, sebagai seorang ibu saya ikut merasakan apa yang ibu rasakan."

"Terima kasih ibu masih ikut simpati kepada keadaan Inara."

Komen (8)
goodnovel comment avatar
Saraswati_5
pasti trauma banget itu inaara
goodnovel comment avatar
Nur Wenda
Doa terbaik buat Inara
goodnovel comment avatar
MAF_0808
semoga inara cepet pulih dan ceria seperti sedia kala
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status